Oleh: Hasmi Gustin Rosa, S.Pd, M.Si
(Kepsek SMAN 1 Sijunjung)
Sijunjung (SUMBAR).GP- Era digital adalah salah satu era atau zaman pada kehidupan ini telah mengalami kondisi kemajuan yang cukup pesat dan mengarah ke bentuk digital. Perkembangan era digital akan terus berjalan begitu cepat dan tak bisa dihentikan oleh manusia.
Kondisi tersebut bisa terjadi karena pada dasarnya kita sebagai manusia akan selalu menuntut serta meminta agar semua hal bisa dilakukan secara efisien dan praktis. Hal ini juga akan memberikan berbagai jenis dampak, baik itu dari segi positif maupun negatif.
Era digital merupakan era dimana munculnya digital, jaringan internet, atau lebih khusus lagi teknologi informasi. Era digital ditandai dengan adanya teknologi, di mana terjadi peningkatan pada kecepatan dan arus pergantian pengetahuan dalam ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Kita sebagai orang tua yang merupakan bagian dari masyarakat informasi tidak dapat mengelak bahwa anak-anak di era digital tak pernah lepas dari benda-benda yang berhubungan dengan teknologi. Hadirnya teknologi digital yang sudah dikenal oleh anak-anak adalah gadget yang banyak ditemukan dalam bentuk tablet dan handphone (HP). Era digital memudahkan siapa saja mengakses informasi, kapan saja dan di mana saja. Hal ini berlaku bagi siapa saja, termasuk juga anak-anak.
Kita tidak memungkiri siswa kita merupakan anak-anak generasi digital yaitu generasi era dimana teknologi akan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anak-anak era generasi digital menjadi sangat cepat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi. Karenanya orang tua menghadapi banyak tantangan dalam membesarkan dan mengasuh anak-anak di era seperti sekarang.
Karakter tidak bisa diajarkan dengan pendekatan teori untuk anak-anak, tetapi harus diajarkan dengan perilaku dan contoh perbuatan. Tugas keluarga dalam mendidik anak-anak sudah sangat berat dan harus dibantu oleh sekolah. Tetapi, kita harus ingat bahwa tidak semua anak sedari kecilnya sudah menjadi tanggungan sekolah. Janganlah kita salah tafsir bahwa anak-anak yang sudah diserahkan kepada sekolah untuk dididik adalah seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah.
Telah dikatakan bahwa kewajiban sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak-anak. Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya.
Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.
Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga itu telah dinyatakan oleh banyak ahli didik dari zaman yang telah lampau.
Comenius (1592-1670), seorang ahli didaktik yang terbesar, dalam buku Didaktica Magna, di samping mengemukakan asas-asas didaktiknya yang sampai sekarang masih dipertahankan kebenarannya, juga menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi anak-anak yang sedang berkembang.
Dalam uraiannya tentang tingkatan-tingkatan sekolah yang dilalui oleh anak sampai mencapai tingkat kedewasaannya, ia menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan di dalam keluarga yang disebutnya scola-materna (sekolah ibu).
Untuk tingkatan ini ditulisnya sebuah buku penuntun, yaitu Informatorium. Di dalamnya diutarakan bagaimana orang-orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan bijaksana, untuk memuliakan Tuhan dan untuk keselamatan jiwa anak-anaknya.
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dalam pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak ia lahir sampai meninggal di dalam keluarga/pergaulannya sehari-hari. Orang tua adalah seseorang yang mendampingi dan membimbing anak dalam beberapa tahap pertumbuhan, yaitu mulai dari merawat, melindungi, mendidik, mengarahkan dalam kehidupan baru anak, dalam setiap tahapan perkembangannya (Brooks, 2001: 72).
Graha (2007: 39) mengatakan bahwa orangtua bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anaknya, karena (1) anak adalah anugerah Tuhan kepada orang tua, (2) anak mendapat pendidikan pertama dari orang tua , dan (3) orang tua lah yang mengetahui karakter anaknya.
Interaksi di tahun-tahun awal dengan orang tua/ pengasuh serta kondisi lingkungan rumah memberikan pengaruh menetap dan jangka panjang pada kematangan perkembangan dan kesuksesan pendidikan anak.
Kemajuan teknologi memberikan pengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat termasuk dalam ruang lingkup keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini terutama berbasis teknologi digital memberikan dampak positif dan juga dampak negatif bagi tumbuh kembang anak dalam keluarga.
Teknologi digital, diantaranya internet, HP Android dan televisi menjadi satu aspek penting dalam faktor yang mempengaruhi perkembangan anak serta karakteristik anak. Kemunculan teknologi digital sesungguhnya bersifat netral, positif dan negatif yang dapat muncul dari alat ini tentu tergantung dari pemanfaatannya.
Teknologi digital akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, jadi dapat membantu perkembangan anak. Maka dari itu diperlukan peran orang tua dalam mengawasi anak di era digital sekarang.
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang.
Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Sutdrajat, 2011: 2).
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good).
Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam keadaan bodoh, dorongan-dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan dapat memerintahkan atau menguasai akal sehatnya. Maka, efek yang mengiringi pola pengasuhan dan pendidikan seseorang akan dapat mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar menjadi beriringan secara harmoni atas bimbingan akal dan juga ajaran agama (Sutdrajat, 2011: 2).
Hidayatullah (2010: 12) yang mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti dipahat. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit dengan hati-hati dipahat atau pun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya.
Orang tua adalah lingkungan terdekat anak yang memiliki kesempatan dan peranan yang sangat besar dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsa. Sebab, hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu mencapai puncak peradaban dunia.
Parenting merupakan cara terbaik untuk membangun karakter anak. Sejak usia dini, anak tak lepas dari peran orang tua. Peran mereka menjadi penting karena sebelum bersekolah anak terlebih dulu mengenal orang tua. Dari sini anak-anak mulai belajar dan membentuk karakter. Karena itu, para orang tua harus membekali diri dengan Parenting. Parenting tak bermaksud menggurui, justru solusi mengatasi persoalan para orang tua mengupayakan pembangunan karakter anak.
Karakter dinilai penting untuk anak. Tanpa itu, seseorang tak dapat hidup di lingkungan masyarakat dengan baik. Sebagai contoh, sepintar apapun seseorang bila tak berkarakter akan sulit mendapat pekerjaan. Begitu sebaliknya. Untuk itu, anak perlu dibekali keduanya.
Oleh sebab itu di SMAN 1 Sijunjung juga telah melaksanakan parenting untuk menimbulkan sinergisitas antara orang tua dengan guru. Parenting dengan tema “Komunikasi Efektif Orang Tua dan Anak di Era Digitsl unuk Mencetak Generasi Cerdas yang Berakhlak Mulia”.
Seluruh orang tua dan guru untuk bersinergi membentuk karakter siswa yang pada umumnya merupakan Generasi Z. Pada Generasi Z memiliki tantangan yang sangat besar yaitu perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat. Selain itu, Masa remaja merupakan masa yang penuh tantangan maka diperlukan problem Solving yang dapat dilakukan antara anak dengan orang tua dengan fokus pada permasalahan.
Parenting ini sangat dibutuhkan orang tua dalam menghadapi para remaja. Hal ini dapat terlihat dari antusias orang tua dalam acara, karena orang tua merupakan profesi seumur hidup dan sepanjang hayat.
Dengan adanya sinergesitas antara orang tua dan guru maka anak-anak SMAN 1 Sijunjung semuanya mempunyai karakter yang baik dan pembelajaran di SMAN 1 Sijunjung dapat berjalan dengan baik dan anak-anak bisa mencapai prestasi terbaiknya dan diterima di Perguruan Tinggi dan Sekolah Tinggi kedinasan yang diinginkannya. Setiap permasalahan yang ada di sekolah dapat diatasi sehingga tidak dak lagi masalah-masalah kenakalan remaja ditemui di SMAN 1 Sijunjung.
DAFTAR PUSTAKA:
Astuti, Henny Puji, SmartParenting : Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Anak Di Kelurahan Bandarjo, Boja, Kendal, Rekayasa Vol. 12 No. 1, Juli 2014. UNNES
Brooks,J.B, Parenting, ThirdEdition. California: MayfiedPublishing Company, 2001
Graha, C, Keberhasilan anak di tangan orangtua. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007
Hidayatullah, M. F, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka, 2010
Sudrajat, A, Strategi Pendidikan Karakter, Jurnal Pendidikan Karakter Tahun I Nomor 1, 2011
#GP | Sijunjung | 22 November 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar