Liputan Humas Diskominfo Padang Panjang: Rifki Mahendra |
Berawal dari kecanduan menkonsumsi minum - minuman keras, alkohol, oplosan dan sejenisnya, tepatnya pada tahun 2006, Ramadhan mengalami keracunan miras oplosan dan di diagnosa oleh medis bahwa sarafnya sudah rusak dan divonis akan mengalami kebutaan.
Semenjak saat itu, matanya yang dulu bisa memandang indahnya langit di pagi hari, kini beralih seketika menjadi gelap gulita. Semangatnya yang tak mau menyerah dengan keadaan, membuat pria yang baru beranjak dewasa itu terus mencari solusi agar matanya bisa melihat seperti dahulu kala, nampun apalah daya sudah kian kemari berobat hasilnya tetap nihil.
"Semenjak pulang dari rumah sakit saya terus terapi ke rumah sakit dan juga mencari obat yang bisa mengembalikan mata saya seperti sedia kala, namun hasilnya tetap nihil, dan itu lamanya saya jalani selama 6 tahun, "ucap Ramdhan saat di temui oleh Tim dari Dinas Kominfo Kota Padang Panjang Minggu lalu.
Dan pada tahun 2013 Ramadhan mendapatkan informasi bahwa ada Sekolah Khusus tunanetra di Padang. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang pantang menyerah untuk bangkit dari keterpurukan yang dia alami, Ramadhan lansung bergegas mengejar mimpi di UPTD Tuah Sakato Padang.
"Selama 3 tahun saya menimba ilmu yang cukup banyak di UPTD Tuah Sakato Padang, dan Alhamdulillah selama disana saya di ajarkan bagai mana cara hidup mandiri, mulai dari menyelesaikan pekerjaan rumah layaknya orang normal, dan disana juga saya di ajarkan teknik pijat yang di kenal dengan nama Masage dan Shiat Shu, "tutur ramadhan sambil menekukkan kepalanya.
Setelah 3 tahun lamanya menimba ilmu yang cukup banyak di Padang, tepatnya pada tahun 2016, Ramadhan menyelesaikan sekolah tersebut dan mendapatkan sertifikat Masage dan Shiat Shu. Tindak lanjut Ramadhan kala itu adalah membuka klinik Pijat/Urut Tunanetra Bersertifikat Profesional yang digelutinya sampai saat sekarang ini. Melalui dari upah yang di berikan oleh pasien yang ia urut itulah Ramadhan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari - hari.
Lain halnya dengan sang istri Nia Dewita Sari (28) yang sudah mengalami kebutaan sejak umur 3 bulan, ia mengatakan bahwa pada saat memasuki umur 3 bulan ia masih tidak bisa melihat apa - apa.
Nia pun menjelaskan penglihatannya saat ini hanya sebatas gerak semu dari suatu benda yang ia lihat dan itupun masih kabur.
Ia juga sempat mengenyam pendidikan di UPTD Tuah Sakato Padang selama 3 tahun semenjak dari tahun 2013 sampai 2016
Ditengah keterbatasan yang Nia miliki tak menghabatnya untuk melakoni pekerjaan sebagai Ibu Rumah tangga, semuanya dilakukan oleh nia bak manusia normal lainnya.
"Yaa semuanya saya lakoni mulai dari mencuci pakaian, menyapu rumah, membuatkan kopi, memasak dan berbagai pekerjaan rumah lainnya, dan terkadang saya juga mengurut/memijat untuk pasien perempuan, saya juga sering berbelanja ke pasar untuk membeli kebutuhan - kebutuhan dapur dan rumah tangga, "tekuk nia sambil tersenyum manis.
Kini Keluarga kecil itu menetap di rumah kontrakan yang sudah mereka huni selama 3 tahun, tepatnya semenjak pasangan itu memutuskan untuk menikah pada pertengahan 2016 lalalu.
Melalui upah yang mereka dapat ketika mengurut pasien itulah yang dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari.
#GP | RIFKI MAHENDRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar