Tanah Datar(SUMBAR).GP- AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala (sindrom) akibat kerusakan fungsi kekebalan tubuh yang disebarkan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dimana virus merusak sistem pertahanan tubuh yang ditulari dari jarum suntik dan hubungan seks. Dan penyakit ini menjadi isu dan permasalahan nasional, provinsi dan bagi kita di Kabupaten.
Hal ini disampaikan Bupati Irdinansyah Tarmizi dihadapan Kadis Kesehatan Yesrita Zendrianis, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Riswandi, Narasumber Katherina Welong selaku Ketua Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia Wilayah Sumbar, kepala OPD, Kabag, organisasi pemuda dan undangan lainnya dalam acara rapat Evaluasi kegiatan Komisi Penanggulangan Aids (KPAD) di aula eksekutif Kantor Bupati di Pagaruyung, Selasa (21/5/2019).
“Perilaku seks menyimpang atau LGBT menjadi salah satu langkah penyebaran HIV AIDS yang sudah kita sepakati di Tanah Datar bahwa tidak ada tempat untuk para pelakunya,” kata Bupati.
Irdinansyah menambahkan, perlu dilakukan upaya penanggulangan dan pengendalian tentang bahaya LGBT dan HIV AIDS. “Perlu dilakukan sosialisasi untuk menambah wawasan masyarakat, pelajar dan seluruh elemen lainnya. Kita telah punya Perda Pekat sebagai landasan hukum pemberantasan penyakit masyarakat, kemudian tingkatkan pemahaman kepada sekolah, guru bahkan mubaligh sebagai penyambung informasi di masyarakat,” harapnya.
Bahkan, tambah Bupati Irdinansyah, perlu langkah besar dan komitmen kita bersama untuk memangkas sumber-sumber awal pemicu perbuatan LGBT dan penularan HIV AIDS di Tanah Datar. “Penertiban Warung Internet, kos-kosan, pembatasan HP Android bagi pelajar, penyampaian informasi melalui spanduk, baliho dan radio. Di harapkan langkah seperti ini mampu mempersempit peluang perilaku ini, dan yang terpenting lakukan pengawasan di sekolah oleh guru, di rumah oleh orang tua dan family, serta masyarakat oleh ninik mamak, dan unsur masyarakat lainnya,” tukas Irdinansyah.
Sementara itu narasumber Katherina Welong menyampaikan, pada Januari sampai Maret 2018 ada 10.507 kasus HIV AIDS. “Dari 10.507 kasus di Sumbar 2018, berdasarkan usia melibatkan 13.8% usia 20-24 tahun, 71% usia 25-49 tahun dan sisanya usia 50%, sementara 2019 kondisi Januari �“ Maret ada 4.298 yang dilaporkan dan penderita terbanyak pada usia 20 sampai 29 tahun,” sampainya.
Katherine mengungkapkan mengapa hal ini bisa terjadi dan apa pemicunya, “Krisis karakter, kehilangan sosok panutan seperti ayah yang akibatkan moral, akhlak dan watak menjadi lemah dan kurang baik, dan juga proses pembelajaran yang menekankan aspek kognitif, prestasi tanpa memperhatikan aspek pembiasaan dan pembinaan mental juga menjadi salah satu sebab muncul perilaku sek menyimpang dan sebabkan tertular HIV AIDS,” tambahnya.
Diakhir paparannya Katherina berkesimpulan, penggunaan internet dan situs jejaring sosial di kalangan Lelaki Suka Lelaki (LSL) beresiko meningkatkan penularan HIV AIDS. “Peran orang tua terutama ayah dan ibu menjadi tonggak penguatan ketahanan keluarga sebagai benteng bagi anak-anaknya, serta peran tenaga pendidik juga sangatlah penting,” pungkasnya.
#GP | Ce | Humas | Dvd
Hal ini disampaikan Bupati Irdinansyah Tarmizi dihadapan Kadis Kesehatan Yesrita Zendrianis, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Riswandi, Narasumber Katherina Welong selaku Ketua Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia Wilayah Sumbar, kepala OPD, Kabag, organisasi pemuda dan undangan lainnya dalam acara rapat Evaluasi kegiatan Komisi Penanggulangan Aids (KPAD) di aula eksekutif Kantor Bupati di Pagaruyung, Selasa (21/5/2019).
“Perilaku seks menyimpang atau LGBT menjadi salah satu langkah penyebaran HIV AIDS yang sudah kita sepakati di Tanah Datar bahwa tidak ada tempat untuk para pelakunya,” kata Bupati.
Irdinansyah menambahkan, perlu dilakukan upaya penanggulangan dan pengendalian tentang bahaya LGBT dan HIV AIDS. “Perlu dilakukan sosialisasi untuk menambah wawasan masyarakat, pelajar dan seluruh elemen lainnya. Kita telah punya Perda Pekat sebagai landasan hukum pemberantasan penyakit masyarakat, kemudian tingkatkan pemahaman kepada sekolah, guru bahkan mubaligh sebagai penyambung informasi di masyarakat,” harapnya.
Bahkan, tambah Bupati Irdinansyah, perlu langkah besar dan komitmen kita bersama untuk memangkas sumber-sumber awal pemicu perbuatan LGBT dan penularan HIV AIDS di Tanah Datar. “Penertiban Warung Internet, kos-kosan, pembatasan HP Android bagi pelajar, penyampaian informasi melalui spanduk, baliho dan radio. Di harapkan langkah seperti ini mampu mempersempit peluang perilaku ini, dan yang terpenting lakukan pengawasan di sekolah oleh guru, di rumah oleh orang tua dan family, serta masyarakat oleh ninik mamak, dan unsur masyarakat lainnya,” tukas Irdinansyah.
Sementara itu narasumber Katherina Welong menyampaikan, pada Januari sampai Maret 2018 ada 10.507 kasus HIV AIDS. “Dari 10.507 kasus di Sumbar 2018, berdasarkan usia melibatkan 13.8% usia 20-24 tahun, 71% usia 25-49 tahun dan sisanya usia 50%, sementara 2019 kondisi Januari �“ Maret ada 4.298 yang dilaporkan dan penderita terbanyak pada usia 20 sampai 29 tahun,” sampainya.
Katherine mengungkapkan mengapa hal ini bisa terjadi dan apa pemicunya, “Krisis karakter, kehilangan sosok panutan seperti ayah yang akibatkan moral, akhlak dan watak menjadi lemah dan kurang baik, dan juga proses pembelajaran yang menekankan aspek kognitif, prestasi tanpa memperhatikan aspek pembiasaan dan pembinaan mental juga menjadi salah satu sebab muncul perilaku sek menyimpang dan sebabkan tertular HIV AIDS,” tambahnya.
Diakhir paparannya Katherina berkesimpulan, penggunaan internet dan situs jejaring sosial di kalangan Lelaki Suka Lelaki (LSL) beresiko meningkatkan penularan HIV AIDS. “Peran orang tua terutama ayah dan ibu menjadi tonggak penguatan ketahanan keluarga sebagai benteng bagi anak-anaknya, serta peran tenaga pendidik juga sangatlah penting,” pungkasnya.
#GP | Ce | Humas | Dvd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar