Sijunjung (SUMBAR).GP- Baru-baru ini, sebuah ensiklopedia makanan top dunia melalui laman webnya tasteatlas.com menempatkan Pisang Goreng asal Indonesia sebagai "Makanan Penutup Gorengan Terbaik" di dunia.
Pisang goreng dinobatkan menjadi makanan terbaik, diantara 50 jenis makanan gorengan yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia.
Publikasi tersebut tentu memberikan dampak positif terhadap perkembangan kuliner, baik sebagai makanan lokal maupun dalam rangka ekspansi makanan tradisional hingga mancanegara.
Namun, ada suatu hal yang patut kita ketahui, bahwa munculnya pisang goreng di kancah dunia ada peranan tangan-tangan terampil pelaku UKM (Usaha Kecil Menengah) dalam mengolah pisang disertai bumbu-bumbunya yang pas.
Sebelum sampai di tangan pelaku UKM, yang tak kalah penting adalah peranan petani sebagai pelaku utama yang membudidayakan pisang di lahan pertanian masing-masing.
*Perkembangan Pisang Tingkat Nasional*
Pisang goreng, makanan khas Indonesia masuk daftar camilan terbaik di dunia mengalahkan kuliner camilan dari negara lain, bahkan Italia, demikian ditulis Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) di media sosial resminya.
Asal muasalnya tentu saja dari pisang yang merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan Indonesia yang tentu saja punya potensi ekspor melimpah.
Dibandingkan buah-buahan yang lain, pisang merupakan buah yang paling dominan diproduksi di Indonesia. Volumenya berada diatas buah nenas, mangga, jeruk, durian bahkan pepaya. Demikian dilaporkan BPPSDMP di laman resmi media sosialnya.
*Kondisi Pisang Kabupaten Sijunjung*
Sebagai enumerator panel harga pangan yang tugasnya memantau, mencatat serta melaporkan kondisi pasokan, distribusi maupun harga pangan strategis setiap harinya, penulis berkesempatan memantau pisang di pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sijunjung.
Tak hanya di pasar tradisional, bahkan kondisi pisang di pasar modern pun tak luput dari perhatian penulis sejak 2015 hingga sekarang.
Dalam kesempatan berkunjung ke Pulau Jawa, perkembangan pisang di Kabupaten Tangerang dan penyeberangan Bakauheni-Merak juga menjadi perhatian penulis.
Meskipun pisang bukan termasuk komoditas yang harus selalu dipantau, tetapi pisang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Berdasarkan data primer, hasil wawancara dengan para pedagang, ternyata ketersediaan pisang di Sijunjung lebih banyak dipasok dari luar daerah, antara lain Kabupaten Tanah Datar, Solok, Mentawai, Tapanuli Tengah dan Bengkulu hingga Lampung.
Tak jarang, penulis juga menemukan UKM penjual pisang goreng di ibukota kabupaten tidak berjualan dengan jawaban sederhana, "Tidak mendapatkan pisang di pasar kemarin".
*Pisang Kepok Tanjung*
Jika kita tulis kalimat pisang kepok tanjung pada mesin pencarian google di layar laptop maupun android masing-masing, maka di halaman pertama akan muncul gambar, video, berita hingga informasi penjualan pisang kepok tanjung dari berbagai sumber.
Lalu, pilihlah halaman kedua, akan muncul judul "Buka Bimtek Pisang Kepok Tanjung, Ini Kata ..." yang disajikan oleh portal sijunjung.go.id milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung.
Hal ini tentu tak lepas dari tingginya perhatian Pemda terhadap komoditas Pisang Kepok Tanjung di Kabupaten Sijunjung.
Pisang Kepok Tanjung adalah inovasi Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika yang kantornya berada di Aripan, Solok. Sekarang kantor tersebut berobah nama menjadi Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Tanaman Buah Tropika.
Karena tak memiliki jantung sehingga diberilah nama Tanjung (Tanpa Jantung) pada akhiran pisang dimaksud. Sebetulnya pisang itu bukan tak memiliki jantung, tapi jantungnya menjadi buah semua sehingga tak memerlukan pembuangan jantung.
Tahun lalu diadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pisang Kepok Tanjung yang dibuka oleh Wakil Bupati Iraddatillah dengan narasumber Edison HS dan pesertanya yaitu penyuluh pertanian.
Bersamaan dengan Bimtek, juga dilakukan penanaman perdana Pisang Kepok Tanjung di lahan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan IV Nagari. Sekarang percontohan budidaya pisang tersebut telah berproduksi dengan baik.
Meminjam istilah Ikhwan Wahyudi pada artikel antaranews.com "Menikmati secangkir kopi panas ditemani dengan pisang goreng adalah perpaduan sempurna teman penyambut pagi atau sore menjelang bagi warga Minang di Sumatera Barat.
Hal itu telah penulis rasakan dengan menikmati langsung, lebih kenyal dan lebih manisnya pisang goreng hasil alam sekitar dibanding pisang batu biasa.
*Potensi Ekonomi*
Potensi sekarang yaitu mengajak petani agar mau membudidayakan Pisang Kepok Tanjung pada lahan yang dimilikinya.
Terbukti dalam waktu satu tahun, dengan jarak tanam 4x3,5 meter telah menghasilkan bertandan-tandan pisang yang bisa dikonsumsi sendiri maupun dijual.
Namun potensi juga berbuah tantangan, tak banyak petani yang tertarik untuk memanfaatkan lahan dengan menanami pisang unggul dimaksud.
Satu tandan pisang seberat 35 kilogram, berkisar 12 hingga 15 sisir dengan total 150 buah berpotensi menghasilkan cuan Rp. 100.000,-
Nominal tersebut baru untuk satu batang pohon pisang dengan perlakuan sederhana. Peluang usaha yang sayang untuk dilewatkan.
Ada banyak lahan pekarangan, tegalan, bekas tambang, ladang serta lahan milik sekolah yang bisa dimanfaatkan dengan budidaya Pisang Kepok Tanjung.
Bahkan jika telah terpenuhi kebutuhan lokal, bukan tak mungkin Sijunjung siap untuk menjadi pemasok kebutuhan ekspor nantinya.
Sehingga terwujud internasionalisasi pisang goreng, karena tak semua buah pisang bisa diolah dan lezat menjadi pisang goreng.
*Penulis adalah PP. Muda, pemerhati sosial dan perwakilan topsumbar.co.id Biro Sijunjung
#GP | Sijunjung | 29 Juli 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar