Sijunjung(SUMBAR).GP- Minggu (5/4) siang kembali Komunitas Guru Belajar (KGB) Sijunjung yang digagas Sri Hastuti, M.Pd berkolaborasi dengan pihak Radio Favorit 92.0 FM Susi Yulianingsih dengan tema miskonsepsi guru belajar.
Menurut Sri Hastuti, kerjasama dengan radio Favorit 92.0 FM ini, akan berlanjut setiap hari Minggu kedepannya dengan tema yang berbeda, sehingga semua guru daerah ini dapat mengikuti siarannya dalam memacu semangat jadi guru yang merdeka dalam belajar.
Pada Minggu lalu (29/3) merupakan kegiatan dalam rangka perkenalan Komunitas Guru Belajar (KGB) baik dengan radio Favorit 92.0 FM sendiri maupun dengan para pendengarnya.
Pada saat itu, menampilkan tri tunggal KGB Sijunjung yakni Sri Hastuti, M.Pd, Desi Delarosa, S.Pd dan Novi Edmawita, S.Pd dalam dialogis memperkenalkan kegiatan,profil serta tujuan KGB Sijunjung kepada masyarakat dan para guru daerah langsek manih.
Tema KGB pada tampilan kedua di Radio Favorit saat ini adalah Miskonsepsi Guru Belajar, disampaikan oleh guru penggerak Sri Hastuti, M.Pd, Alia Yovica, S.Pd dan Fidra Yanti Maldar, S.Pd dipandu penyiar kocak Radio Favorit Kak Oka.
Secara bergantian Penggerak KGB Sijunjung memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.Tuti menyampaikan bahwa sebelum mengenal Miskonsepsi guru Belajar maka kita harus tau tentang Merdeka Belajar.
Mengutip tulisannya Bu Najela Shihab. Pendiri kampus Cikal dan KGB Nusantara dalam bukunya “Merdeka Belajar Di Ruang Kelas” bahwa urgensi utama guru sebagai pendidik yang merdeka yaitu; 1) Komitmen, 2) Memiliki kemandirian, dan 3) Berefleksi .
Sedangkan miskonsepsi Guru Belajar ada 5 yaitu : 1) Guru belajar karena insentif external seharusnya guru belajar secara alamiah . 2) Guru belajar harus dari ahli seharusnya guru dapat belajar dengan teman seprofesi , 3) Guru belajar hanya tahu “how to” seharusnya belajar berdasarkan konteks, 4) Guru belajar dikejar target yang dipaksakan seharusnya guru belajar itu butuh waktu , 5)Guru mengembangkan kompetensi individu seharusnya guru dapat berkembang bersama guru lain.
Dari kelima miskonsepsi tersebut , Bu Yovi (Alia Yovica ) sudah mematahkannya, Kalau diri saya dulu.... masih belajar hanya tahu “how to”. Hanya tahu cara mengajarkan materi kepada anak atau peserta didik. Contoh kalau saya mau mengajarkan simple present tense (kalimat untuk menyatakan kegiatan rutin, kebiasaan dan fakta atau kebenaran umum), ya saya hanya tahu cara mengajarkan materi itu.diberikan gambar, diberikan bentuk penggunaannya, rumusnya, kalau kalimat positifnya seperti apa, negatif, kalimat tanya seperti apa.
Padahal yang sebenarnya saya harus menanamkan kepada peserta didik konsep berdasarkan konteks. Konteks kehidupannya sehari – hari yang ada di lingkungannya sekitar dan dari diri peserta didik itu sendiri. Saya bisa mengajarkan berdasarkan konteks.
Nah itulah miskonsepsi yang ada dari diri saya yang harus saya patahkan. Nah, mungkin banyak juga para teman – teman guru yang masih memiliki miskonsepsi guru belajar hanya tahu “how to”. Ayo rubah lagi mindsetnya menjadi guru yang mengajar berdasarkan konteks.konteks kebutuhan peserta didik.
Sedangkan Buk Era, panggilan akrab Fidra Yanti Maldar, S. Pd menjelaskan, salah satu miskonsepsi merdeka belajar yang saya patahkan adalah belajar dari ahli.
Selama ini kita menganggap belajar dari ahli itu merasa gimana gitu, apalagi kalau kita yang ditunjuk untuk pelatihan. Kita merasa bangga dan senang, padahal sepulang dari pelatihan tidak maksimal kita terapkan dan juga tidak dibagikan kepada teman yang lain.
Padahal lebih efektif kita belajar dari sesama guru, kita sama mengetahui kekurangan dan kelebihan masing – masing. Kita tahu apa yang dibutuhkan untuk anak didik kita, tetapi karena selama ini kita merasa malu, minder, sombong dan menganggap diri kita lebih maka kita tidak mau belajar sesama guru.
Mengapa kita harus belajar kepada yang ahli, meraka hanya mengajarkan teori, kita guru butuh praktek bagaimana cara mengajar yang baik dan menyenangkan bagi peserta didik, tutup Era semangat.
#GP | Herman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar