Ketua FPKS DPRD Kabupaten Sijunjung
Sijunjung (SUMBAR).GP- Suatu ketika saya mengunjungi sebuah kafe di Kota Padang bersama beberapa teman. Kami memilih meja kemudian memesan menu, lalu menerima print out pesanan. Sambil menunggu minuman datang, kami ngobrol santai. Tiba-tiba saya teringat ingin mengganti minuman yang saya pesan. Ketika saya tanya ke meja pemesanan, ternyata tidak bisa. Sudah terlanjur masuk pesanan melalui sistem.
"Apakah minumannya sudah dibuat?" tanya saya.
"Belum pak," kata sang Kasir. "Masih nunggu antrian."
"Kalo belum dibuat, kan bisa diganti seharusnya," sanggah saya.
"Tidak bisa pak, memang begitu sistemnya." jawabnya.
Akhirnya saya tidak jadi ganti minuman. Padahal minuman pengganti yang ingin saya pesan, lebih mahal dari minuman pertama dan saya ingin pesan dua, satu dibungkus untuk dibawa pulang nantinya. Otomatis menambah omset kafe. Sayang sekali sistem yang mereka pakai masih belum memudahkan.
Mungkin teman-teman punya cerita serupa. Berinteraksi dengan urusan yang katanya pakai sistem, aplikasi, digitalisasi atau apapun namanya, ternyata malah bukan lebih mudah tapi lebih ribet. Adanya sistem semestinya membuat urusan lebih mudah, lebih cepat, dan lebih berkualitas. Bukan lebih sulit dan menimbulkan masalah baru.
Bisa jadi karena niat awal seorang owner hanyalah ingin menjawab pertanyaan, "Bagaimana ya membuat sistem aplikasi, supaya kelihatan keren dan kekinian? ".
Bukan bermaksud menjawab pertanyaan, "Bagaimana ya membuat urusan lebih mudah dan lebih nyaman, sehingga orang yang dilayani lebih puas?"
Atau mungkin punya niat mau memudahkan, tapi kurang untuk uji coba hingga sistem siap dan kurang menyiapkan SDM.
Apapun itu, dalam ajaran Islam, kita dituntun untuk memudahkan urusan orang lain, bukan malah membuat jadi lebih susah. Kita diajarkan untuk membuat orang puas dan gembira, bukan kecewa dan kesal.
Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
"Permudahlah dan jangan persulit, buatlah mereka gembira dan jangan buat mereka lari." (Muttafaq 'Alaih)
Memudahkan urusan orang, adalah keharusan, di bidang apapun. Baik di bidang swasta, pemerintah, dakwah, hingga urusan pribadi dan rumah tangga. Untuk merealisasikannya bukan diperlukan sistem aplikasi, melainkan hati nan terlatih sabar dan tulus. Dada yang lapang dan berprasangka baik. Aplikasi hanyalah alat bantu, sedangkan hati adalah sumber daya utama.
Inilah contoh yang diperlihatkan oleh Nabi s. a. w, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Saat itu, ketika Nabi Muhammad dan para sahabat sedang duduk-duduk di Masjid, datanglah seorang badui lalu kencing di dalam Masjid. Para sahabat menghardik dan memarahinya.
"Berhenti! Berhenti! "
Nabi melarang sahabat membentak dan menyuruh agar membiarkan badui itu menyelesaikan hajatnya dulu. Lalu meminta sahabat menyiramkan air ke bekas kencing tadi, dan kemudian baru menasehati si Badui dengan lembut, tentang adab di dalam Masjid.
Akhirnya badui itu menerima nasihat dengan senang, bahkan mendoakan, "Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan rahmati yang lain bersama kami"
Ujung doa si Badui tentu kurang tepat, namun dapat dimaklumi karena dia baru belajar. Tapi doanya menunjukkan kepuasan terhadap respon yang diberikan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi Wassallam.
Ramadhan yang penuh berkah, sesungguhnya juga bagian hikmah dari spirit memudahkan urusan orang lain. Karena dalam tuntunan ibadah puasa Ramadhan, tersimpan kemudahan-kemudahan yang Allah berikan. Apabila sakit, boleh berbuka, dan mengqadha di lain hari. Musafir yang tidak kuat berpuasa, boleh juga mengqadha. Begitu pula ada kemudahan bagi Ibu Hamil, Ibu menyusui dan orang tua.
Firman Allah Subhana wata'ala terkait ibadah puasa:
يُريدُ الله بكُمُ اليُسْرَ وَلا يُريدُ بِكُمُ العُسْر
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah; 185)
Spirit memudahkan urusan orang lain adalah spirit Islam. Jadikan orang senang berurusan dengan kita. Kalo mampu, kita lakukan seperti ungkapan; (dengan mencoret kata "tidak"). "Semudah membalikkan telapak tangan."
Barakallahu fikum.
#GP | Sijunjung | 29 Maret 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar