Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno saat ditemui dalam acara Trash Fest 2025, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (23/2/2025)
© KOMPAS.com/RAMA PARAMAHAMSA
Jakarta(DKI).GP- Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno tak lagi kebingungan membuang sedimen lumpur hasil pengerukan 17 sungai dan waduk di Jakarta.
Rano mengatakan, sedimen lumpur itu akan dibuang ke lokasi pembuangan (dumping site) di kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
“Sebetulnya sudah ada, kan di Ancol ada tempat reklamasi, ada sebetulnya,” ucap Rano di Balai Kota Jakarta, Senin (24/2/2025).
Sedangkan untuk sedimen lumpur yang berasal dari Waduk Pluit, Jakarta Utara, kemungkinan besar akan dibuang di sekitar wilayah tersebut.
Sementara, untuk daerah lainnya, seluruh sedimen akan dialihkan ke Ancol.
“Cuma teknis kemarin agak sulit kan itu harus diangkut. Jadi artinya kalau kemarin yang di Pluit itu mungkin itu di sekitar, tapi wilayah lain semua akan dibuang di Ancol,” kata dia.
Baca juga: Pasar Baru Akan Jadi Pusat Oleh-oleh Jakarta, Rano Karno: Undang Mandra Ramai Kali
Sempat bingung
Sebelumnya, Rano mengaku kebingungan menentukan lokasi pembuangan sedimen lumpur hasil pengerukan sungai dan waduk.
Padahal, program pengerukan ini menjadi bagian upaya pencegahan banjir di Jakarta, dengan target menghasilkan sekitar 1 juta meter kubik sedimen lumpur.
“1 juta meter kubik, sekarang tinggal kita buang ke mana ini," ucap Rano kepada wartawan usai memimpin apel kesiapan pengerukan sungai secara serentak di Taman Waduk Pluit, Jakarta Utara, Minggu (23/2/2025).
Rano mengatakan, sedimen lumpur tak bisa dibuang sembarangan.
"Ya itulah dilematisnya Jakarta. Itu harus dicarikan jalan, enggak bisa didiamkan saja gitu," kata Rano.
Libatkan ribuan petugas
Adapun pengerukan sungai dan waduk di Jakarta dilakukan secara serentak dengan melibatkan 1.000 petugas.
Operasi tersebut juga didukung oleh 122 unit alat berat dan 84 unit alat pendukung lainnya.
Rano mengatakan, pengerukan akan berlangsung hingga Agustus 2025 dan tetap dilakukan selama bulan Ramadhan.
Ia menegaskan pengerukan tidak boleh dilakukan hanya setiap enam bulan sekali, tetapi harus menjadi proses yang berkelanjutan.
"Enggak mungkin bahasanya minimal enam bulan sekali harus dilakukan karena sedimentasi ini setiap hari pasti akan bergerak," tegas Rano.
Baca juga: Rano Karno Datangi Rumah Megawati, Klaim Hanya Makan Siang
Sejumlah kendala
Sementara itu, Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, Hendri mengaku, pihaknya mengalami sejumlah kendala dalam mengeruk 17 sungai dan waduk wilayah Jakarta.
Faktor utama yang menghambat proses pengerukan adalah sempitnya lebar kali serta sulitnya akses alat berat.
“Terdapat sejumlah kendala yang dihadapi dalam pengerukan kali di Jakarta itu lebar kali sempit dan akses alat berat yang sulit,” ujar Hendri.
Selain itu, menurut Hendri, terdapat hambatan dalam mobilisasi alat berat.
“Jarak yang pendek antara jembatan dengan kali atau sungai membuat mobilisasi alat berat saat pengerukan menjadi terhambat,” kata dia.
Meski demikian, Dinas SDA berjanji tetap berupaya memastikan pengerukan dapat berjalan sesuai jadwal.
#GP | Sumber: KOMPAS.com | msn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar