Sawahlunto(SUMBAR).GP- Pada Sabtu 4 Januari 2020, Meutia Hatta, anak Proklamator RI selaku Ketua Putra Putri Keluarga Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia berkunjung dan sekaligus untuk menghadiri peringatan Pemberontakan Silungkang 1927, dan penandatanganan prasasti dan meletakan "karangan bunga " di Tugu Pemberontakan Silungkang, Sawahlunto Sumateta Barat.
Adalah Refrion(ire), sebagai salah seorang cucu dari Saleh Bagindo Ratu, yang menyatakan bahwa kami sangat bangga. Karena, kakek kami Saleh Bagindo Ratu, yang dipenjara di penjara Salemba, Jakarta dan Sukamiskin, Bandung sewaktu dipenjara, mempunyai banyak murid, termasuk mereka para pejuang kemerdekaan, yang belajar kepada beliau. Seperti Adam Malik, Khairul Saleh, Surkani, Pandu dan beberapa tokoh pejuang nasional lainnya. Secara jujur, harus kami sampaikan, kami sangat bangga. Begitu juga dengan nenek kami, Salamah (orang tua angkat Bung Hatta) yang juga termasuk salah seorang yang dibuang ke Boven Digul oleh penjajah Belanda, bersama dengan anak beliau, Ratna Dewi yang ketika itu baru berusia delapan (8)tahun.
Namun hal itu belum cukup, karena ada ha-hal yang lebih membuat kami bangga, "walaupun nenek kami ditawari oleh Negara berupa materi maupun non materi seperti rumah dan mobil pada waktu itu, beliau dengan tegas menolaknya," ujar Refrion atau akrab disapa ire, salah seorang dari cucu perintis itu, membeberkan sejarah kakek dan neneknya.
Kemudian cucu perintis ini, meniru perkataan dari nenek dan kakeknya ketika itu melanjutkan," Kami berjuang tidak untuk mendapatkan rumah ataupun mobil mewah tetapi tujuan kami berjuang, agar Indonesia merdeka dan terbebas dari penjajah," ujar Ref yang semasa mudanya tergolong aktifis kampus.
Dengan demikian, dalam kesempatan ini perlu kami luruskan, utamanya bagi mereka-mereka yang masih beranggapan, Perjuangan atau Pemberontakan Rakyat Silungkang pada 31 Desember 1926 s/d 1 Januari 1927 (satu hari) itu, merupakan Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) adalah SALAH BESAR.
Karena yang sebenarnya terjadi, dengan adanya Perjuangan Rakyat Silungkang, membuat Belanda menjadi marah dan tidak nyaman. Karena saat itu, dapat mengganggu eksitensinya Belanda di Eropa utamanya untuk pengiriman batubara, sebagai sumber daya energi ke seluruh Eropa. Sebab itulah, para pejuang ini di buang dan dipenjara hingga ke Boven Digul.
Karena itu, dalam kesempatan ini melalui Pemko Sawahlunto kita perlu memberi usul serta pemikiran kepada pihak terkait hasil "godokan" kita secara bersama, untuk jangka berikut mengenai hal pemberontakan (perlawanan) Silungkang.
Rasanya untuk hal ini, sudah selayaknya dan sewajarnya pula jika setiap tanggal 1 Januari, dijadikan sebagai Hari Perintis Kemerdekaan RI dan Silungkang sepantasnya dijadikan Negeri Perintis.
Hal ini, tentulah sesuatu keinginan yang tidak berlebihan, karena mengingat jasa-jasa para perintis kemerdekaan RI, yang banyak lahir dari Silungkang. Sehingga thn 80an, kantor Cabang Perintis Kemerdekaan RI, Kab Sawahlunto/Sijunjung berada di Silungkang. Dan kalau hal ini, melalui Pemko dapat kita perjuangkan secara bersama dan kita wujudkan pula secara bersama, tentunya akan menjawab keinginan kita bersama (Silungkan), untuk meluruskan sejarah yang sebenarnya dan tak terjadi "pembelokan" sejarah dikemudian hari.
#GP | Rep | FD
Adalah Refrion(ire), sebagai salah seorang cucu dari Saleh Bagindo Ratu, yang menyatakan bahwa kami sangat bangga. Karena, kakek kami Saleh Bagindo Ratu, yang dipenjara di penjara Salemba, Jakarta dan Sukamiskin, Bandung sewaktu dipenjara, mempunyai banyak murid, termasuk mereka para pejuang kemerdekaan, yang belajar kepada beliau. Seperti Adam Malik, Khairul Saleh, Surkani, Pandu dan beberapa tokoh pejuang nasional lainnya. Secara jujur, harus kami sampaikan, kami sangat bangga. Begitu juga dengan nenek kami, Salamah (orang tua angkat Bung Hatta) yang juga termasuk salah seorang yang dibuang ke Boven Digul oleh penjajah Belanda, bersama dengan anak beliau, Ratna Dewi yang ketika itu baru berusia delapan (8)tahun.
Namun hal itu belum cukup, karena ada ha-hal yang lebih membuat kami bangga, "walaupun nenek kami ditawari oleh Negara berupa materi maupun non materi seperti rumah dan mobil pada waktu itu, beliau dengan tegas menolaknya," ujar Refrion atau akrab disapa ire, salah seorang dari cucu perintis itu, membeberkan sejarah kakek dan neneknya.
Kemudian cucu perintis ini, meniru perkataan dari nenek dan kakeknya ketika itu melanjutkan," Kami berjuang tidak untuk mendapatkan rumah ataupun mobil mewah tetapi tujuan kami berjuang, agar Indonesia merdeka dan terbebas dari penjajah," ujar Ref yang semasa mudanya tergolong aktifis kampus.
Dengan demikian, dalam kesempatan ini perlu kami luruskan, utamanya bagi mereka-mereka yang masih beranggapan, Perjuangan atau Pemberontakan Rakyat Silungkang pada 31 Desember 1926 s/d 1 Januari 1927 (satu hari) itu, merupakan Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) adalah SALAH BESAR.
Karena yang sebenarnya terjadi, dengan adanya Perjuangan Rakyat Silungkang, membuat Belanda menjadi marah dan tidak nyaman. Karena saat itu, dapat mengganggu eksitensinya Belanda di Eropa utamanya untuk pengiriman batubara, sebagai sumber daya energi ke seluruh Eropa. Sebab itulah, para pejuang ini di buang dan dipenjara hingga ke Boven Digul.
Karena itu, dalam kesempatan ini melalui Pemko Sawahlunto kita perlu memberi usul serta pemikiran kepada pihak terkait hasil "godokan" kita secara bersama, untuk jangka berikut mengenai hal pemberontakan (perlawanan) Silungkang.
Rasanya untuk hal ini, sudah selayaknya dan sewajarnya pula jika setiap tanggal 1 Januari, dijadikan sebagai Hari Perintis Kemerdekaan RI dan Silungkang sepantasnya dijadikan Negeri Perintis.
Hal ini, tentulah sesuatu keinginan yang tidak berlebihan, karena mengingat jasa-jasa para perintis kemerdekaan RI, yang banyak lahir dari Silungkang. Sehingga thn 80an, kantor Cabang Perintis Kemerdekaan RI, Kab Sawahlunto/Sijunjung berada di Silungkang. Dan kalau hal ini, melalui Pemko dapat kita perjuangkan secara bersama dan kita wujudkan pula secara bersama, tentunya akan menjawab keinginan kita bersama (Silungkan), untuk meluruskan sejarah yang sebenarnya dan tak terjadi "pembelokan" sejarah dikemudian hari.
#GP | Rep | FD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar