Pojok Ideforia; SEKULARISME - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

Pojok Ideforia; SEKULARISME

Jumat, Januari 05, 2024



Oleh : Taufiqqurrahman


Sijunjung (SUMBAR).GP-  Berpikir sekular sama dengan berpikir materialis. Karena akar sekularisme adalah materialisme. Dalam pandangan materialisme, kehidupan tidak lebih dari dialektika materi-materi yang ada di dunia ini.


Sebut saja kejadian makhluk hidup. Bagi penganut materialisme, adanya makhluk hidup adalah sebuah proses alamiah yang panjang yang disebut evolusi. Kemudian nasib manusia mau kaya atau miskin ditentukan oleh kerja keras, tak ada selain itu, apalagi doa. Dalam menjalani hidup, yang lemah akan dimangsa dan musnah, dan yang kuat akan bertahan.Persis seperti siklus rantai makanan yang dijelaskan oleh Yoval  Noah Harari, seorang materialis sejati dalam karyanya yang fenomenal, Sapiens. 


Begitulah hidup dalam pandangan penganut materialisme. Tak ada Tuhan dalam hitungan mereka, karena Tuhan sendiri menurut mereka adalah oknum yang diciptakan manusia untuk menutupi kelemahannya dalam menaklukkan kehidupan. Manusia yang kalah bertarung dalam kehidupan, akan mencari tempat bersembunyi dari kelemahannya. Dan akhirnya manusia menemukan sesuatu yang disebut Tuhan. 


Paham sekularisme adalah bentuk yang paling ringan dari paham materialisme. Sekularisme membuat pemisahan yang tegas antara urusan agama dengan urusan Negara. Urusan agama menjadi urusan privat (pribadi), diasingkan di ruang yang terpencil dari urusan publik. Sementara urusan dunia seperti politik, ekonomi dan sosial adalah urusan publik, dimana Tuhan dan agama tak boleh ikut campur di sana. 


Negara yang pertama memperkenalkan sekularisme adalah negara Turki di bawah pemerintahan  Mustafa Kemal Attaturk,  setelah runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani tahun 1924, Mustafa Kemal berhasil menjadikan tanah Islam Turki sebagai negara sekuler selama puluhan tahun, yang pada akhirnya runtuh juga. 


Sebagai sebuah paham, sekularisme bukan hanya terjadi dalam praktek bernegara. Diam-diam, disadari atau tidak, sekularisme juga ada dalam cara berpikir kita. Kalau kita sering mengatakan "ini urusan politik, jangan bawa bawa agama..! Ini urusan bisnis,  jangan bawa bawa nama Tuhan ...! Ini urusan milih caleg, ini urusan milih presiden, gak ada hubungannya dengan agama apalagi tuhan...! " Maka dengan itu, sebenarnya kita sudah sekuler. 


Kita dengan sewenang-wenang telah memilah-milah mana urusan Tuhan boleh ikut campur dan mana yang tidak. Enak sekali kita. Seolah-olah kita yang mengatur tuhan. Kita membuat aturan dimana Tuhan boleh hadir dan tidak. Kita mengatur Tuhan boleh terlibat dan tidak. 


Bukankah  semua perbuatan kita di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan kelak di mahkamah Allah? Bahkan sekeping uang yang ada di saku kita akan ditanya oleh Allah di akhirat nanti, dari mana kita dapatkan dan untuk apa kita gunakan? Tapi kenapa seolah-olah kita bersikap ada perbuatan di dunia ini yang tidak perlu dipertanggungjawabkan di hadapan Allah? 


Jadi sebagai pengingat bagi kita Hamba Allah, hendaklah selalu melibatkan Allah dalam semua perbuatan kita. Memohon kepada Allah, mempedomani hukum-hukum Allah, mempertimbangkan keridhaan Allah dalam setiap pilihan kita, termasuk dalam memilih pemimpin di negeri ini. Pasti, setiap pilihan akan dipertanggungjawabkan di hadapanNya. 



#GP | Sijunjung | 5 Januari 2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKLAN ADVERTNATIVE

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS