Agam (SUMBAR).GP- Masyarakat Jorong Sei Jariang, Nagari Koto Panjang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pertanyakan proyek pembangunan irigasi tahun 2018 yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Masyarakat menyebut, pembangunan irigasi tersebut merupakan proyek gagal dan pemborosan uang sebab sejak selesainya pengerjaan irigasi yang menelan biaya miliaran rupiah itu hingga saat ini tidak pernah dialiri air. Padahal irigasi dibangun untuk mengairi petak-petak sawah masyarakat setempat.
"Sejak dibangun proyek irigasi itu, malah membuat kering sungai kecil untuk mengairi sawah masyarakat, padahal sebelum irigasi dibangun semua persawahan produktif karena cukup air. Kini kekeringan dan terbengkalai sebab tidak ada air yang mengairi persawahan," ungkap Katik, salah seorang warga setempat kepada media ini, di Sei Jariang.
Ia mengatakan, dulu, umumnya masyarakat tidak begitu mengetahui anggaran proyek irigasi itu berasal dari mana dan berapa jumlah keseluruhan karena di sana tidak terpasang plang merk atau keterangan pengerjaan irigasi. Selain itu, apakah irigasi tersebut sudah selesai dikerjakan atau tidak hingga kini masyakat juga tidak mengetahui.
"Pasalnya tidak ada kabar pasti tentang anggaran atau biaya pembangunan irigasi itu sebab semua pekerjanya tidak ada yang berasal dari Jorong sini. Kemudian papan proyek juga tidak dipasang dan setahun sudah berlalu apakah irigasi itu sudah selesai atau belum kami umumnya masyakat juga tidak tahu," sebutnya.
Terpisah Walinagari Koto Panjang Yunarson dikonfirmasi di ruang kantornya mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan proyek itu dibangun apakah anggaran tahun 2017 atau 2018.
"Saya tidak tahu persis pengerjaan irigasi itu, apakah tahun 2017 atau 2018, tapi kemungkinan tahun 2018. Soal dana pembangunan irigasi, berasal dari anggaran dinas pertanian provinsi senilai Rp 900 juta dan pengerjaannya dikerjakan oleh rekanan bernama Zulfahmi, namun saya lupa nama perusahaannya," ujar Yunarson kemarin.
Dia katakan, areal persawahan masyarakat dimana dibangunnya irigasi tersebut ditetapkan nagari sebagai lumbung padi. Namun ketika ditanya bagaimana bisa sebagai lumbung padi sedangkan persawahan di sana mengering dan ditumbuhi tumbuhan liar.
"Kan sudah dibangun irigasi, ya masyakat kerjakan lah persawahan mereka. Terkait air tidak mengaliri persawahan, mengering atau ditumbuhi tumbuhan liar saya tidak tahu sebab tidak ada orang yang melaporkan, baik masyakat, wali jorong maupun dinas pertanian. Jika memang persawahan di sana kering dan tidak dialiri air setelah dibangunnya irigasi, akan saya selidiki," jawab walinagari.
# GP | AN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar