Sawahlunto(SUMBAR).GP- Puskesmas Kolok sebagai penyandang akreditasi utama, mempunyai luas wilayah 7.563 hektar, tersebar pada lima desa. Desa Kolok Mudik, Kolok Nan Tuo, Talago Gunung, Balai Batu Sandaran serta Desa Lumindai.
Dari data yang dimiliki, Puskesmas yang memiliki 4 orang dokter, 18 bidan, 9 perawat, serta 54 staf ini, serta ada 7 Puskesmas Pembantu, satu pos bersalin, guna melayani 7.150 jiwa dari 2.169 kepala keluarga.
Selain tenaga medis, Puskesmas Kolok juga menggandeng penyehat tradisional yang oleh masyarakat, biasanya disebut dukun, sebagai mitra kerja. Setidaknya terdapat 14 penyehat tradisional atau dukun serta 4 dukun beranak. Semua penyehat tradisional itu, berkoordinasi dalam beraktifitas, guna memberikan layanan dan bantuan maupun dalam layanan obat obatan, terhadap masyarakat.
Puskesmas Kolok, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, dalam program untuk kemandirian kesehatan masyarakatnya, mengedepankan pemanfaatan obat herbal tradisional.
Karenanya, pada setiap halaman rumah masyarakat akan didorong untuk memiliki tanaman obat, yang diikuti dengan pemberian wawasan mengenai pengetahuan tentang pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat dalam kehidupan keluarga sehari-hari.
“Minimal pada setiap keluarga hendaknya memiliki 20 tanaman obat di pekarangan rumahnya. Secara bertahap, hingga nantinya 100 tanaman obat dapat tumbuh menghijau di pekarangan rumah masyarakat,” ujar drg. Yuliana Sari, Kepala UPTD Puskesmas Kolok, Kota Sawahlunto, seperti yang dikutip dari kabarita.co.
Dokter Sari, demikian ia biasa dipanggil mengungkapkan, keberadaan tanaman obat memiliki nilai penting bagi masyarakat. Sebab, tanaman obat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai obat semata, namun juga dapat dijadikan mamfaat sebagai sayuran untuk konsumsi keluarga.
Kita ketahui, tanaman obat keluarga memiliki berbagai fungsi. Dapat dijadikan sebagai sayuran, misalnya daun seledri untuk anti oksidan dan dapat meredakan nyeri pada sendi, rematik, hingga asam urat. Begitu juga dengan jahe, kunyit, lengkuas, kumis kucing, daun jarak, katup dapat dijadikan sayur dan memiliki berbagai fungsi untuk kesehatan. Keberadaan tanaman obat, dapat dimanfaatkan untuk berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, maupun hipertensi.
Puskesmas Kolok berstatus pedesaan itu, saat ini tengah mengembangkan program andalan yang menjadi inovasi dalam pelayanannya kepada masyarakat. Dimulai dari klinik akupuntur, memberikan pelayanan pengobatan dengan melakukan penekanan jari, pada titik saraf.
Inovasi lainnya, berupa program Asuhan Mandiri Poli Ubek Kampuang (Asman Polibekkam) dalam pemanfaatan tanaman obat keluarga, yang ditanam di pekarangan rumah masyarakat. Dengan program Asman Polibekkam, masyarakat dapat menggunakan obat obatan secara alami.
“Kalau sakitnya demam, masyarakat dapat mengambil daun kumis kucing, daun rambutan, sidingin, ataupun bungo rayo. Tidak perlu langsung berobat atau berkunjung ke Puskesmas, cukup di pekarangan rumah saja,” ungkap dokter muda yang energik itu.
Untuk suksesnya berbagai inovasi atau program dari Puskesmas Kolok ini, dilakukan melalui kegiatan Indonesia sehat, berupa pendekatan secara kekeluargaan. Artinya, petugas kesehatan diberi tanggung jawab di setiap dusun, untuk melakukan sosialisasi terhadap upaya penanaman obat keluarga, sekaligus pemamfaatan dan termasuk cara pengolahannya.
Program yang dilakukan oleh Puskesmas Kolok, bertujuan untuk peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengurangi konsumsi obat kimia dan sekaligus dapat meringankan biaya pengobatan bagi kesehatan masyarakat. Karena dengan adanya tanaman obat di pekarangan, cukup mengambil obat di lingkungan sendiri guna mengatasi berbagai penyakit.
#GP | FIDEL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar