Sijunjung (SUMBAR).GP- Masih berada di kedai Saka malam itu. Bukan main sedih, malu dan kecewanya hati. Karena tidak sehelai benangpun kain sarung itu laku terjual. Mungkin tidak ada di dunia ini orang merasakan kekecewaan sepedih itu".
Lansung Datuk Kariman menjawab cepat. "Ada guru. Aku sendiri pernah mengalami. Sekitar tiga bulan yang lalu aku menggantikan mertuaku menjual lemang di Pasar Sijunjung. Dia menyuruhku karena dia demam sehabis membuat lemang itu. Aku tak dapat menolak. Di waktu pagi masih gelap kubawalah tabung-tabung lemang itu kepinggir jalan dan selanjutnya naik bus ke Pasar Sijunjung". Ujar Datuk bersemangat.
"Sesampainya di Pasar Sijunjung, lalu aku gelar lemang itu di tempat biasa ibu mertuaku menggalas. Dari pagi sampai sore tak seorangpun yang membeli lemangku. Jangankan untuk membeli bertanya saja pun tidak. Aku jadi murung memikirkan ongkos mobil nantinya pulang", tambah Datuk yang kurus dan berkumis ini.
"Apa yang saya takutkan kini benar-terjadi. Di tengah perjalanan, dekat Pasar Jumat stokar atau knek bus mencolekku untuk minta ongkos. Lalu aku membungkuk ke bawah bangku mobil. Aku ambil dua batang lemang. Lalu aku sodorkan lemang itu kepada stokar itu. "Aku bukan minta lemang", kata stokar yang tidak mengerti dengan keadaanku. Semua penumpang menoleh ke arahku. Kemana lagi wajah hendak ku sembunyikan".
"Guru !!! Di dunia ini mungkin tidak ada orang yang membayar ongkos mobil dengan lemang. Hanya akulah satu-satunya. Malu!!! Aku sangat malu, Guru. Semenjak peristiwa itu, setiap kali Mertuaku membuat lemang aku tanya, " tidak akan demam kan Mak?". Kalau akan demam janganlah teruskan membuat lemang itu. Aku tak sanggup menggantikan Mak menjual lemang itu ke pasar".
Datuk Pincu nampak senyum-senyum mendengarkan cerita Datuk Kariman. Pangulu dan aku juga. Dari cerita Datuk Kariman jelas dan terang bukan aku saja yang menderita malu dan kecewa karena barang dagangan tidak laku.
Bersambung.....!
#GP | Sijunjung | 16 April 2023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar