Demikian dikatakan anggota MPR RI, yang juga Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Matttalitti kepada pengurus Pemuda Pancasila di Jawa Timur. Penegasan itu disampaikan LaNyalla dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Surabaya, Rabu (19/5/2021).
Ditambahakan LaNyalla, salah satu ukuran keberhasilan Bhineka Tunggal Ika adalah ketahanan sosial yang kuat di masyarakat. Di tengah derasnya arus informasi yang terkadang menyebabkan gesekan antar masyarakat. Dan juga di tengah krisis ekonomi dampak dari Pandemi Covid-19.
“Di sini Pemuda Pancasila harus mengambil peran untuk memperkuat ketahanan sosial. Karena Pemuda Pancasila lahir sebagai penjaga dan penguat nilai-nilai Pancasila, yang salah satunya adalah menjaga kebhinekaan agar tetap menjadi ciri bangsa Indonesia. Sehingga bangsa lain bisa belajar dari Indonesia,” tukas LaNyalla.
Sebab, imbuhnya, para pendiri bangsa saat mencetuskan Pancasila, sudah melalui proses dialog dan masukan dari hampir semua tokoh bangsa dengan beragam latar belakang. “Ada dari kalangan akademisi dan kaum terdidik, ada dari kalangan tokoh agama dan ulama, ada dari kalangan kaum pergerakan dan aktivis kemerdekaan, juga ada dari kalangan militer dan negarawan,” tandasnya.
“Jadi sudah lengkap. Dan suasana kebatinan saat itu berada dalam frekuensi yang sama. Yaitu semangat untuk merdeka dan lepas dari penjajahan. Sekaligus mensyukuri nikmat Tuhan, yaitu kemerdekaan. Itulah mengapa Pancasila yang digagas para founding fathers kita sudah paripurna,” urainya.
Ditambahkan LaNyalla, Pemuda Pancasila selama ini terbukti sebagai ormas yang aktif bersama elemen bangsa lain untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan dan cita-cita luhur pendiri bangsa ini.
“Karena itu, sudah seharusnya forum-forum Pemuda Pancasila diisi dengan diskusi persoalan-persoalan bangsa yang fundamental. Persoalan yang ada di hulu. Bukan di hilir. Sebab, pondasi dan arah bangsa ini ada di hulu. Ada di konstitusi kita, yang hingga hari ini telah mengalami empat kali amandemen,” tandas Senator asal Jatim itu.
Sebab, lanjut LaNyalla, jika kita sibuk berbicara persoalan yang di hilir sementara melupakan persoalan yang di hulu, hasilnya hanya kuratif dan karitatif. “Tidak menyentuh akar persoalan. Malah yang terjadi kita berdebat kusir dan ribut sendiri. Dan itu yang diinginkan bangsa dan negara lain,” pungkasnya.
#GP | Red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar