Hal itu disampaikan oleh Suddin kepada awak media Goparlement.com usai shalat zhuhur di musholla setempat ketika menunggui isterinya yang sedang sakit di RSI Ibnu Sina Padang, Kamis (10/8).
Lebih lanjut Suddin berkisah "tahun tujuh puluhan saya pernah bertugas ke Sumpur Kudus untuk meninjau dan mengawasi pembangunan PUSKESMAS. Waktu itu saya pergi bersama Bakhtiar Sati, seorang staf Administrasi di Biro Pembangunan, Kantor Gubernur Sumatera Barat. Mobil FIAT buatan Jerman yang disopiri oleh Bapak Djamaan mengantarkan kami sampai ke Palayangan Kumanis. Dari situ kami berjalan kaki didampingi tim dari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung sampai ke Nagari Unggan. Suatu perjalanan yang melelahkan tapi juga menyenangkan", kenang Suddin menerawang masa lalunya.
"Suatu hal yang sangat menakjubkan adalah kekompakan masyarakat Nagari Unggan dan sekitarnya dalam bergotong royong. Mereka mengiringi perjalanan orang pergi gotong royong itu dengan musik talempong menuju lokasi kerja. Kegembiraan terpancar dari wajah mereka untuk membangun negeri. Serombongan ibu-ibu datang menjunjung talam berisi nasi dan lauk pauk untuk makan siang", ujar Suddin berkisah.
"Satu lagi yang sangat mengesankan adalah tentang kenderaan orang sana ketika itu adalah kuda beban. Kuda tersebut bisa naik sendiri ke Pelayangan tanpa dipandu oleh tuan mereka. Terus mereka berjalan mendaki bukit menuruni lurah membawa barang-barang kebutuhan manusia seperti semen, seng, beras dan lain-lain. Mereka berhenti sendiri di tempat-tempat peristirahatan, di Tanjung Bonai, Sawah Silupak dan di Sipua", tambah Sudin.
Apa yang diceritakan oleh Suddin dibenarkan oleh seorang Tokoh masyarakat Sumpur Kudus, Mudasar, S.Pd. "Itu dulu. Sekarang kuda itu sudah sirna. Pelayanganpun sudah digantikan oleh jembatan, kuda sudah berganti dengan mobil dan motor," ujar Mudasar mengakhirinya pensiunan guru SMP itu.
# GP | Bur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar