Padang Panjang(SUMBAR).GP- Kota Padang Panjang menjadi salah satu lokasi syuting film berjudul "Lelaki Minang" pada Juni mendatang. Film yang disutradarai Agus. H. Pattiranie (sutradara serial "Si Doel Anak Sekolahan"-red) ini mengangkat cerita drama dibalut dengan budaya dan adat istiadat Minangkabau.
Wali Kota, H. Fadly Amran, BBA Datuak Paduko Malano saat menerima kunjungan Co-Produser "Lelaki Minang", Rivieranur di Rumah Dinas Wali Kota, Jumat (12/05/2023) menyampaikan dukungannya.
“Kita sangat mengapresiasi, kisah-kisah bernuansa Minangkabau mewarnai dunia perfilman di Indonesia. Semoga film 'Lelaki Minang' bisa sukses. Bisa memberikan pesan-pesan moral bagi penontonnya, terutama bagi generasi muda,” katanya didampingi Staf Ahli SDM dan Kemasyarakatan, Yas Edizarwin, S.H.
Rivieranur mengatakan, film yang akan ditayangkan di Cinema XXI itu, untuk Padang Panjang syuting di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Sigando dan Kubu Gadang. Proses syuting berlangsung lebih kurang 10 hari di Padang Panjang. Selain Syuting di kota berhawa sejuk ini, juga mengambil adegan di beberapa daerah di Sumbar.
“Secara keseluruhan proses syuting film ini memakan waktu 20 hari, dilanjutkan dengan proses editing lebih kurang tiga bulan. Penayangan perdana film ini direncanakan akhir tahun ini,” ujarnya.
Di antara nama pemeran film berdurasi 1 jam 30 menit ini yaitu Aditya Zoni, sebagai Amri, Nabila Zavira (sebagai Saidah), Sarah Falecia (Moningka), Tasman Taher (Burhan), Mira Zayra (Fatiyah), Dolly Martin (Mak Jhon), Firda Razak (Umi Qulsum), dan Annete Edoarda (Atika).
Diceritakan dalam sinopsisnya, berawal dari perbedaan status sosial antara Burhan dan Fatiyah menyebabkan cinta mereka tidak direstui pihak keluarga.
Sosok Buya Marwah menjadi penyelamat di tengah situasi yang mereka hadapi. Buya Marwah pun akhirnya membantu Burhan dan Fatiyah berbicara dengan kedua belah pihak keluarga Umi Qulsum (ibu Fatiyah) dan Datuk Syarif (ayah Burhan).
Atas bujukan Mak Jhon pula, kedua orang tua pun merelakan pernikahan anak mereka, dengan catatan mereka harus meninggalkan tanah kelahiran dan merantau ke ibukota demi menaikkan status sosialnya.
Selang 25 tahun berlalu, kehidupan Burhan dan Fatiyah dikaruniai harta dan seorang putra bernama Amri yang pula sedang berada di puncak karir dan percintaannya.
Seindah-indahnya kehidupan rantau, suatu hari ranah Minang memanggil jua. Kerinduan akan sanak keluarga membawa Burhan, Fatiyah, dan Amri kepada konflik yang pelik namun jelas akan jawabannya, bahwa adat dan agama haruslah dijunjung tinggi.
#GP | DF | Harris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar