Sijunjung (SUMBAR), GP. Berulang Wakil Ketua Umum LKAAM Provinsi Sumatera Barat H Epi Radisman Dt Paduko Alam SH menggelitik peserta Pesantren Ramadhan 1445 H yang terdiri dari tiga ratusan Siswa dan Majelis Guru SMKN 1 Sijunjung di Masjid BABUL KHAIRAT Pasar Tanjung Ampalu Kecamatan Koto VII dalam materinya "Etika Anak Minangkabau, harus Tau Jo Nan Ampek, Selasa (26/3-2024).
Anak Minangkabau dimanapun berada, baik sedang berada dikampung maupun diperantauan harus tau Jo Nan Ampek, karena sangat riskan bilamana anak Minang dikatakan "Tidak tau Jo Nan Ampek" sementara banyak ditemui fenomena yang terjadi saat ini Remaja Minangkabau berbicara seenaknya saja, tanpa mengindahkan nilai-nilai dalam ucapan baik kepada orang tua ataupun dituakan bahkan kepada sesama teman mereka.
Sementara setiap ucapan yang keluar dari mulut anak Minangkabau adalah merupakan cerminan terhadap pribadi dirinya.
Makanya, dari kecil anak Minang tersebut ditempa oleh orang tuanya melalui norma adat mengajarkan agar pandai berkata-kata berkomunikasi secara baik dan memahami kesadaran menghormati orang yang lebih tua dari mereka, dengan ungkapan :
"Turuik pangaja urang tuo,
Supayo badan nak salamaik,
Talangkah - ba baliak,
Sasek - suruik,"
ajak sang Datuak Paduko Alam.
Begitupun dari salah seorang majelis guru bernama Nurdianis, SIQ, turut berkomentar ,"bahwa penyajian materi dari Datuak Paduko Alam tersebut dirasakan sangat menyentuh tatalaksana kepribadian anak Minang keseharian, apalagi Sang Datuak mencotohkan langsung terhadap anak didik kami tentang pemasangan kupiah bagi siswa laki-laki yang kurang tepat, pemasangan kurang tepat tersebut masuk kelompok pada Sumbang Pakaian".
Termasuk bagi remaja perempuan diharapkan untuk dibiasakan "Duduak Basimpuah" bila duduk dilantai baik dirumah gadang ataupun ditempat rumah ibadah, Jelas buk guru PAI yang dengan panggilan Denis tersebut ikut menirukan.
Selanjutnya pemateri Dt Paduko Alam menambahkan dan menegaskan kepada seluruh siswa dan majelis guru SMKN tersebut, hendaklah juga mengerti dan tau Jo Nan Ampek yang dikiaskan dengan jalan yakni :
* Jalan Mandaki, adalah sikap seseorang anak Minang terhadap orang yang lebih tua atau dituakan, maka dikiaskan dengan pepatah "bakato dibawah-bawah, mangayuah di ilia-ilia".
* Jalan Manurun, adalah sikap dari yang tua terhadap yang muda, dengan petitih "Jalan Manurun ta antak-antak, ingek-ingek nan dibawah kok tasingguang dan jago kato kok Manganai"
*Jalan Mandata adalah bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi oleh mereka sama besar dan perlu diingat "dipakai kato marandah, muluik manih kucindan murah, budi baik baso katuju, jago sandiang kok malukoi dan
*Jalan Malereng adalah bahasa yang digunakan kiasan atau sindiran "umua alun satahun jaguang, darah alun satampuak pinang, bahkan bilamana sang tamu minuman digelas habis maka ia berkata " ondeh tirih kironyo galeh ko".
Sembari Sang Datuak Paduko Alam menutup dengan sebuah pantun,
Ambacang ditangah Padang,
Ditingkek tangah duo tingkek,
Dahan pauah sadang babungo.
Kok dirantang nomuah nyo panjang,
Elok dikumpa nak nyo singkek,
Ambiak sajo lah nan ka paguno.
#GP | era
Tidak ada komentar:
Posting Komentar