Renungan Waktu Sahur (6) Aku Cinta Kamu Juga Dia - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

Renungan Waktu Sahur (6) Aku Cinta Kamu Juga Dia

Selasa, Maret 28, 2023

Oleh: Ustadz Zulkifli, S.Sos

Ketua FPKS DPRD Kabupaten Sijunjung


Sijunjung (SUMBAR).GP-  Pernah jatuh cinta? Setiap orang pasti pernah mengalaminya. Tua dan muda, lelaki dan perempuan. Tapi bagaimana dengan mencintai diri sendiri? Sebesar apa kita mencintai diri sendiri? 


Kita ingin diri kita sehat, kuat, pintar, kaya, saleh, punya nama baik, dan sebagainya. Kita berusaha agar diri kita tidak sakit, lemah, bodoh, miskin dan apalagi menjadi pendosa. Kita ingin bahagia dan tidak mau sengsara. 


Di atas dunia yang ramai ini, bukan hanya kita yang ingin seperti itu. Tetapi saudara-saudara kita yang lain juga mau seperti itu pula. Mereka ingin baik dan bahagia juga. 


Kenyataannya, orang yang ramai itu, beragam latarnya dan beragam perilakunya. Maka dalam berinteraksi dipastikan terjadi perbedaan pendapat dan benturan kepentingan. Sehingga mungkin saja terjadi kekacauan dan saling Zalim satu sama lain. 


Islam memberikan acuan yang indah agar kekacauan terhindari dan tercipta harmoni. Ukuran keberhasilan kita sukses berinteraksi dengan orang lain adalah cinta. Sebesar cinta terhadap diri sendiri. Nabi Muhammad s. a.w.  bersabda:


” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ”


"Tidak beriman salah seorang di antara kamu, sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai diri sendiri."(HR. Bukhari dan Muslim) 


Betapa mulianya ajaran Islam, cinta terhadap saudara dikaitkan dengan keimanan. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin pandai dia membuktikan cinta kepada saudaranya sesama Muslim. 


Rasulullah s. a. w mengajarkan itu sejak dini. Saat permulaan hijrah, kaum Muhajirin yang berasal dari Makkah masing-masing dipersaudarakan dengan kaum Anshar yang tinggal di Madinah. Kaum Anshar pun dengan ridha membagi dua apa yang mereka miliki dengan kaum Muhajirin. Baik ladang, dagangan, rumah, makanan dan sebagainya. Sampai akhirnya para Muhajirin mandiri.  


Dalam realisasi sehari-sehari, kita dituntut untuk memuliakan saudara kita sebagaimana kita memuliakan diri sendiri. Sikap jelek tidak boleh dilakukan, panggilan yang tidak pantas tidak boleh keluar dari mulut. Seperti melabeli seseorang dengan julukan buruk tertentu. 


Suatu hari, Abu Dzar al-Ghifari dan Bilal bin Rabah, dua sahabat Nabi s.a.w, berselisih paham.


Saat sedang bertengkar, Abu Dzar tiba-tiba keceplosan mengucapkan, “Dasar, kulit hitam!” Bilal sangat tersinggung mendengar ucapan itu. Lalu mengadukan galaunya kepada Rasulullah s.a.w.


Mendengar itu, rona wajah Nabi s.a.w berubah dan bergegas menghampiri Abu Dzar. Lalu berkata, “Sungguh dalam dirimu masih terdapat jahiliyah!”


Kemuliaan seorang hamba tidak diukur berdasarkan suku, ras atau pun warna kulit. Namun semata karena ketaqwaannya kepada Allah s.w.t.


Mendapat nasihat Rasulullah, Abu Dzar menangis dan memohon ampun kepada Allah s.w.t. Ia menyesali dan berjanji di hadapan Nabi untuk tidak mengulanginya dan segera memohon maaf kepada Bilal.


Abu Dzar pun mendatangi Bilal lalu tersungkur bersujud dan memohon Bilal untuk menginjak wajahnya. Ia menempelkan pipinya di atas tanah yang berdebu dan dilumpurkannya pasir ke wajahnya berharap Bilal mau menginjaknya. Berulang kali Abu Dzar memohon agar Bilal menginjak wajahnya.


“Injaklah wajahku, wahai Bilal! Injak wajahku! Demi Allah Injaklah wajahku, wahai Bilal! Aku berharap dengannya Allah akan mengampuniku dan mengampuni sifat jahiliyah dari jiwaku!”


Tetapi Bilal tetap berdiri kukuh pada tempatnya. Lelaki itu menangis mendapati Abu Dzar sedemikian terpukulnya. Ia kemudian berkata, “Semoga Allah mengampunimu, Abu Dzar. Aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di muka yang penuh cahaya sujud pada Allah itu.” Keduanya lalu menangis dan saling berpelukan. 


Cinta adalah memuliakan dan sekaligus memaafkan saudara. Ramadhan mendidik kita untuk menjaga nafsu, pandangan dan ucapan. Agar saling memuliakan menjadi pemandangan sehari-hari dalam kehidupan umat Islam. 


Sebesar apa kita mencintai diri sendiri? Sudahkah sebesar itu juga kita mencintai saudara sesama Muslim? Dan cinta berdasar iman itu tidak pilih-pilih latar belakang, warna kulit, jabatan maupun kekayaan. Aku cinta kamu, dia dan kita semua. 


#GP  |  Sijunjung | 28  Maret 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKLAN ADVERTNATIVE

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS