- Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung
Sabtu, Desember 23, 2023

 

Pojok Ideforia:


KENAPA TAK ADA BUDAYA MALU?



Oleh : Taufiqqurrahman

Sijunjung (SUMBAR).GP-  Kenapa pejabat publik kita tak punya budaya malu? Pertanyaan macam ini kembali muncul terutama setelah adanya kasus Ketua MK Anwar Usman.

Pertanyaannya, kenapa pejabat publik kita tidak mau mundur walau sudah terbukti cacat moral? Mungkin kita akan menganggap karena dia tidak punya malu. Kemudian balik lagi pertanyaannya, kenapa dia tidak punya malu?

Jawaban terhadap hal ini memang tidak sederhana, karena budaya malu di negara ini bukan hanya menjadi persoalan karakter individu, tapi juga karakter sosial. Kenapa demikian?  Dalam analisis tindakan, Peter L. Berger dalam bukunya The Reconstruction Social of Reality menjelaskan ada proses eksternalisasi dan internalisasi dalam tindakan manusia.

Proses eksternalisasi adalah tindakan-tindakan dari individu yang mengeksternal dan mempengaruhi tindakan orang banyak. Sedangkan internalisasi sebaliknya, dimana tindakan dan kebiasaan dari masyarakat atau orang banyak yang menginternal dan diserap  menjadi prilaku individu. .

Jadi kalau tidak ada budaya malu dalam diri pejabat publik kita, bisa jadi bukan tersebabkan  karena faktor pribadinya, bisa karena faktor sosial di sekitarnya, karena tindakan pribadi menurut Berger kadang ditentukan oleh perilaku sosial.

Contoh, kalau ada orang yang  mundur dari jabatan karena tersangkut perkara tertentu, masyarakat kita sering tidak menghargainya itu sebagai sikap kesartia dan bertanggungjawab, tapi malah sebaliknya, kita akan menilainya sebagai pemimpin yang lemah, tidak tahan  terhadap tekanan, tidak tangguh dan lain lain.

Tidak satupun orang yang akan memuji sikapnya itu sebagai sikap sportif dan bertanggungjawab.

Bahkan kalau ada yang berani pasang badan, mengambil alih tanggungjawab orang lain,  atau memikul kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya, dia akan dianggap sebagai komandan yang bodoh. Tidak lihai.

Namun sebaliknya, kalau ada pejabat publik yang  mati-matian mempertahankan kekuasaannya, bisa berkelit dari jeratan hukum, bisa menghindar dari tanggungjawab, kemudian tetap berkuasa dengan cara apapun, dia akan dipuji sebagai orang yang lihai, apalagi kalau dia bisa menimpakan kesalahan yang dilakukan pada orang lain. Dia yang berbuat orang lain yang menerima akibat, maka orang macam ini akan dipuji sebagai orang yang hebat.

Nah, dengan sikap sosial seperti itu, bagaimana mungkin budaya malu akan tumbuh dalam diri pejabat publik kita? Jadi tidak salah kenapa  banyak pejabat publik  tidak punya budaya malu, karena memang sikap kesatria tidak mendapat penghargaan yang semestinya dari kita.
Wallahu'alam

#GP | Sijunjung | 22 Desember 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKLAN ADVERTNATIVE

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS