"Genarasi muda Nagari Durian Gadang, bersemangat mengikuti latihan demi menerima seni tradisi nagari masa lalu," ungkap Tuti Dendri.
Menurut Tuti Dendri, Durian Gadang termasuk dalam Kecamatan Sijunjung, berada dipinggir sungai yang dikenal dengan "Batang Kuantan" gabungan sungai Ombilin dan Sinamar.
Sesuai dengan kehidupan masyarakatnya, yang hidup dipinggir sungai sejak zaman dahulu kala.Batang Kuantan merupakan jalur transportasi utama bagi masyarakat setempat.
Kemanapun mereka pergi, harus menggunakan perahu kayu, baik untuk menyeberang, kehilir maupun ke hulu, tetap memakai perahu kayu dan dayuangnya juga dari kayu di Batang Kuantan tersebut.
Adakalanya air sungai itu, dangkal dan adakalanya meninggi dan deras, namun demi memenuhi kebutuhan hidup, mereka tetap saja mengharungi sungai tersebut.
Saat air Batang Kuantan naik atau membesar, supaya perahu jangan dibawa arus kehilir disaat itu diperlukan tenaga ekstra yang disebut"Kuncang Dayuang" sehingga perahu dapat melawan arus, supaya tidak karam dan selamat sampai ke tujuan.
"Kuncang Dayung itu berarti memper" kencang" tempo pendayuang nya, agar perahu jangan dibawah arus kehilir atau supaya jangan karam, sehingga semua penumpang selamat sampai ke tujuan," jelas Tuti Dendri.
Dikatakan Tuti Dendri dari sejarah kehidupan masyarakat tersebutlah, lahir irama atau lagu "Kuncang Dayuang" yang kini sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Durian Gadang.
"Saat ini jumlah peserta latihan musik kayu dengan lagu "Kuncang Dayuang" itu sebanyak 20 orang, kelihatan mereka antusias dan semangat mengikuti latihannya setiap pekannya," terang Tuti Dendri.
"Lumayanlah, masih ada anak anak yang mau mewarisi "musik kayu" dengan lagu "Kuncang Dayuang" dan kesenian tradisional lain di Durian Gadang ini," Aku Tuti Dendri.
#GP | Herman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar