JAKARTA.GP- Pandemi sudah berjalan selama satu tahun. Dalam periode ini, kehidupan masyarakat berubah drastis, karena anak-anak belajar di rumah dan mayoritas orang tuanya bekerja dari rumah.
PSBB diberlakukan dan mobilitas dibatasi. Saat ini, istilah PSBB diganti dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pergerakan masyarakat masih tetap dibatasi.
Sejak awal 2021 diberlakukan PPKM mikro dan mulai 9 Maret akan diperpanjang lagi hingga tanggal 21 Maret 2021.
Mengapa harus diperpanjang? Karena program ini terbukti menekan kasus corona di Indonesia.
Widyastuti, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan bahwa, positivity rate corona turun, yakni dari 18% pada bulan februari, menjadi hanya 11,8% pada bulan Maret.
Sementara itu, angka kesembuhan juga meningkat, yakni 310.412 orang dan persentasi keembuhannya 94%.
Hal ini membuktikan keampuhan PPKM mikro dalam menekan penularan corona. Sehingga ketika diperpanjang, diharap angka pasien covid akan terus menurun.
Saat PPKM mikro diberlakukan memang ada beberapa perubahan peraturan pada masyarakat. Anak-anak tetap school from home, akan tetapi orang tuanya masih boleh work at home sebanyak 50% dari jatah hari kerja.
Selain itu, kafe, restoran dan tempat umum lain harus tutup jam 8 malam. Saat akan naik pesawat terbang, penumpang harus tes swab dan surat keterangannya hanya berlaku selama 2 hari.
Mengapa masih ada pembatasan mobilitas, padahal sudah setahun pandemi? Karena faktanya, masih banyak pasien corona di Indonesia.
Selain itu, virus covid-19 bisa menular lebih cepat ketika pergerakan masyarakat naik. Apalagi ketika ada masyarakat yang tinggal di daerah berzona merah, bisa menularkan corona ke warga di daerah lain tanpa ia ketahui.
Naiknya jumlah pasien corona bisa terlihat ketika ada mobilitas massal, misalnya setelah long weekend. Pasca libur panjang di bulan februari 2021 lalu, keterisian ruang isolasi di RS darurat Wisma Atlet naik dari 35% jadi 52%.
Oleh karena itu, pembatasan mobilitas kembali digalakkan, agar jumlah pasien covid menurun.
Dokter Wiku Adisasmito menyatakan bahwa, memang PPKM mikro bisa menekan kasus covid, akan tetapi tergantung dari perilaku masyarakat.
Dalam artian, ketika sudah ada larangan untuk bepergian ke luar kota saat PPKM, jangan malah dilanggar. Karena jika pulang dari perjalanan jauh lalu kena corona, yang rugi adalah dirinya sendiri.
Begitu juga keluarga dan teman-teman yang pernah berkontak dengan pasien. Mereka wajib dites swab agar tahu apakah tertular corona atau tidak. Jangan sampai kenekatan kita menjadi marabahaya bagi orang lain. Apalagi jika punya anak kecil. Jangan mentang-mentang ada hari libur, lalu diajak jalan-jalan jauh dan lupa saat ini masih PPKM.
Selain itu, saat PPKM kita masih wajib menaati protokol kesehatan. Jangan pernah lupa pakai masker dan bawalah cadangannya saat keluar rumah. Karena masker hanya bisa dipakai selama maksimal 4 jam. Rajinlah untuk cuci tangan dan membawa hand sanitizer, dan selalu jaga jarak minimal 2 meter.
Juga menjaga imunitas tubuh dan higienitas lingkungan.
PPKM mikro diperpanjang sampai 22 maret 2021 karena ampuh dalam menekan kasus corona di Indonesia hingga 7%, dari februari ke maret.
Namun kesaktian PPKM harus diiringi dengan perilaku masyarakat untuk terus tertib dalam menaati peraturan dan tetap berdisiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan.
#GP | Penulis adalah, warganet tinggal di Pandeglang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar