Dari Tukang Ojek Menuju Parlemen DR Hijratul Pahsyah SH MH (1): Pernah Bertahan Hidup Di Batam Dengan Ngojek - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

Dari Tukang Ojek Menuju Parlemen DR Hijratul Pahsyah SH MH (1): Pernah Bertahan Hidup Di Batam Dengan Ngojek

Senin, Februari 12, 2024

 




Batam(KEPRI).GP- Jalan hidup seseorang tak dapat ditebak. Begitu juga dengan Dr Hijratul Pahsyah SH MH, Caleg DPRD Kota Batam Dapil 1 Batam Kota-Lubuk Baja tahun 2024. Pernah bertahan hidup dengan mengojek di Batam, kini dia sukses mengembangkan usaha. Bahkan, memberdayakan warga keluarga kurang mampu di sana 


Lahir di Kuto Tuo, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 49 tahun silam, kedua orangtuanya memberi dia nama Hijratul Pahsyah saat terlahir ke dunia. Dengan harapan, kelak dewasa selalu membawa perubahan menjadi lebih baik kepada sekitarnya. 


Hijratul merujuk hijrah, perjalanan Nabi SAW dari Mekkah ke Madinah, di awal kenabiannya. Seperti anak di kampung, dia menjalani kehidupan lazimnya anak sebayanya di Sumatera Barat. Satu provinsi di Sumatera terkenal kuat memegang teguh semboyan " Adat Bersendikan Syara’, Syara’ Bersendikan Kitabullah”.


Hari-harinya selalu berujung di surau, pergi mengaji, sekaligus belajar agama. Sejak dini, kedua orangtuanya memang menanamkan nilai-nilai agama. Hijratul kecil tumbuh menjadi pribadi religius. Dia juga pandai bergaul berkat didikan orangtuanya. Ayah seorang kepala sekolah sekaligus imam di masjid kampung.


Dan ibu, meskipun ibu rumah tangga biasa, tapi menjadi mentor pertama pelajaran kehidupan. Sehingga Hijratul tumbuh menjadi pribadi bersahaja. Tapi, kebersamaan dengan sang ibu hanya berusia 6 tahun saja. Sang ibu meninggal. Dia kehilangan sang mentor, sekaligus menjadi "hijrah" pertama kehidupannya. Yakni, hidup tanpa ibu, alias piatu.


Piatu Sejak Belia


Ditemani sang ayah, dia menjalani hidup. Selain mengaji di surau, rutinitasnya bertambah dengan bersekolah di SDN Teluk Betung, Kecamatan Batang Kapas. Hijratul terhitung tegar dan tabah melakoninya. Pendidikannya berlanjut ke SMP Negeri Saliddo, sebelum akhirnya menamatkan SMA di Painan, ibukota Kabupaten Pesisir Selatan.


Hidup tanpa ibu di usia belia tentu tak mudah. Tapi, dengan dukungan sang ayah, dia menikmati usia sekolah dan umur remajanya hingga ke ibukota kabupaten. Seperti namanya, takdir agaknya menguji dirinya. "Usia enam tahun, ibu saya meninggal," tutur dia dengan mata berkaca-kaca.


Tak ingin larut dengan kesedihan, dia kian tekun bersekolah sekaligus menjadi pelipur laranya, melupakan sejenak kesedihan hidup tak seperti kawan sebaya di kampung. Dia suka membaca dan belajar hal-hal baru, membuat dia peduli dengan pendidikan, bagi dia pendidikan adalah salah satu cara agar keluar dari kemiskinan.


Sang ayah, sebagai pendidik, mengajarkan dirinya mandiri sejak dini. Sehingga selalu siapa menghadapi atau menjalani hidup dengan kondisi berbeda. Garis tangan sepertinya kembali menguji dia, siap tidak dengan kondisi berbeda dari kampung halaman. Dia mencoba tantantangan itu, dengan menjajal hiruk pikuk di Batam.


Ngojek Di Batam


Setamat SMA, Hijratul merantau ke Batam. Harapannya mendapatkan pekerjaan. Ternyata harapan tinggal harapan. Tak mudah mencari peluang kerja di sana. Bekal bertahan hidup, selama tinggal di Sei Panas, dia akhirnya mengojek. Dia melakoni suka dukanya selama dua tahun, sebelum akhirnya berkesempatan kerja di perusahaan di Batam.


Naluri bertahan hidupnya akhirnya mendorongnya mencari peluang usaha selama bekerja. Hingga akhirnya dia merintis usaha sendiri. Kini usahanya telah berkembang dengan menggandeng sejumlah perusahaan besar di Batam. Usahanya memproduksi alat bantu keperluan industri elektronik di Batam.


Perlahan, usahanya melahirkan titik terang, dengan terus berkembang. Hijratul lantas mengasah diri, seperti tekadnya sejak kecil, dengan kuliah. Beda dengan pekerjaannya, dia mengambil jurusan hukum di Universitas Putra Batam hingga tamat. Tak berhenti segitu, dia kembali kuliah di Universitas Internasional Batam (UIB) hingga menyandang gelar magister hukum, setara S2. 


Selain meluaskan pergaulan lewat pekerjaan dan usaha rintisan, Hijratul juga berorganisasi dengan bergabung ke Kosgoro. Di Batam, sejumlah nama besar di DPRD, berlatar belakang Kosgoro. Dia aktif dan menimba pengalaman sekaligus meluaskan jejaring di sana. Tapi, dia terus membekali dirinya, mengasah kemampuan pribadinya.


Doktor Di Malaysia


Dia kembali sekolah, kini ke Semarang di Universitas Islam Sultan Agung, alias Unisula. Kini berkat ketekunanya belajar hukum sejak di Batam, dia menggenapinya dengan gelar doktor di kampus swasta terbesar di Ibukota Jawa Tengah tadi. Kini, bahkan dia melanjutkan lagi pendidikan ke Malaysia.


Sejak tahun 2022, dia kandidat doktor di University Sains Of Malaysia (USM). Bersama sang profesor, dia aktif turun meriset isu ketenagakerjaan di Negeri Semenanjung Melayu. Risetnya terkait isu kepailitan, istilah di Tanah Air, kebangkrutan usaha. Isu paling sering terjadi di dunia ketenakerjaan. 


Dia mengaku tertarik riset kepailitan karena ingin melihat dampak putusan bangkrut suatu perusahaan. Bagi dia, pailit hanya merugikan pekerja menggantungkan hidup di sana, meskipun hukum membolehkan pengusaha membangkrutkan diri karena lilitan utang. "Kita tak bisa melihat pailit hanya soal hukum saja, tapi ada soal tenaga kerja di sana perlu dipenuhi hak-haknya," tegas dia.


Katanya, tak bisa pengusaha begitu saja mengajukan pailit lalu kabur dari tanggung jawab ke pekerjanya dengan alasan apapun. Dia lantas menyodorkan sejumlah kasus hubungan industrial di Batam sebagai contoh faktual, termasuk pengusaha kabur atau pekerja terpaksa mengambil aset perusahaan sebagai kompensasi hak belum terbayar mereka.


Kecintaan dan perhatian ke isu ketenagakerjaan mendorong dia mengenal politik, meskipun telah aktif di Kosgoro sejak 2019. Kini, dia Wakil Ketum Kosgoro Kepri. Baginya, politik identik dengan jejaring dan keramaian. Peluang dan tantangan menyatu di sana. "Saya ingin membawa perubahan di sana," tegas dia. 


Perubahan keramaian, kata dia, lekat dengan namanya. Pasyah kata, dia sejatinya penghalusan pasar. Pasar identik dengan keramaian. Dia mengaku sejak kecil memang suka dengan keramaian. Hijratul mengaku tersemangati dengan nama pemberian kedua orangtuanya tadi. Kini keduanya telah wafat. Kini bersama keluarga kecilnya di Batam, Hijratul meneruskan harapan mereka. 

(*)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKLAN ADVERTNATIVE

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS