Fahira Idris, Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI (dok dpr.go.id) |
JAKARTA.GP- Saat ini bencana nonalam seperti wabah penyakit juga menjadi ancaman nyata yang bisa hadir kapan saja seperti Covid-19 yang sedang terjadi saat ini. Salah satu metode paling efektif membangun kasadaran akan pentingnya mitigasi bencana alam dan nonalam guna mengurangi risiko akibat bencana adalah lewat pendidikan sejak usia dini.
Oleh karena itu formulasi kurikulum pendidikan kebencanaan di Indonesia diharapkan tidak hanya fokus mengulas peserta didik soal mitigasi bencana alam saja, namun juga mengedukasi peserta didik mengenai bencana nonalam salah satunya wabah penyakit, ujar Anggota DPD RI Fahira Idris di Jakarta, Minggu (03/05/2020)
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, secara geologis, geomorfologis dan geografis, Indonesia merupakan negara rawan bencana. Berbagai bencana yang sering menghampiri negeri ini mulai dari bencana geologis (gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus) dan bencana hidro-meterologis (banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, hujan sangat lebat). Namun, bencana tidak hanya melulu akibat faktor alam, tetapi bencana nonalam salah satunya wabah penyakit juga tidak kalah mengancam seperti wabah Covid-19 yang saat ini di Indonesia di hampir semua negara dunia.
“Hari pendidikan nasional yang kita peringati kemarin (2/5) di tengah pandemi Covid-19 idealnya menjadi momentum penting bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan para pemangku kepentingan lain untuk segera merealisasikan kurikulum pendidikan kebencanaan baik alam maupun nonalam terutama wabah. Walau mungkin wabah penyakit, intensitasnya tidak seperti bencana alam, tetapi tetap harus menjadi bahasan penting dalam penyusunan kurikulum bencana. Ini penting, agar ke depan bangsa kita lebih siap menghadapi berbagai ancaman penyakit,” tukas Fahira Idris
Menurut Fahira, tantangan umat manusia dan bangsa di dunia ke depan semakin besar. Wabah Covid-19 ini menjadi peringatan bahwa bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam juga harus mendapat perhatian dan sedapat mungkin diformulasikan mitigasinya.
Tidak hanya wabah penyakit dan epidemi, bencana nonalam lain yang juga bisa mengancam adalah gagal teknologi dan gagal modernisasi. Lewat pendidikan, sambung Fahira, generasi Indonesia ke depan akan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kebencanaan mulai dari tindakan preventif, respon terhadap bencana (disaster response), dan recovery (pemulihan).
“Selain menanamkan pengetahuan dan wawasan, poin penting dari pendidikan kebencanaan adalah agar generasi penerus bangsa ini mampu berpikir dan bertindak cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi bencana baik alam maupun nonalam. Poin penting lainnya yang hendak dituju adalah membangun sikap empati terhadap korban bencana atau mereka yang terserang wabah penyakit sehingga sigap membantu dan punya kemampuan menggalang solidaritas,” pungkas Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI ini.
#GP | Ce | Humas DPD RI
Oleh karena itu formulasi kurikulum pendidikan kebencanaan di Indonesia diharapkan tidak hanya fokus mengulas peserta didik soal mitigasi bencana alam saja, namun juga mengedukasi peserta didik mengenai bencana nonalam salah satunya wabah penyakit, ujar Anggota DPD RI Fahira Idris di Jakarta, Minggu (03/05/2020)
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, secara geologis, geomorfologis dan geografis, Indonesia merupakan negara rawan bencana. Berbagai bencana yang sering menghampiri negeri ini mulai dari bencana geologis (gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus) dan bencana hidro-meterologis (banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, hujan sangat lebat). Namun, bencana tidak hanya melulu akibat faktor alam, tetapi bencana nonalam salah satunya wabah penyakit juga tidak kalah mengancam seperti wabah Covid-19 yang saat ini di Indonesia di hampir semua negara dunia.
“Hari pendidikan nasional yang kita peringati kemarin (2/5) di tengah pandemi Covid-19 idealnya menjadi momentum penting bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan para pemangku kepentingan lain untuk segera merealisasikan kurikulum pendidikan kebencanaan baik alam maupun nonalam terutama wabah. Walau mungkin wabah penyakit, intensitasnya tidak seperti bencana alam, tetapi tetap harus menjadi bahasan penting dalam penyusunan kurikulum bencana. Ini penting, agar ke depan bangsa kita lebih siap menghadapi berbagai ancaman penyakit,” tukas Fahira Idris
Menurut Fahira, tantangan umat manusia dan bangsa di dunia ke depan semakin besar. Wabah Covid-19 ini menjadi peringatan bahwa bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam juga harus mendapat perhatian dan sedapat mungkin diformulasikan mitigasinya.
Tidak hanya wabah penyakit dan epidemi, bencana nonalam lain yang juga bisa mengancam adalah gagal teknologi dan gagal modernisasi. Lewat pendidikan, sambung Fahira, generasi Indonesia ke depan akan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kebencanaan mulai dari tindakan preventif, respon terhadap bencana (disaster response), dan recovery (pemulihan).
“Selain menanamkan pengetahuan dan wawasan, poin penting dari pendidikan kebencanaan adalah agar generasi penerus bangsa ini mampu berpikir dan bertindak cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi bencana baik alam maupun nonalam. Poin penting lainnya yang hendak dituju adalah membangun sikap empati terhadap korban bencana atau mereka yang terserang wabah penyakit sehingga sigap membantu dan punya kemampuan menggalang solidaritas,” pungkas Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI ini.
#GP | Ce | Humas DPD RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar