"Kita apresiasi Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung yang mengusulkan ke Pemerintah Republik Indonesia cq Kebudayaan atas ditetapkannya Bakaua Adat dan Batobo Konsi sebagai WBTbI," ungkap Epi Radisman, Selasa (11/10).
Menurut Ninik Mamak asal Manganti Kecamatan Sumpur Kudus ini, Bakaua adat adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan masyarakat setiap tahun sebagai tanda syukur kepada Allah, setiap kali selesai panen.
Didaftarkan secara nasional maupun ke internasional itu boleh-boleh saja, Bakaua Adat melambangkan kekompakan antara Ninik mamak bersama anak cucu jo kemanakan dalam suatu nagari.
Dicatatkan sebagai WBTbI, Bakaua Adat dan Batobo Konsi itu, akan memberikan semangat dan motivasi bagi kita Ninik Mamak bersama kaumnya untuk tetap melestarikan kegiatan dimaksud secara rutin dan teratur pada masa mendatang.
Tradisi Bakaua Adat merupakan Alek Ninik mamak dengan kaumnya, kita berkumpulnya bersama-sama memasang niat bersyukur kepada Allah dan memohon kepada Allah agar hasil panen berikutnya juga meningkat dan sukses menjalankan musim tanam berikutnya.
"Pada kesempatan itu juga diberikan pencerahan oleh yang berkompeten, baik dari segi bercocok tanam, agama dan tata cara adat istiadat kepada kaum yang menghadirinya,"ungkap Wakil Ketua LKAAM Sumbar itu.
Batobo Konsi juga demikian, merupakan tradisi yang telah membudaya dilingkungan nagari dalam Kabupaten Sijunjung sejak masa lalunya.
Batobo Konsi merupakan organisasi kerja sekelompok orang, baik kaum bapak, maupun kaum ibu atau kelompok remaja secara bersama sama melakukan kegiatan pengolahan sawah, ladangnya secara bergiliran dilokasi lahan masing masing anggotanya.
Pemimpin dalam Batobo Konsi itu disebut "Tua Tobo" yang mengatur segala sesuatunya berkaitan dengan kelancaran kegiatan Batobo Konsi tersebut, termasuk jadwal kegiatan, dan kegiatan menabung uang dalam kelompok Tobo Konsi itu.
Batobo Konsi, pada perinsipnya menumbuhkan sifat kegotongroyongan masyarakat, menanamkan rasa silaturahmi sesama anggota dizaman modern ini oleh pemerintah khususnya bidang pertanian dikembangkannya menjadi kelompok tani (Keltan) dan Kelompok Tani wanita (KWT)
Dalam Pituah Ninik Mamak kegotong royongan itu berbunyi " ringan samo dijinjing berat sama dipikul" dalam rangka meningkatkan mensejahterakan kehidupan masyarakat nagari.
Misalnya, kebiasaan di daerah kita mau memasuki bulan Ramadan, kebiasaan masyarakat Sijunjung ada "tradisi membantai" ternak kerbau, yang gulai dan sambalnya dagingnya disuguhkan saat berdoa memasuki Ramadhan, bagi anggota Tobo Konsi tidak lagi mencari uang untuk pembeli daging dimaksud, karena sudah mulai ditabungkannya melalui "Tuo Tobo" sejak awalnya.
Di Kabupaten Sijunjung kelompok Tobo Konsi itu sekurang- kurangnya terdari dari 5 orang anggota, guna dibudayakan dalam mengolah sebuah kegiatan pertanian yang disepakati bersama.
Pada saat itu, masing masing anggota tinggal menerima pembagian daging yang menjadi haknya untuk dibawa pulang ke ramahnya. Jadi cukup banyak manfaat sosial kemasyarakatan yang terselip dalam budaya "Batobo Konsi" tersebut ujar Angku Datuak ini.
#GP | Herman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar