Oleh: Rikha Anggraini, M. Pd |
Padang(SUMBAR).GP- Lagi dan terulang kembali.
Ada duka di antara suka, mengiringi takbir yang berkumandang.
Tak terasa tahun kini sudah memasuki 1442 Hijriah. Tua sekali umurmu bumiku.
Lamunanku terjeda sejanak. Ku pandangi jauh menusuri jalan, kemudian mulai kubandingkan malam ini dengan malam di tahun-tahun yang telah berlalu, tampak tak lagi seseronok seperti sebelumnya.
Tak nampak lagi obor api yang di giring memutari kota, serta dentuman gendang dan riuh nyiur suara menyerukan nama- Mu ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim.
Ntah apa yang terjadi padamu wahai bumiku.. Adakah kau lelah menopang dosa, angkara, hawa nafsu Adam dan hawa? Para hamba -Nya yang tak lagi berke-Tuhan- an Yang Maha Esa?
Kali ini bukan hanya tentang Ibu Pertiwi yang berduka, hati dan air matanya berlinang..tapi mungkin tentang seluruh isi dan penduduk bumi yang kemudian hilang..akal, pikiran dan rasa!
Pagi ini ku bentangkan sajadah, ku jalankan perintah-Mu yang sudah tentu menjadi kewajibanku serta seluruh hamba-Mu.. tak lupa ku panjatkan doa, ku mulai percakapanku dengan memujaMu. Ya Robb..tak lupa ku memohon ampunan segala khilaf dan dosa, serta ku do'a kan juga kepada sanak famili, tetangga, kaum muslimin dan muslimat di seluruh pelosok dunia ini.
Aku bersyukur kali ini masih diberi kesempatan membuka mata di hari Raya yang Fitri. Memakan roti, serta memakai baju yang indah serta menawan hati.
Tapi ini aku, ceritaku! Lantas bagaimana dengan si Aris yang seorang pemulung tua renta, atau si uni Tia yang seorang janda beranak lima? Serta si Asep yang merana tidak bisa pulang dan berkumpul, karena harga ongkos pulang ke Jawa baginya seperti harga menjual ginjal beserta isi gubuknya.
TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM BARAKALLAHU FIIKUM.. bagaimanapun, susah atau senang.. inilah idul Fitri kita, dengan masing-masing cerita. Syukuri, dan mari bekerjasama benahi dunia, iman sebagai pondasinya.
#GP | Red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar