“Jika melihat potensi yang dimiliki, bukan tidak mungkin kota ini bisa dinobatkan sebagai kota literasi internasional seperti Kota Baghdad di Irak dan Edinburgh di Skotlandia, yang lebih dahulu dinobatkan sebagai Kota Literasi oleh Unesco. Tinggal bagaimana kita mengkolaborasikan dan memediasi berbagai potensi yang dimiliki dan mendukung upaya itu,” sebut Fadly.
Menurut Fadly, keberadaan Padang Panjang sebagai salah satu pusat peradaban Islam modern, tidak bisa terbantahkan dengan keberadaan Pondok Pesantren Thawalib yang mewarnai perjalanan hidup Buya Hamka dan Pondok Pesantren Diniyah Puteri, sebagai pondok pesantren khusus wanita pertama di Indonesia dengan tokoh sentral Syaikah Rahmah El Yunusiah.
“Belum lagi di sini juga banyak dilahirkan penulis-penulis kenamaan seperti AA Navis dengan bukunya Robohnya Surau Kami. Muhammad Subhan yang telah menerbitkan sejumlah novel dan di sini juga diselenggarakan Pertemuan Penyair Asia Tenggara pada tahun 2018 silam,” cerita Fadly.
Terkait upaya untuk membangkitkan kejayaan Literasi Padang Panjang, lanjut Fadly, memang bukan pekerjaan mudah. Tetapi, tidak ada yang mustahil jika dikerjakan bersama-sama dan didukung pemerintah daerah.
“Saya sangat surprise dengan kehadiran Ruang Kreatif Hamasah yang telah mampu menerbitkan 4 buku dalam rentang waktu satu tahun. Virus ini harus disebarkan. Kapan perlu kita dorong masing-masing sekolah untuk menerbitkan buku, baik itu buku sastra ataupun buku akademik,” jelas walikota yang juga mahir membaca puisi itu.
Sebelumnya, Imratul Handayani selaku Pembina Hamasah memaparkan sejumlah program yang telah dan akan dilaksanakan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang bernaung di lembaga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Imam Bonjol itu.
“Setelah buku keempat terbit dengan judul Dua Sisi Dunia, kami juga berencana akan menerbitkan buku antologi puisi dengan judul Semua Tentang Kita. Kami mohon kesediaan Pak Wali untuk ikut berkontribusi dalam buku ini,” sebut Imratul yang juga dosen Bahasa Indonesia itu.
Menurut Imratul, komitmen Hamasah dalam mendukung program literasi terus dilakukan dengan merangkul penulis-penulis pemula untuk bersama-sama menerbitkan buku. Termasuk juga akan melakukan roadshow ke sekolah-sekolah dalam mencari bakat terpendam dalam bidang kepenulisan.
“Tanpa dukungan dari Pemko, impian kami untuk melahirkan penulis-penulis baru, juga tidak akan maksimal. Apalagi, ruang gerak Hamasah lebih banyak didominasi mahasiswa dan alumni STAI Imam Bonjol,” ungkapnya.
Pada pertemuan tersebut, juga dilakukan penyerahan buku antologi cerpen Like a Nedds a Joke yang didampingi penulis buku antologi cerpen Pijar Asmaradahana, Jon Kenedi, penulis pemula Yasmin Aini, Bahrul Ulum, Yessi dan Dewi.
#GP | DF | Release Kominfo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar