Dalam usia senja itu, Buya meninggalkan cita-cita dan pemikiran yang harus dikenang dan dilestarikan. Untuk mengenang dan meneruskan legacy pemikiran dan cita-cita Buya Syafii, MAARIF institute bekerjasama dengan Anak Panah dan SaRanG Building mengadakan acara Tour De Buya
Tour De Buya dengan napak tilas perjuangan Buya Syafii di tiga tempat bersejarah yaitu Taman Makam Husnul Khatimah, Perpustakaan Ahmad Syafii Maarif dan Serambi Buya.
Acara ini diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar. Peserta yang mengikuti tour ini terjaring dari berbagai kampus di penjuru negeri, mulai dari Aceh, Padang, Riau, Lampung, Jakarta, Tarakan, Kendari dan tentunya Yogyakarta.
Selain dari berbagai kampus, peserta juga terdapat dari lintas agama.
Perjalanan dimulai dari Taman Makam Husnul Khatimah Kulon Progo, tempat yang menjadi peristirahtan terakhir Buya Syafii setelah menghembuskan napas terakhir di RS PKU Gamping.
Singkat cerita, Buya setelah wafat, diminta langsung oleh Presiden Joko Widodo untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun sebelum wafat, Buya pernah berwasiat agar dimakamkan di Makam Husnul Khotimah yang dikelola langsung oleh PKU Muhammadiyah.
Selain itu, Buya juga sudah memesan beberapa petak tanah untuk keluarganya.
Perjalanan dilanjutkan menuju Perpustakaan A. Syafii Maarif yang terletak di Kampus Terpadu Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Madrasah Mu’allimin sendiri adalah sekolah dimana Buya menempuh pendidikan formal selama tiga tahun. Di sekolah ini pula, Buya mendapatkan ilmu agama dan keterampilan beroganisasi yang lebih matang.
Di perpustakaan, peserta diberikan materi yang disampaikan oleh Ketum PWM DIY, Muhammad Ikhwan Ahada, beliau menyampaikan pemikiran Buya yang melintas batas, tentang kemanusiaan, pemecahan permasalahan kekinian dan masa depan.
Selain itu ada Erik Tauvani Somae, kader ideologis Buya yang selalu menemani Buya selama perjalanan hidupnya. Erik bercerita pada ranah yang lebih ringan, menceritakan kehidupan Buya sebagai tokoh besar namun memilih jalan hidup yang sederhana.
Perjalanan terakhir menuju ke Serambi Buya yang terletak di Nogotirto, Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Serambi Buya merupakan rumah Buya yang ditinggalinya selama di Yogyakarta yang sekarang dialihfungsikan sebagai tempat peninggalan Buya Syafii yang dikelola langsung oleh Suara Muhammadiyah.
Didalamnya terdapat buku, lukisan dan barang-barang sejarah Buya (artefak). Serambi Buya ini sudah pernah dikunjungi oleh topsumbar.co.id pada saat Mukatamar ke-48 Muhammadiyah tahun lalu.
Kembali setelah perjalanan, peserta diberi seminar kepenulisan oleh penulis nasional, Iqbal Aji Daryono. Peserta diberikan materi terkait bagaimana menulis dengan baik dan benar, dengan penggambaran yang jelas dan terperinci.
Seminar kepenulisan ini diadakan selain untuk membuka wawasan dan melatih menulis, yaitu sebagai kewajiban peserta untuk membuat tulisan yang nantinya akan dibuat buku dan diterbitkan.
Ketua Panitia, Sidiq menyampaikan acara ini diadakan dengan tujuan untuk mengenang satu tahun meninggalnya Buya Syafii dan yang lebih penting adalah meneruskan serta mewujudkan cita dan pemikiran Buya Syafii yang melintas batas itu.
Dan sasaran peserta adalah pelajar dan mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membuat bangsa lebih baik.
Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif yang biasa disapa Buya beberapa waktu lalu diusulkan secara berjenjang oleh Pemda Kabupaten Sijunjung melalui Pemprov Sumbar kepada Menteri Sosial sebagai Pahlawan Nasional.
#GP | Herman | AG | rilis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar