Sijunjung (SUMBAR).GP- Menjadi orang yang mendapat amanah dari Allah adalah karunia tersendiri dan sudah semestinya dijaga dan dirawat dengan baik. Di antara bentuk menjaga amanah yaitu mendidik anak dengan baik, mengajarkan akhlak mulia.
Anak merupakan titipan Allah yang suatu saat mereka hidup mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang tua. Karena itu ia harus dibekali dangan akhlak, ilmu, dan keimanan yang kuat. Begitu pun bagi orang tua, mereka harus bersungguh-sungguh mendidik anaknya agar kelak ia dapat menjalani kehidupannya dengan bekal pengetahuan dan pengajaran dari orang tua.
Allah berfirman dalam Attahrim 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka terhadap perintah Allah dan menjalankan apa yang Allah perintahkan
Lazimnya, orang tua hanya menjadikan buku maupun channel media sebagai referensi pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini diperparah kurangnya mengenalkan akhlak dan kandungan hikmah yang diunduh dari Al-Qur’an, sunah, nasehat para ulama.
Padahal Islam yang dikenal sebagai agama yang memperhatikan pentingnya pembentukan akhlak telah menegaskan dalam Al-Ahzab 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik untuk kalian, yaitu bagi mereka yang mengharap rahmat Allah, hari akhir dan mengingat Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa mencari sosok yang bisa dijadikan suri tauladan dapat dengan menelusuri jejak hidup Nabi Muhammad yang mendapat gelar manusia berakhlak mulia (makarim akhlak); bagaimana masa kecil, masa remaja, menjadi pemimpin, jujur, dapat dipercaya, hingga menjadi role model bagi sahabat maupun masyarakatnya.
Hal ini ditegaskan pula dalam sebuah riwayat Musnad Ahmad dari jalur Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia
Dari ayat dan hadits di atas, sangat jelas bagaimana tanggungjawab orang tua dalam mendidik dan membentuk karakter/ akhlak anak-anaknya. Sebab citra agama Islam bermuara dari akhlak pemeluknya.
Lantas apa yang terlebih dahulu diperkenalkan?
Pertama adalah dengan kasih sayang. Sikap ini mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak, seperti, dapat meningkatkan kerja otak, menimbulkan semangat, adanya kedekatan psikis anatara orang tua dan anak, membuat anak lebih terbuka dan percaya diri. Jangan sampai memarahi atau membentak anak dengan suara keras.
Kedua adalah dengan nasehat ajakan berbuat baik dan mencegah berbuat buruk, hal ini dijelaskan dalam surat Luqman ayat 17:
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
Artinya: Wahai anakku! Dirikanlah shalat dan ajaklah (manusia) berbuat baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara penting.
Dalam sebuah hadits:
عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ
Artinya: Dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat saat mereka berusia tujuh tahun dan pukullah (hukumlah) mereka sebab meninggalkan sholat saat mereka berusia 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka. (H.R Abu Daud)
Ketiga, orang tua memberikan contoh yang baik, hal ini sesuai sabda Nabi dalam Sunan Abi Daud:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: Setiap anak yang terlahir dalam keadaan suci, kedua orangtuanya itu yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau Majusi.. (Sahih Bukhari).
Perlu diketahui bersama bahwa faktor utama anak-anak jatuh kedalam jurang kejahatan itu berasal dari keluarga yang rapuh dimensi akhlaknya, dan mempengaruhi kehidupan. Oleh karena itu, orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk moral kepribadian anak, yaitu melalui pendidikan yang dipraktikkan melalui sikap perbuatan atau teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian membentuk generasi berakhlak mulia sudah seharusnya dimulai dari hulu hingga hilir, dimulai dari kasih sayang, nasehat dan arahan orang tua. Sebab ketiga hal ini disinyalir mampu mengurai persoalan dekadensi moral yang mewabah di era digital saat ini.
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
#GP | Sijunjung | 17 Oktober 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar