Kegiatan ini diselenggarakan oleh Ikatan Da'i Indonesia Sumatera Barat atau dikenal juga IKADI SUMBAR, berkolaborasi dengan Lembaga dan Ormas Islam se Sumatera Barat, sekaligus Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Tabligh Akbar kali ini berfokus membahas makna Hijrah dan Spirit Kepahlawanan Nasional, yang berjalan dengan penuh khidmat.
Sebelum sesi pembahasan dari Ustadz Salim dimulai, acara dibuka oleh beberapa sambutan diantaranya dari Ustadz Dr. H. Urwatul Wusqa, Lc,. MA. selaku Dewan Pembina IKADI Sumbar dan Ustadz H. Muslim Muhammad Yatim, Lc., M.M., selaku Anggota DPD/MPR RI Dapil Sumbar.
Adapun peserta yang hadir dalam kegiatan ini dihadiri sekitar 500 jamaah, dan diikuti dengan
penuh antusias, terbukti banyaknya peserta yang bertanya dan datang dari berbagai wilayah yang ada di Sumatera Barat, mulai dari Pasaman, Pariaman, Batusangkar, Solok, Sijungjung, Sawahlunto dan tentu saja dari Kota Padang.
IKADI SUMBAR mengambil momentum agenda Safari Dakwah Ustadz Salim yang datang ke Ranah Minang, dengan maksud agar masyarakat Sumatera Barat dapat memetik pelajaran secara langsung dari hadirnya beliau di acara Tabligh Akbar ini, dalam rangka menguatkan semangat hijrah dan memperingati momentum Tahun Baru Islam di Bulan Muharram 1445 Hijriah.
Ustadz Salim adalah seorang penulis, dengan karyanya yang fenomenal di kalangan anak muda khususnya para singelillah seperti Dalam Dekapan Ukhuwah, Agar Bidadari Cemburu Padamu yang pernah ditayangkan dalam series terbaru oleh SAF original, Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah, dan karya beliau lainnya yang selalu mengandung pesan mendalam.
Sesi materi, berlangsung dengan cukup kondusif, dan membahas beberapa poin penting terkait makna hijrah yang diajarkan dalam Islam, serta mengambil hikmah dari banyaknya kisah perjuangan penuh semangat hijrah pada masa sebelumnya.
Ustadz Salim menekankan pada poin memaknai spirit hijrah dalam Islam dan bagaimana anak muda di zaman sekarang dapat me
Sebagai anak muda khususnya, spirit hijrah menegaskan bahwa hijrah itu berani berkorban, hanya mengandalkan atau bertawakal kepada Allah, terus dan tidak berhenti belajar, dan terus rendah hati atau tawadhu'.
Beliau juga berpesan kepada seluruh jama'ah yang hadir, bahwa dalam berhijrah, tidak ada yang tidak dikorbankan, terkhusus meninggalkan zona nyaman menuju jalan yang Allah perintahkan.
Lebih lanjut, "Kita memang tidak bisa memaksa orang untuk berubah dan berhijrah," tambah beliau di detik-detik sesi penutupan.
Terakhir, beliau menyampaikan bahwa ada beberapa prinsip seorang muslim dalam berhijrah.
Pertama, kita harus memberi teladan sebelum mengajak, kemudian mengikat hati sebelum memperkenalkan dengan menyamakan dulu frekuensinya, berikan pengenalan sebelum memberi peringatan dengan memberi kemudahan bukan dipersulit, dan berilah kabar gembira.
Kedua adalah kita harus bertawakkal. Satu-satunya tempat untuk bersandar adalah Allah SWT dan bukan mengandalkan harta, jabatan, dan sebagainya. Hal tersebut telah dicontohkan Shuhaib setelah berhijrah ke Madinah.
Ketiga yaitu tidak berhenti belajar. Orang yang berhijrah tidak pernah berhenti mencari ilmu. Justru, dia selalu haus dan kurang akan ilmu agama. Tanpa ilmu iman kita tidak akan meningkat. Ilmu akan mengiringi setiap ibadah yang dilakukan.
Keempat, kata dia, adalah rendah hati. Penyakit orang yang baru berhijrah adalah sombong. Merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Hal ini yang sangat perlu dihindari.
Ustaz Salim mengatakan, jangan sampai berhijrah namun hanya pindah dosa. Meninggalkan dosa-dosa yang membuat Allah tidak ridha justru pindah ke dosa yang Allah tidak akan ampuni, yakni kesombongan.
#GP|ZAP|ABD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar