Bukittinggi (SUMBAR).GP- Petugas kebakaran bukan saja sekedar memadamkan kebakaran tetapi mencakup tugas sosial lain seperti menanggulangi bencana yang bersifat mengancam keselamatan jiwa.
"Jika untuk memadamkan api atau memadamkan kebakaran rumah, gedung dan bangunan lain sudah pasti. Tapi kami juga merasa punya tanggungjawab terhadap korban-korban bencana yang sifatnya mengancam keselamatan jiwa seperti kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, banjir gempa bumi dan lain-lain," ujar Kepala Dinas Kebakaran Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Martius Bayu kepada goparlement.com di ruang kantornya, Rabu (23/10).
Selain itu, lanjut Bayu yang didampingi Kabid Pengendalian Operasional dan Penyelamatan Sarana Prasarana Susilo. S,sos, petugas kebakaran juga tidak segan turun ke lapangan untuk membersihkan fasilitas umum seperti masjid atau mushalla. Terkadang juga menangkap binatang berbisa seperti ular yang masuk ke rumah warga.
"Kami turut membersihkan fasilitas umum seperti masjid dan mushalla, bahkan kami harus mampu menangkap ular atau hewan berbahaya lain yang mengancam keselamatan jiwa. Asalkan diberitahu ke kantor maupun melalui telepon, kami pasti turun ke lapangan membantu masyarakat. Jadi, dengan adanya tugas non faktual itu, kami selalu stanby meski tidak ada kebakaran," jelasnya.
Bayu mengatakan, tugas-tugas seperti di atas rutin dilaksanakan. Sebaliknya terkait bencana kebakaran, dinas pemadam kebakaran juga melakukan pemberdayaan kepada masyarakat sebelum terjadi kebakaran.
"Melakukan pemberdayaan atau sosialisasi bagaimana membentuk masyarakat terlatih, peduli dan berpengetahuan tentang bahaya kebakaran tersebut. Lebih penting lagi, bagaimana masyarakat tidak panik jika terjadi kebakaran terutama terhadap ibu-ibu di rumah yang memasak menggunakan kompor gas," paparnya.
Ia menambahkan, sumber api yang berasal dari kompor gas, keluarga atau ibu-ibu di rumah harus mengetahui bagaimana cara mengatasi sumber api itu tidak membesar. Mereka mampu mengatasi yakni dengan mencabut regulator kepala kompor gas. Kemudian, jika api semakin membahayakan, berupaya secepatnya menghubungi petugas kebakaran.
Sementara soal data kebakaran di Kota Bukittinggi sejak tahun 2017 hingga tahun 2019 jauh semakin berkurang dan jumlah kerugian juga semakin sedikit.
"Tahun 2017 terjadi 121 kebakaran hingga estimasi kerugian mencapai triliunan rupiah. Tahun 2018 jumlahnya berkurang, hanya 77 kebakaran dan estimasi kerugian sekitar tiga ratusan juta. Sedangkan tahun 2019 pada Januari hingga Agustus sebanyak 31 kebakaran dan estimasi kebakaran semakin sedikit yakni lebih kurang hanya 100 juta an saja," tutup Bayu.
# GP | AN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar