JAKARTA.GP- Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) melalui Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema "IstiqlalPreneurship dan Pemberdayaan Umat: Memperkuat Digitalisasi Ekosistem Usaha Berbasis Masjid” (8/12/2020). Webinar yang diawali dengan mengelilingi kawasan potensi usaha Masjid Istiqlal ini menghadirkan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA; Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki; Komisaris Utama PT. Paragon Technology and Innovation, Dr. (HC). Dra. Nurhayati Subakat, Apt; CEO Gerakarya Group dan Wasekjen DPP REI, Ahsanul Haq, serta VP of Collaborative Commerce DOKU, Rachma Fitria Kandini.
Turut hadir juga dalam acara ini Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Eddy Satria, Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat, Laksamana Pertama TNI (Purn) Dr. Asep Saepudin dan pejabat di lingkungan BPMI. Acara webinar ini dipandu oleh Mulyono Lodji, M.Si, salah satu pengurus struktural BPMI.
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA dalam sambutan pembukanya menyampaikan bahwa Masjid Istiqlal berupaya untuk meniru Masjid Nabawi dalam mengoptimalkan fungsi dan peran masjid. “Sudah waktunya merubah paradigma, dari umat yang memberdayakan masjid menjadi masjid yang memberdayakan umat,” tegas Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga menjabat sebagai Ketua Harian BPMI.
Sebagai keynote speaker, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengapresiasi Masjid Istiqlal yang mengangkat masalah ekonomi umat tidak hanya ibadah mahdhah. “Potensi 700.000 masjid di Indonesia sebagai market place menjadikan masjid memiliki peran sebagai titik sentral pemberdayaan umat berbasis UMKM dan Istiqlal bisa menjadi role modelnya,” ungkap Teten dengan antusias karena dapat berkunjung dan melihat secara langsung potensi usaha di Masjid Istiqlal.
Untuk itu, lanjut Teten, dalam urusan digital marketing Masjid Istiqlal harus dibantu agar marketnya tidak diambil pihak luar apalagi ekonomi syari’ah sudah naik dan hanya butuh empowering saja.
Dalam kesempatan yang sama, Nurhayati Subakat, pendiri Wardah kosmetik ini, menceritakan usahanya sejak awal merintis PT Paragon tahun 1985 hingga menjadi perusahaan raksasa dan membawa Wardah menjadi branding terbesar di Indonesia dalam bidang kosmetik dan nomor tiga di Malaysia. “Kunci keberhasilannya adalah inovasi, kreatifitas dan kerja keras,” ungkap saudagar Minang ini yang tidak berminat untuk menjual perusahaan dan usahanya kepada pihak asing.
Menurutnya, kelahiran Wardah sebagai pionir kosmetik halal di Indonesia sangat konsen terhadap upaya-upaya pemberdayaan kaum perempuan, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan pelatihan digital marketing serta pendampingan bagi para reseller. “Kegiatan semacam itu bisa dikerjasamakan dengan Masjid Istiqlal,” harap peraih brand internasioanl yang tumbuh paling cepat nomor enam di dunia.
Sementara itu, Ahsanul Haq memotret ekosistem ekonomi Masjid Istiqlal sebagai masjid yang bisa terkoneksi dengan masyarakat dalam berbagai aktivitasnya. “Potret ekosistem ekonomi Masjid Istiqlal dimulai dari area parkir, di sini sudah ada data yang teridentifikasi melalui barcode, transaksi belanja dengan e-money di lingkungan masjid, kegiatan di ruang terbuka yang melahirkan interaksi dan merupakan fasilitas pertemuan kaum muda perintis bisnis start-up,” ungkap arsitek yang konsen dengan pengembangan digitalisasi masjid-masjid di Indonesia.
Senada dengan pembicara sebelumnya, Ibu Rahmah sebagai perwakilan dari DOKU yang menyiapkan aplikasi e-Istiqlal menjelaskan bahwa e-Istiqlal menggabungkan beragam fungsi mulai dari konten islami terkini khas Masjid Istiqlal, layanan Fintech berbentuk dompet elektronik, market place komunitas, kanal media sosial, dan beragam fitur lainnya. “Berbasis komunitas, fitur serta konten didalamnya ditujukan untuk mendukung berbagai aktivitas para penggunanya secara online, baik yang merupakan jamaah Masjid Istiqlal maupun masyarakat umum,” jelas Rahmah (BU/ML)
#GP | CE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar