Sijunjung (SUMBAR). GP -"Pada suatu pagi di hari Jumat tahun 2013 saya membersihkan jalan di depan rumah anak saya. Jalan rigid yang dibangun oleh pemerintah itu telah tertutup bahagian kiri- kanannya oleh semak-semak. Mumpung saya tidak ada kegiatan lain maka saya berinisiatif untuk mengerjakannya.
Sekitar 30 menit telah berlalu lewatlah seorang teman dengan sepeda motornya. "Wan, apa ini yang kamu kerjakan. Ini kan jalan umum. Kalau kamu mau kerja ini melamarlah ke Muaro menjadi tenaga K3. Diberi seragam kuning dan digaji oleh Bupati", demikian kata Jai (samaran) yang di raut wajahnya menggambarkan gurauan, cemooh dan setengah menghina.
"Ada yang bisa menggaji yang uangnya jauh lebih besar daripada uang Bupati", jawab saya. "Siapa itu?", tanya Jai. "Belum tahukah kamu?", desak saya. "Belum", jawab Jai lagi. "Tuhan. Dia maha kaya ", jawab saya tegas. Kemudian Jai berlalu sambil berkata " cobalah!". Demikianlah cerita Ridwan T (77) kepada awak media goparlement.com di Masjid Baiturrahman Bukit Gombak, Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu, 16/12.
Dengan semangat Cik Wan panggilan akrabnya melanjutkan kisah pengalamannya yang terjadi 10 tahun yang lalu. "Setelah selesai membersihkan jalan umum sepanjang -+ 100 meter saya pun mempersiapkan diri untuk ke Masjid. Dengan dandanan yang biasa dipakai pada hari Jumat saya berjalan kaki menuju bengkel motor Sicuk untuk menjemput motor yang saya antar tadi pagi. Rupanya motor itu belum selesai diperbaiki. Sicuk bejanji akan menyelesaikannya sehabis sholat Jumat nanti.
Saya putuskan untuk memakai motor anak saya menuju Masjid Tanah Sirah di Tanjung Ampalu. Saya pilih Masjid itu kali ini karena kangen dengan guru saya, Pak Asril, guru SD saya yang penyayang. Beliau biasanya sholat Jumat di Masjid Tanah Sirah ini. Sekaligus juga menjadi Pengurus Masjid itu.
Sesampainya di Masjid itu alhamdulillah saya dapat duduk dekat dengan Pak Asril, Sang Guru Idola. Pengurus mulai memberikan pengumuman tentang keuangan dan pembangunan masjid. Termasuk bahwa Khatib hari ini berasal dari Kota Padang. Rupanya Khatib itu belum lagi datang. Waktu adzan semakin dekat. Pengurus yang lain melihat dengan cemas kalau-kalau Khatib itu sudah dekat pintu masjid . Alarm berdetak. Khatib itu tidak datang. Pengurus nampak cemas.
Akhirnya pengurus yang memberikan pengumuman tadi menunjuk Pak Asril menjadi Khatib pengganti. Pak Asril menunjuk Ulil Amri yang juga pengurus. Ulil Amri dan Pak Asril secara bersama-sama menunjuk saya untuk naik ke atas mimbar. Akhirnya saya maju naik ke mimbar menggantikan Khatib dari Kota Padang yang gagal datang. Dan saya sukses meyampaikan materi Kutbah Jumat .
Setelah selesai sholat Jumat Pak Asril, Sang Guru Idola memuji saya. Pengurus yang lain memasukkan amplop ke dalam saku saya. Dan saya pulang dengan hati berbunga-bunga. Maklum dapat pujian dari guru dan sebuah amplop yang biasanya berisi uang.
Tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu saya lansung ke bengkel motor Sicuk. Tak diduga sama sekali Jai yang mencemooh saya tadi pagi sedang duduk di bangku-bangku bengkel Icuk. Dia juga sedang memperbaiki motornya."Selesai, Cuk?, tanya saya. "Sudah, Pak, jawab Icuk. "Berapa?". "Rp 25.000". "Ini uangnya. Buka saja sendiri", ujar saya sambil menyodorkan amplop pemberian pengurus Masjid tadi. "Itu gaji saya hari ini", tambah saya lagi. Icuk membuka amplop itu. Jai dengan serius juga menengok ke amplop keramat itu. "Rp 300.000,- Pak, kata Icuk sambil mengeluarkan uang bewarna merah 3 lembar, membuat Jai yang pencemooh tadi, tertunduk malu.
# GP | Bur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar