Padang Panjang(SUMBAR).GP- Dalam rangka memeriahkan perayaan diesnatalis ISI padang Panjang ke 54 Tahun. Mahasiswa Program Pasca Sarja ISI Padang Panjang, Jumat 13 Desember 2019 lalu telah memperagakan pertujukan acara makan-makan cara adat masyarakat minangkabau yang dikanal dengan sebutan 'Bajamba'.
Pertujukan bajamba atau jamba Sutradara Erick Nofriwandi ini telah menceritakan tentang salah satu salah satu penggerak sanggar sasaran Art Project yang ada di Kota .
Sasaran Art Project adalah sebuah ruang/Laboratorium Seni Pertunjukan yang kokoh. Tempat manusia/ masyarakat atau antar komunitas melakukan pembangunan, pemberdayaan, perlindungan, dan pelestarian seni pertunjukan lokal, khususnya Kesenian Minangkabau yang ada di Kota Padang Panjang.
Sutradara mengambil Konsep Jamba, diangkat dari kata Bajamba yang merupakan tradisi acara makan-makan oleh masyarakat minangkabau, dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan, tradisi tersebut umumnya dilaksanakan pada hari-hari besar agama Islam dan berbagai acara upacara adat dan pertemuan penting lainnya.
Menurut pengkarya Erik Nofriwandi, tentang konsep pertunjukan dengan menganalogikan jamba yang dipandang sebagai sebuah kompleksitas, karena saat bajamba seharusnya banyak makanan yang dihadirkan pada sebuah prosesi tersebut, namun dilema yang sering terjadi karena disaat prosesi bajamba dilaksanakan, masih saja ada beberapa orang yang masih kelaparan.
Kemudian hal tersebut dengan keadaan Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam namun masih saja ada yang miskin dan merasa miskin. Dari analogi tersebut pengkarya menggabungkan pemaknaan jamba menggunakan konsep tradisi dan mangaitkannya dengan kehidupan masyarakat saat ini.
Ppertunjukan jamba yang di disutradarai oleh Erick Nofriwandi dengan tiga orang aktor yakni Ahmad Ridwan Fajri, Ikhsan Hariyanto dan Rahmad - Akbar, menghadirkan pertunjukan yang sangat menarik jauh dari kata bajamba yang sering dilihat pada prosesi makan-makan di Minangkabau.
Jamba dipertunjukan menggunakan simbol properti piring yang diletakkan disekitar panggung, dengan menggunakan teknik tubuh sebagai kata yang akan diungkapkan. Sedangkan pemaknaan yang disyaratkan tentang jamba dihadirkan oleh masyarakat minangkabau, merupakan sebuah kritikan bentuk penyadaran atas apa yang terjadi saat ini.
Penyajian dalam bentuk pertunjukan teater adalah merupakan salah satu trik Pengkarya untuk menonjolkan keberangaman tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, serta mengaitkannya dengan penderitaan masyarakat saat ini yang sangat susah akan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari jamba tersebut penonton turut terombang ambing dengan pemaknaan gerak tubuh yang dihadirkan, minim nya dialog yang di ungkapkan menjadikan penonton hanya dapat mengerti tentang isyarat tubuh yang dihadirkan aktor.
'Jamba' pada pertunjukan tersebut, bukan bermaksud untuk mengkritik tradisi yang ada diminangkabau, namun hanya memberikan penyadaran terhadap kasus kelaparan yang banyak terjadi di negara ini.
Fenomena bajamba yang dijadikan permasalahan oleh pengkarya disebabkan dengan keadaan industrial di Indonesia. Yang perlu disadari, saat sebelum masuknya industrialisasi di Indonesia manusia sangat menyatu dengan alam, dan jarangnya terjadi kasus kelaparan karena masyarakat bisa memanfaatkan kekayaan alam yang ada.
Keadaan tersebut berubah saat dunia industrialisasi hadir semakin menggila. Dan sejatinya masyarakat di Indonesia semakin susah untuk memanfaatkan sumber daya yang ada. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar