Bukittinggi (SUMBAR).GP- Di kota Bukittinggi, Sumatera Barat berbagai tempat wisata tersedia menanti pengunjung, salah satu diantaranya adalah wisata keluarga yang diberi nama Komplek Pesona Wisata Inyiak (PWI). PWI dengan nuansa alam yang indah dan sejuk itu, berada di lembah Ngarai Sianok persis di bawah lereng objek wisata Lobang Jepang dan objek wisata panorama.
Pengelola wisata Komplek PWI Ismail menerangkan, area wisata yang ia kelola berada di atas lahan seluas 5,5 hektare. Dalam area yang luas itu telah dilengkapi berbagai fasilitas, sehingga membuat para wisatawan baik domestik maupun mancanegara merasa nyaman bersantai sambil menikmati lezatnya kuliner dan keindahan alam. Juga tak kalah penting suasana sejuk alami tanpa polusi, seolah wisatawan memang berada di daerah perkampungan.
"Fasilitas yang kita sediakan di komplek PWI diantaranya ada penginapan yakni cottage, rumah rumput, dan rumah lontiak (rumah adat melayu Kampar- Riau). Sedangkan sarana lainnya ada kapal malin maundang, rumah pohon, taman bermain anak, taman kelinci, dan rumah ibadah musalla yang disebut Surau Tuo Inyiak," terang Ismail, saat kongkow bersama media ini di rumah lontiak, Minggu (4/8).
Sekedar informasi, lanjut Ismail, rumah lontiak ini didatangkan langsung dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dan dibangun sejak tahun 1870 silam.
"Anehnya tiang-tiang dan dinding papan rumah lontiak hingga kini, tidak dimakan rayap. Bahkan kalau kita tidur di malam hari juga tidak dimasuki nyamuk meski kita berada di area perkampungan yang tentunya banyak perpohonan," papar Ismail.
Para wisatawan baik perorangan, paket maupun keluarga yang menginap di cottage, rumah rumput atau di rumah lontiak, kata Ismail, patokan harga untuk per hari, tentunya dengan harga terjangkau.
"Bahkan tempat peristirahatan atau area kita ini dilengkapi wireless fidelity (Wi-Fi) bebas penggunaan," jelasnya.
Pengelola muda yang ramah murah senyum ini melanjutkan, keistimewaan berwisata di PWI dari berbagai golongan wisatawan, juga akan disajikan kuliner ala kampung dan semua jenis kuliner bebas bahan pengawet.
"Misalnya saja untuk minuman, kita menyediakan minuman khas daerah minangkabau ala kampung seperti teh telor, kopi manis, teh manis, jus dan berbagai minuman lainnya. Sementara makanan tersedia nasi goreng cinta berlogo "love," ungkapnya.
Ismail menjelaskan lagi, bagi wisatawan yang tidak menginap atau sekedar menikmati keindahan alam yang berada di bawah perbukitan ini akan bebas biaya parkir kenderaan. Baik kenderaan roda dua, mobil pribadi maupun bis pariwisata.
"Kita utamakan kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke sini, sehingga kita membebaskan biaya parkir kenderaan. Hanya saja wisatawan, kita kenakan biaya masuk murah meriah. Biaya tersebut antara hari biasa dan libur sedikit memang ada perbedaan, tapi dijamin tidak mahal," sebutnya.
Ia menambahkan, di komplek wisata yang dibangun kurang lebih setahun lalu itu juga menyediakan ruang meeting (rapat) dan ruang makan lesehan.
"Selain itu, kita juga sediakan beberapa dangau (gazebo-red) di area luas sambil makan dan minum menikmati pemandangan indah memanjakan mata wisatawan dengan tiupan angin sepoi-sepoi," imbuh pemuda loyal ini mengakhiri.
# GP | AN
Pengelola wisata Komplek PWI Ismail menerangkan, area wisata yang ia kelola berada di atas lahan seluas 5,5 hektare. Dalam area yang luas itu telah dilengkapi berbagai fasilitas, sehingga membuat para wisatawan baik domestik maupun mancanegara merasa nyaman bersantai sambil menikmati lezatnya kuliner dan keindahan alam. Juga tak kalah penting suasana sejuk alami tanpa polusi, seolah wisatawan memang berada di daerah perkampungan.
"Fasilitas yang kita sediakan di komplek PWI diantaranya ada penginapan yakni cottage, rumah rumput, dan rumah lontiak (rumah adat melayu Kampar- Riau). Sedangkan sarana lainnya ada kapal malin maundang, rumah pohon, taman bermain anak, taman kelinci, dan rumah ibadah musalla yang disebut Surau Tuo Inyiak," terang Ismail, saat kongkow bersama media ini di rumah lontiak, Minggu (4/8).
Sekedar informasi, lanjut Ismail, rumah lontiak ini didatangkan langsung dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dan dibangun sejak tahun 1870 silam.
"Anehnya tiang-tiang dan dinding papan rumah lontiak hingga kini, tidak dimakan rayap. Bahkan kalau kita tidur di malam hari juga tidak dimasuki nyamuk meski kita berada di area perkampungan yang tentunya banyak perpohonan," papar Ismail.
Para wisatawan baik perorangan, paket maupun keluarga yang menginap di cottage, rumah rumput atau di rumah lontiak, kata Ismail, patokan harga untuk per hari, tentunya dengan harga terjangkau.
"Bahkan tempat peristirahatan atau area kita ini dilengkapi wireless fidelity (Wi-Fi) bebas penggunaan," jelasnya.
Pengelola muda yang ramah murah senyum ini melanjutkan, keistimewaan berwisata di PWI dari berbagai golongan wisatawan, juga akan disajikan kuliner ala kampung dan semua jenis kuliner bebas bahan pengawet.
"Misalnya saja untuk minuman, kita menyediakan minuman khas daerah minangkabau ala kampung seperti teh telor, kopi manis, teh manis, jus dan berbagai minuman lainnya. Sementara makanan tersedia nasi goreng cinta berlogo "love," ungkapnya.
Ismail menjelaskan lagi, bagi wisatawan yang tidak menginap atau sekedar menikmati keindahan alam yang berada di bawah perbukitan ini akan bebas biaya parkir kenderaan. Baik kenderaan roda dua, mobil pribadi maupun bis pariwisata.
"Kita utamakan kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke sini, sehingga kita membebaskan biaya parkir kenderaan. Hanya saja wisatawan, kita kenakan biaya masuk murah meriah. Biaya tersebut antara hari biasa dan libur sedikit memang ada perbedaan, tapi dijamin tidak mahal," sebutnya.
Ia menambahkan, di komplek wisata yang dibangun kurang lebih setahun lalu itu juga menyediakan ruang meeting (rapat) dan ruang makan lesehan.
"Selain itu, kita juga sediakan beberapa dangau (gazebo-red) di area luas sambil makan dan minum menikmati pemandangan indah memanjakan mata wisatawan dengan tiupan angin sepoi-sepoi," imbuh pemuda loyal ini mengakhiri.
# GP | AN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar