Ponorogo(JATIM).GP- Pandemi covid-19 belum selesai hingga saat ini, bahkan angka jumlah kasus di Indonesia terus merangkak naik. Demikian juga angka kasus pasien covid 19 meninggal dunia juga terus meningkat.
Tim kamboja MCCC Ponorogo khususnya dalam hal ini menjadi garda terakhir tidak pernah tidak sibuk dan terus masih berjuang.
Disituasi serba sulit ini mereka memiliki banyak kisah mengharukan selama menjalankan misi kemanusiaan.
Takut terpapar
Rasa takut dan was-was juga masih terbersit dibenak masing-masing relawan saat awal menjalankan tugas, takut akan ikut terpapar virus corona. Namun kekhawatiran ini tidak menciutkan hati mereka untuk mengambil peran kemanusian.
Kepada awak media, Achmad Mufattachi koordinator lapangan tim kamboja covid 19 MCCC Ponorogo saat dihubungi mengungkapkan bahwa rasa kemanusianlah yang mendasari ia dan tim nya terus bergerak dari awal sampai hari ini.
Tachi sapaan akrabnya, mengungkapkan Ketika awal melaksanakan pemakaman jenazah pasien Covid-19 tak dipungkiri ada rasa takut dalam benak relawan kamboja. Relawan dibayangi oleh kenyataan belum adanya obat Covid-19, hingga ancaman turut terpapar virus corona jenis baru itu.
Kejadian yang pertama di Ponorogo kasus meninggal pasien covid-19 pertama di Ponorogo terjadi 21 april 2020 tachi dan tim kamboja nya lah yang pertama kali turun untuk melaksanakan pemakaman secara prokes. "Saat itu kami masih sendiri dan belum ada relawan lain bahkan masyarakat pun masih sangat takut mendekat, mungkin karena kurangnya edukasi," terangnya.
Berkat bimbingan petugas dan dokter RSU Muhammadiyah dimana pasien dirawat, penggunaan APD dilakukan dengan hati-hati sesuai prosedur yang berlaku. Meskipun terik matahari pukul 12 siang sedang pada puncaknya.
Diskriminasi keluarga
Kurangnya edukasi pada awal masa pandemi, beberapa relawan sempat mendapat teguran dari keluarga karena takut terpapar virus corona. Namun seiring berjalannya waktu dan adanya edukasi dari RSU Muhammadiyah dan RSU 'Aisyiyah secara berkala kepada para relawan, keluarga sudah legowo karena sudah paham.
Ditemui terpisah, Fiky relawan asal Kecamatan Sawoo juga menuturkan bahwa ia dan beberapa relawan sempat ditegur oleh keluarga. "Kita maklum mas, soalnya kan masih awal-awal pandemi juga beresar berita yang terlalu dibesar-besarkan dimedia jadi keluarga sudah pasti takut. Apalahi virus ini kan sesuatu yang tidak tampak mata," tambahnya.
Tim Kamboja MCCC Ponorogo dibentuk karena adanya kasus pasien Covid 19 meninggal, sementara itu belum ada petugas khusus untuk pemakaman jenazah dengan kasus ini di kabupaten Ponorogo.
Masih menurut dia, sebelumnya sebagian besar relawan dalam tim ini juga sudah tergabung dengan MCCC Ponorogo dalam banyak kegiatan seperti penyemprotan desinfektan di banyak titik fasilitas umum, lumbung pangan, distribusi bantuan sembako, edukasi, dan beberapa kegiatan lainnya.
#GP | Muh Nurcholis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar