Sekretaris DPC PBB Kabupaten Sijunjung dan
Ketua Umum Pemuda Muslim Sijunjung
Sijunjung (SUMBAR).GP- Dalam kondisi bangsa Seperti ini ter ingat kita akan Kalam tuhan, ayat tuhan yaitunya surat Asy-Syams ayat 9-10 yang artinya "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."
Dalam ayat ini Allah mengatakan ada kerugian dan ada keberuntungan ketika kita manusia mengotori atau membersihkan jiwanya.
Tentu ini menjadi pertanyaan bagi kita kenapa Tuhan mengatakan hal yang demikian pasti ketika kita mengotori jiwa kita atau membersihkan jiwa kita akan berdampak kepada kehidupan kita dan masyarakat maupun dalam berbangsa.
Ketika kita mampu membersihkan jiwa kita tentu kita akan kembali kepada fitrah kita sebagai manusia, apa itu fitrah kita sebagai manusia yaitunya manusia yang cendrung kepada ke hanifan( Kebenaran karna itu adalah hakikat manusia.
Dan ketika manusia itu berada dalam kehanifan( fitrah) maka akan baik lah manusia itu secara individu dan akan baik pula dalam hidup bermasyarakat apalagi menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat.
Kenapa demikian karna ketika kita mampu membersihkan jiwa kita, kita akan mampu menemukan diri kita yang sebenarnya, diri kita yang mempunyai idealisme dan ketika kita tau dengan idealisme diri kita maka kita akan mempunyai nilai-nilai ketuhanan
Dan coba kita ber andai-andai kalau pemimpin bangsa ini tau dengan dirinya tau dengan fitrah maka dia memimpin dengan idealismenya itu.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.”
Jadi ada dua kategori pemimpin yang pertama adalah pemimpin yang memimpin dengan jiwa yang tenang dan kedua pemimpin yang memimpin dengan jiwa yang gelisah dan tidak tenang.
Maka Tuhan mengatakan beruntung lah orang yang menyucikan jiwanya, ketika orang ini menyucikan jiwanya maka akan timbullah kemaslahatan untuk dirinya.
Dan ketika seorang manusia yang mengotori jiwanya maka manusia itu akan di dominasi oleh nafsu amarah yang mengarahkan kita pada kemungkaran.
Coba kita bayangkan nafsu amarah yang jadi Presiden, jadi Gubernur atau jadi Bupati tidak tau akan seperti apa jadinya bangsa dan Negara ini.
Kalian baru saja pulang dengan baik dari jihad kecil menuju jihad besar.” Pada sahabat bertanya, “Apa itu jihad besar?” Beliau menjawab, “Seorang hamba memerangi hawa nafsunya,” (HR. al-Baihaqi).
Jadi kata Nabi Muhammad SAW jihad paling besar itu adalah jihad dalam mengendalikan diri sendiri jihad melawan diri sendiri mampu tidak kita untuk tetap istiqamah dalam idealisme ( Fitrah) kita atau kita menuruti hawa nafsu yang lobo, tamak dan sebagainya.
Dalam kondisi bangsa dan Negara seperti ini mungkin ada baiknya kita kembali membaca dan meng evaluasi diri kita masing-masing sebagai pemimpin, sudahkah kita memimpin bangsa ini sesuai dengan fitrah kita, sesuai dengan idealisme kita.
Atau jangan-jangan kita dalam memimpin menuruti hawa nafsu maka terjadilah berbagai krisis di Negara kita pada saat sekarang ini. Krisis sosial,krisis ekonomi krisis politik yang akhirnya menyebabkan kehancuran dalam tatanan Negara itu sendiri.
Sebab para pemimpin kita, memimpin tidak lagi dengan fitrahnya, mereka memimpin dengan Nafsunya, maka lembaga-lembaga Negara tidak berjalan sesuai dengan fungsi nya.
Dapat kita lihat sekarang ini kondisi pangan kita porak poranda kebutuhan pokok kita naik, penghasilan masyarakat menurun di karenakan harga tidak sesuai lagi dengan standar salah satu contoh harga sawit yang dulu kisaran 2000 an sekarang turun sampai 400 rupiah, bagaimana masyarakat akan melakukan transaksi jual beli ketika kebutuhan pokok naik dan pendapatan menurun.
Dan hal ini harus ada solusi oleh pemerintah yang di tawarkan pada masyarakat tidak diam-diam saja.
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa yang pedih”
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An Nahl:90)
Untuk itu melalui ayat ini kita harapkan kepada generasi penerus bangsa ini agar terus melakukan pembersihan jiwa dan tidak mengotori jiwanya agar tugas dan fungsi Khalifa fil,Ard itu jalan sebagaimana mestinya.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam surat Al-Baqarah ini Tuhan menegaskan bahwasanya memang manusia itu akan ada berbuat keburukan cuman berbuat keburukan itu dalam rangka mencari idealisnya, dalam rangka mencari jati dirinya dan fitrahnya.
Dan dalam rangka mencari jati diri ini, maka perlulah manusia, butuhlah manusia itu dengan pendidikan.
#GP | Sijunjung | 12 April 2023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar