Sijunjung (SUMBAR).GP- "Sepatah dua kata" disampaikan oleh H Epi Radisman Dt Paduko Alam SH Waketum LKAAM Provinsi Sumatera dalam sambutanya pada acara Tradisi "Berkaul Adat Sesudah Tuai" di Tompat Perkaulan Tanggalo Nagari Aie Angek Kecamatan Sijunjung, Senin (6/11-2023)
Sudah terbiasa Perkaulan itu ramai dikunjungi oleh handai Tolan sanak saudara, apalagi acara tradisional itu diadakan disaat-saat menjelang Pemilihan Umum, justru para caleg dan rombongannya berduyun-duyun mendatangi lokasi atau disebut TOMPAT tersebut guna penampakan sekilas wajah, tutur sang Datuak.
Tapi yang tak boleh dilupakan dalam tradisi Berkaul Adat adalah menyampaikan rasa syukur kehadapan Allah SWT, dan berterimakasih yang tak terhingga teruntuk kepada arwah nenek moyang yang telah "mancancang -latiah dan menaruko Aie Angek nangko", sehingga kini dapat hidup sentosa, sekaligus selalu menjaga silaturrahmi diantara sesama, terutama dikalangan sesama anak cucu kemenakan dalam kaum, suku dan nagari.
Bak pepatah Minangkabau;
Nan kuriak iyolah kundi,
Nan merah iyolah Sago,
Nan baiak Iyolah Budi,
Nan indah iyolah Baso.
Nak duo pantun sairiang;
Kuek rumah karano sandi,
Sandi rusak rumah binaso,
Kuek Nagari karano Budi,
Rusak Budi Nagari binaso.
Tukuk sang Datuak Paduko Alam, sembari berharap agar kita semua yang hadir disini selalu menjaga nilai prilaku Budi pekerti yang terdapat dalam adat budaya Minangkabau.
Dalam acara "Berkaul Adat" tersebut tampak dihadiri Drs, Jufri Dt Simarajo Kabag Kesra mewakili Bupati Sijunjung, Buya Khairuddin SE., Camat Sijunjung, Adrial wali Nagari Aie Angek dan unsur Ninik Mamak, Bundo Kanduang serta anak cucuang Kemenakan yang ada di Nagari Aie Angek dan sekitarnya.
# PG | Herman| era
Tidak ada komentar:
Posting Komentar