Meutia Hatta, Kilas balik dari Peringatan Pemberontakan Silungkang 1927. - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

Meutia Hatta, Kilas balik dari Peringatan Pemberontakan Silungkang 1927.

Senin, Januari 06, 2020
 
Sawahlunto(SUMBAR).GP- Rangkaian acara peringatan Pemberontakan Silungkang yang dihadiri langsung oleh Meutia Hatta, Halida Hatta, Wako Sawahlunto Deri Asta, Wawako Zohirin Sayuti, Ketua DPRD Sawahlunto, Eka Wahyu SE beserta beberapa  anggota DPRD Sawahlunto, Ketua PKS (Persatuan Keluarga Silungkang) Jakarta dan PKS Padang serta Ketua PKP3KI Sumbar H Herman Nawas dan Sawahlunto, Ramayenti  kemudian wakil 18 nagori yang terlibat dalam perjuangan Pemberontakan Silungkang, para anak/cucu/ cicit pejuang perintis kemerdekaan dan undangan lainnya yang hadir tercatat tidak kurang dari sekitar 700an orang telah terlaksana pada Sabtu (4/1) dengan lancar dan sukses.

Pelaksanaan acara yang dimulai dari Masjid Raya Silungkang, tepat pada pukul 9.00 wib para tamu dan undangan, diiringi oleh kesenian rebana (rabona, khas Silungkang), beriringan berjalan menuju lokasi acara, di Tugu Silungkang. Sesampainya di lokasi, para tamu disambut oleh tari Pasambahan.

Memulai acara, ditandai dengan pembacaan kalam ilahi, berlanjut dengan sambutan Ketua Panitia Peringatan, Irland Muhammad, kemudian cerita Sekapur Sirih Perjuangan Rakyat Silungkang, oleh Firdaus Badarudin dan dilanjutkan dengan Drama Kolosal Perjuangan Rakyat Silungkang oleh 32 siswa Silungkang.

Berikutnya sambutan Ketua Umum PKP3KI Sumbar H. Herman Nawas, yang dilanjutkan dengan sambutan Wako Sawahlunto Deri Asta SH. Acara  sambutan diakhiri oleh Meutia Hatta yang sekaligus menandatangani Narasi Perjuangan dalam bentuk prasasti.

Selanjutnya Meutia Hatta, meletakkan karangan bunga di Tugu Pemberontakan Silungkang sekaligus foto bersama.  Usai acara seremonial, dilanjutkan dengan acara ramah tamah, sekaligus makan siang bersama di balai adat (KAN Silungkang).

Acara demi acara berlangsung dengan lancar, khikmad dan sangat berkesan, sesuai dengan tujuan dari peringatan ini untuk mengenal, mengenang dan meneladani jiwa pejuang dan jiwa perintis.

Dalam rangkaian acara sekapur sirih dan drama kolosal, begitu dalamnya kesan dan makna yang hadir bagi penonton pertunjukan sehingga mereka ikut larut bahkan, terlihat tak tahan menahan tangis, seolah merasakan pedihnya pengorbanan dan perjuangan akibat yang diderita oleh para pejuang dan keluarganya.

Kita semua menjadi makin sadar dan semakin yakin bahwa,  "perjuangan melawan kolonial Belanda, walau hanya sehari pada 1 Jan 1927 tapi menggoncang Sawahlunto, Batavia, Belanda dan Eropa," ungkap Firdaus yang saat ini sebagai wakil ketua PKS Jakarta. Akibatnya, hukuman kepada para pejuang kita tak tanggung tanggung. Diantaranya, Lima (5 ) orang dihukum gantung (3 diantaranya dari Silungkang) dan puluhan lainnya, dihukum diatas 10 tahun, bahkan ada  belasan orang, dibuang (penjara) ke Boven Digul. Namun hikmahnya, dipenjara inilah kemudian yang mempertemukan pejuang Silungkang dengan Muhammad Hatta, Bung Syahrir dan Bung Maskun yang pada tahun 1935 juga  dibuang ke Boven Digul.

Usai acara pokok, siangnya dilanjutkan dengan acara duskusi Peran Ibu Dalam Membentuk Karakter Keluarga dan Bangsa dengan nara sumber, Meutia Hatta dan Halida Hatta yang diikuti oleh sekitar 50 orang peserta dari unsur guru,  pengusaha dan pengrajin tenun Silungkang. Alhamdulillah diskusi juga dapat berjalan dengan lancar dan sangat terlihat semua peserta begitu antusias mengikuti acara yang kemudian diakhiri dengan sesi foto bersama ibu Meutia Hatta dan ibu Halida Hatta.

Mengakhiri dari semua rangkaian acara ini, dilakukan Pameran Songket Silungkang Tempo Dulu yang  dipandu oleh salah seorang pakar songket, Alfa Rizi yang menguraikan dengan lancar tentang songket yang dibuat pada tahun 1830 an, 1900, 1920 - 1930 sampai songket yang termuda, buatan tahun 1950.

Mengapa Silungkang pada tahun 1900 an dipilih oleh penjajah untuk mengikuti pameran songket di Belgia. Karena saat itu, pesongket kita berhasil membuat motif songket perpaduan motif batik jawa (Pekalongan) dengan motif Silungkang yang sangat disukai oleh para perempuan dan noni noni Belanda.

Tak ada gading yang tak retak, mengenai hal ini tentu kita harus secara "dewasa" menyikapinya. Karena, tujuan kita, mereka dan semua kita tentu sama, jangan lupakan dan jangan belokkan sejarah. Dengan demikian, kalau ada hal hal yang belum atau tidak pas tentunya tugas kita bersama untuk mengoreksi dan membetulkannya.

Mulai dari perangkat adat, hingga ke tokoh masyarakat. Mulai dari yang berpangkat, hingga ke masyarakat yang mungkin tak tercatat dan bahkan merasa tak dianggap. Karena semua kita, adalah anak nagari perintis yang berkeinginan sama, bagaimana agar semuanya berjalan dengan baik dan benar.

Inilah Silungkang, negeri perintis yang membuat kita, mereka, dan semua warga Silungkang ikut menjadi bangga dan akan menjadi suri teladan bagi kita semua.

#GP  | Rep | FD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HASIL PEMILU

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS