Padang Panjang(SUMBAR).GP- Memasuki minggu kedua Januari 2022, tingkat inflasi Kota Padang Panjang mengalami deflasi atau kurangnya jumlah uang yang beredar. Ini disebabkan daya beli masyarakat rendah.
Kabag Perekonomian dan Sumberdaya Alam, Putra Dewangga, SS, M.Si saat dikonfirmasi, Kamis (13/01/2022) menambahkan, hingga saat ini inflasi di Kota Padang Panjang masih mengacu pada Kota Bukittinggi. Bukittinggi mengalami deflasi, Padang Panjang juga. Deflasi ini akan memicu penurunan pendapatan usaha masyarakat dan tenaga kerja.
Hingga saat ini, tambah Putra, tingkat inflasi di Sumatera Barat per Desember 2021 adalah 0,42% (bulan ke bulan/mtm) dan 1,40% (tahun ke tahun/yoy). Selama tahun 2021, inflasi di Sumatera Barat dipengaruhi beberapa faktor pendorong dan penghambat.
Komoditas pendorong dan penghambat tersebut di antaranya minyak goreng dengan perubahan harga 38,39%, dan inflasinya 0,37%. Angkutan udara perubahan harga 9,60% dan inflasinya 0,16%. Perubahan harga filter rokok kretek 4,78% dan inflasi 0,11%. Bahan bakar rumah tangga perubahan harga 5,73% danil inflasi 0,10% dan Ikan Tongkol/Ikan Ambu-ambu perubahan harga 14,65% danil inflasi 0,07%.
Dari data di atas, sebut saja, kenaikan harga minyak goreng yang terjadi sepanjang tahun, sangat mempengaruhi inflasi secara keseluruhan di Sumatera Barat dengan dan inflasi sebesar 0,37% dari seluruh komoditas hingga saat ini.
Untuk penghambat data inflasi, seperti Cabai Merah perubahan harga -38,98%, Bawang Merah -9,17%, Jeruk -7,43%, Telur Ayam Ras -4,25% dan tomat -19,90%.
“Dari data ini, dapat diambil kesimpulan turunnya harga Cabai Merah selama tahun 2021, berperan besar dalam mempengaruhi melambatnya inflasi di Sumatera Barat. Dengan penurunan harga sebesar 38,98% sepanjang tahun 2021, memiliki andil 0,71% dalam menghambat laju inflasi,” ulasnya.
#GP | DF | Cigus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar