"Setiap perguruan yang kunjungi di luar Negeri tersebut, sudah terlihat anak didik mereka ke depan mau jadi apa. Dan apa karier mereka ke depan," kata Fauziah Fauzan El Muhammady, Pimpinan Diniyyah Puteri di Padang Panjang, Selasa (23/02/2021).
Ditambahkannya, dari situlah Diniyyah belajar untuk membangun karakter pribadi santri. Apabila nanti pemerintah memberikan santri beasiswa, tentu santri tidak akan menyia-nyiakannya, santri harus bisa membalas dengan hasil yang memuaskan.
“Begitu juga di sini, jika nanti santri masuk ke sini mereka akan diberikan training terlebih dahulu untuk memilih mau jadi apa dan jadi siapa ke depannya,” sebutnya.
Dijelaskannya lagi, dalam kurikulum QUBA, setiap santri dituntut membuat sebuah proyek sendiri. Proyek yang mereka hasilkan, Ponpes akan mengajukan paten dan hak ciptanya.
“Misalkan, kemarin ada santri membuat sabun dari minyak jelantah, sisa nasi dijadikan pupuk, maket untuk senja kenangan, robot pelayan cafe, media pembelajaran dari ludo dan masih banyak lainnya. Itu telah ada patennya. Mereka nantinya tinggal menjualnya maupun kami yang membantu menjual produk mereka,” jelasnya.
Setelah tamat dari sini, katanya, santri tidak perlu lagi susah-susah mencari pekerjaan. “Mereka bisa langsung jadi pengusaha jika dilanjutkan proyek ini. Karena mereka sudah memiliki brand sendiri," katanya.
Dari QUBA kurikulum inilah, setiap santri bisa mencari jati diri mereka. “Insyaa Allah ke depan, pembelajaran di Diniyyah akan berubah. Setiap santri yang ingin bertemu pakar, akan diijinkan. Mereka akan bertemu secara online lewat video conference. Mereka akan berbincang langsung dengan pakar itu. Misalkan mau jadi pebisnis, akan kami hubungkan langsung dengan Sandiaga Uno,” ujarnya.
#GP | DP | GUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar