Oleh: Desi Kirana Aza
GOPARLEMEMT.COM- Emang Kenapa Gak Pake Lipstik dan Bedak?
“Jadi kalo gak pake bedak sama lipstik itu dianggap orang biasa aja, gitu?” Aku langsung meledak sampai di rumah.
“Uni (panggilan untuk kakak perempuan di Minang-Padang) kenapa sih? Kek ayam ketelen karet aja!” Atikah terlihat bingung.
Segera kuletakkan barang belanjaan yang lumayan membuat tangan dan pinggang kaku. Lalu kuempaskan pantat di kursi makan. Sakit, kayunya terlalu keras.
Setelah meneguk air putih tanpa gula yang rasanya tetap sama, hambar, kupelototi Atikah yang masih berdiri memegang tangkai sapu.
“Ini gara-gara kamu, tau ga?” lanjutku kesal.
“Lho, kok, Tikah, Un?”
“Ya, iyalah! Ngapain kamu tulis barang-barang yang habis di dekat meja rias uni?”
“Lha, kan semalam Uni yang nyuruh!” jawabnya polos.
Memang semalam kami sedang membahas penjualan toko baju yang lumayan sedang laku terjual via online. Jadi ada beberapa orderan Cust yang kosong. Makanya pagi-pagi aku segera ke toko yang di kota, takut kehabisan.
Sehabis subuh, aku segera berangkat. Memakai gamis kaos dan jilbab lebar, plus kaos kaki. Karena kaki perempuan termasuk aurat. Berhubung pagi tadi buru-buru, aku tidak pakai lipstik dan bedak tebal. Cukup bedak bayi saja.
Namun, tampilan yang kurang memukau membuat aku terpinggirkan di toko itu. Apalagi aku harus memarkir mobil cukup jauh dari pusat perbelanjaan kelas elit tersebut. Makanya sedikit keringatan.
Sesampainya di toko, hal pertama yang kulakukan adalah mencari pesanan Cust yang dipesan lewat Whats App. Gamis stelan lengkap khimar seharga setengah jeti.
Segera kuambil kantong belanja dan memasukkan gamis berwarna peach merk Mayra yang tadi kuselempangkan di pundak.
Setelahnya, kembali kucari pesanan yang lain. Dalam catatan Atikah hari ini aku harus keluar kocek Dua Puluh Lima Jeti.
Pada saat aku mengambil barang yang ke lima. Seorang penjaga toko datang. Memelotiku dari atas sampai ke bawah. Kuberi senyum terindah, sayang tak dibalas. Melainkan ditatap sinis. Alamak, jangan-jangan aku disangka mo nyuri kali.
“Uni cari apa?” tanyanya ketus.
Langsung kujawab merk yang sedang kucari.
“Itu mahal!” katanya ketus.
Aku tahu, mahal. Tapi kan memang ada orderan itu.
“Aku bisa liat, Mba?” tanyaku sopan.
Kini matanya beralih ke kantong yang kupegang.
“Bayar yang itu dulu aja, Ni,” balasnya tetap dengan nada sinis.
Ketimbang aku berubah wujud, akhirnya kuikuti saran perempuan berbedak tebal, lengkap dengan makeup yang luar biasah.
Sesampainya di kasir, kuletakan belanjaan. Meminta si kakak yang selalu ramah tiap kali aku datang belanja ke sana menghitung total belanjaan yang di kantong.
“Eh, Uni Rahmi. Sudah selesai saja?” tanyanya ramah.
“Belum, Un. Ini tadi disuruh bayar dulu sama karyawan uni itu,” jawabku pelan.
Mendengar laporan, Uni kasir tertawa pelan. Lalu memggodaku.
“Mungkin karna uni lupa dandan, makanya dianggap ga mampu beli. Mana catatan orderan Uni, biar aku minta pegawai menyiapkan!”
Dan ketika aku membayar semua belanjaan, maka terpanalah si gadis yang tadi. Dua Puluh Lima Juta Rupiah, kuletakkan di meja kasir.
Ape lo? Dengusku kesal. Memang kalo ga pake lipstik sama bedak tebal, kao anggap aku apalah dan apalah? Nehi beibeh!
**
Jadi, jangan pandang seseorang dari luarnya ya, tapi liat pas bayar belanjaan di kasir. Temet!
#GP | *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar