Batirai Cap Jempol, Rasa dan Aroma Kopi Dari Penggilingan Tradisional - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

Batirai Cap Jempol, Rasa dan Aroma Kopi Dari Penggilingan Tradisional

Rabu, Februari 19, 2020
Padang Panjang(SUMBAR).GP- Tangan Syawaluddin (62) seperti gerakan mesin yang terprogram. Sesekali gerakannya melambat, namun ada kalanya gerakan tangan berubah cepat, memutar wadah kaleng terbuat dari plat besi, berisi green bean (biji kopi hijau). Green bean jenis Robusta sebanyak 20 kg disangrai secara manual diatas bara api.

Syawaluddin seakan bisa merasakan tingkat kematangan kopi yang sedang dipanggang.
Roaster tradisional itu kemudian menambah kayu api yang awalnya sedang, menjadi agak banyak.  Api dan asap  makin mengepul,  mengeluarkan aroma wangi kopi. 

Setelah hampir satu setengah jam, Syawaluddin menghentikan putaran kaleng. Dia mengangkat kaleng berisi biji kopi dan menyebarkannya ke lantai untuk didinginkan. Benar saja, kopi itu berubah menjadi kecoklatan.

Kopi yang sudah didinginkan kemudian ditampi oleh Daslim Mulyadi (49), pemilik usaha kopi yang turun tangan mengurai kulit ari sembari memilah biji kopi. Sesaat kemudian, biji kopi kecoklatan itu dilebur menjadi bubuk kopi menggunakan mesin diesel.

Daslim menuturkan, kualitas dan rasa kopi turut ditentukan dari proses penyangraian. " Teknik memutar kaleng  penyangrai, pengaturan api menggunakan kayu bakar menentukan nikmat tidaknya rasa kopi ini," ungkapnya.

100 kg biji kopi hijau setiap Senin, Selasa dan Sabtu digongseng di dapur berukuran 3 x 4,5 meter yang terletak di salah satu gang kecil, RT II, Kelurahan Tanah Hitam. Biji kopi hijau alias green bean dia dapatkan dari Nagari Pincuran Tujuah Gunuang Rajo,Kabupaten Tanah Datar.

Proses penyangraian memakan waktu rata rata satu setengah jam per 20 kg. Mamak dan kemenakan itu mulai melaksanakan aktivitasnya dari jam 6.00 WIB hingga 13.30 WIB. " Saya dan mamak menyangrai biji kopi  itu per 20 kg," ungkap Daslim. 

Daslim dan keluarga merintis usaha kopi sejak tahun 1996 silam. Dia menamai usahanya   "Batirai Cap Jempol". Nama Batirai dia ambil dari namo sebuah goa di daerah Sungai Andok Kelurahan Tanah Hitam. " nama Batirai ini unik, sekaligus promosi  wisata juga," kata Daslim.

Harga Kopi bubuk ia patok Rp. 60.000,- /Kg. "Batirai Cap Jempol"  juga dikemas dalam bentuk sachet  seharga Rp. 5000,-. Pemesanan bisa lewat No HP. 0852-6352-1648.

Bubuk kopi dia pasarkan  ke Pasar Pusat  Padang Panjang dan ke sejumlah daerah. Beruntungnya, Daslim memiliki sertifikat halal yang dibantu pengurusannya oleh Dinas Pedagangan Koperasi dan UKM Kota Padang Panjang.

Batirai Cap Jempol  juga  dibantu di daftarkan  di BPOM dan Dinas Kesehatan oleh pemko setempat. Hal itu turut meyakinkan produk kopinya di pasaran.

Ada satu keinginan yang terbesit oleh Daslim  untuk sedikit memodernkan teknik penyangraian kopi. Dia ingin beralih menggunakan mesin dinamo. 

Kendati begitu, biji kopi hijau tetap dipanggang dengan bahan bakar kayu. Dia meyakini, lewat bahan bakar kayu akan mengeluarkan  aroma dan rasa otentik pada kopi yang dia produksi.

#GP | DF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HASIL PEMILU

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS