Pasaman(SUMBAR).GP- Penyaluran bantuan Beras Sejahtera (Rastra) untuk keluarga miskin di dua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumbar, diduga bermasalah. Padahal, bantuan tersebut sangat dinantikan oleh masyarakat pra sejahteta di wilayah tersebut.
Seperti dituturkan beberapa sumber media ini di Kecamatan Mapattunggul dan Kecamatan Mapatunggul Selatan, Kabupaten Pasaman, bahwa dari bulan September sampai Desember 2018, beras bantuan pemerintah pusat untuk masyarakat miskin di daerah tersebut, belum kunjung sampai hingga sekarang.
Menurut Dinas Sosial Kabupaten Pasaman, keterlambatan pendistribusian Rastra ke Kecamatan yang berada di kaki Bukit Barisan tersebut, akibat buruknya akses transportasi.
Dari pantauan wartawan, kondisi akses jalan menuju dua daerah bertetangga tersebut, memang dalam keadaan rusak berat, sehingga sulit untuk dilewati kendaraan.
Salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) program Rastra di Nagari Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapattunggul Selatan, Ani (50), mengungkapkan bahwa selama empat bulan terakhir, sejak September hingga Desember 2018, ia belum menerima pembagian beras Rastra untuk keluarga miskin tersebut.
"Sejak September tahun lalu, hingga sekarang, belum ada penyaluran rastra buat kami di daerah ini. Padahal beras bantuan itu sangat kami butuhkan," ujar Ani.
Disebutkan, penyaluran bantuan rastra gratis tahun lalu, hanya sampai Agustus 2018. Setiap KPM dijatah 10 kilogram per bulan.
Sementara itu, Barilas (35), warga Jorong Patomuan Mapattunggu Selatan ikut menambahkan, bahwa dirinya sangat membutuhkan beras tersebut untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari keluarganya.
“Beras gratis itu sangat berharga buat keluarga kami, apalagi dengan kondisi sekarang hasil pertanian seperti karet dan gambir sangat murah harganya. Biasanya, hampir tiap bulan Rastra itu ada, tapi sampai sekarang mulai bulan September 2018 lalu, belum juga sampai Rastra itu ke kampung ini. Saya berharap pemerintah Kabupaten Pasaman serius menangani bantuan untuk masyarakat miskin ini,” harapnya.
Kekesalan yang sama juga diungkapkan Timbun Firman (55), warga Jorong II Sungai Lolo. Ia menilai, program pemerintah untuk menggratiskan Rastra, sangat bermanfaat bagi masyarakat. Namun kenyataan di lapangan, tidak sebagaimana mestinya, justru banyak kendala. .
"Bagaimana akan menikmati beras gratis dari pemerintah, kenyataannya beras tahun lalu saja belum sampai hingga kini," timpal Timbun, ketus.
Ia berharap, bantuan raskin atau rasta bagi keluarga pra sejahtera, dapat segera didistribusikan dan bisa diterima manfaatnya oleh masyarakat.
Soal keterlambatan penyaluran bantuan rastra tersebut, ternyata tidak dibantah oleh Efka Emi, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pasaman saat dikonformasi sejumlah awak media di ruang kerjanya, Jum'at (8/3) lalu.
Disebutkan Efka Emi, bahwa penyaluran rastra alokasi September sampai Desember 2018 untuk kecamatan Mapattunggu Selatan, memang sempat tertunda.
Hal itu disebabkan kondisi jalan menuju kecamatan Mapattunggul Selatan sedang rusak parah, sehingga proses pendistribusian sulit diakses kendaraan truk.
"Untuk ke daerah Mapattunggul Selatan, hanya bisa diantar dengan mobil gardan dua, dan itu pun jika kondisi jalan tidak terlalu parah," ujar Efka Emi.
Hal inilah yang menyebabkan sebanyak 40 ton lebih jatah Rastra untuk warga miskin di Kecamatan Mapattunggul Selatan, terlambat di distribusikan.
"Tapi, separohnya sudah kami antarkan kok," ujar Efka Emi, sembari minta agar wartawan tidak mengekspose masalah ini di media.
Diisampaikan pula, bahwa Rastra untuk dua kecamatan dimaksud, sudah tersedia di gudang bulog, Kemacatan Rao. Dan, dalam minggu ini pendistribusiannya akan tuntas menggunakan mobil gardan dua milik Dinas Sosial Kabupaten Pasaman.
Informasi lain yang sempat dihimpun awak media, bahwa penyaluran Rastra di Kabupaten Pasaman selama tahun 2018, masih banyak menyisakan masalah dan tanda tanya.
Hal itu bukan saja soal keterlambatan pendistribusian, namun biaya ongkos antar Rastra tahun kemaren di 2018, mulai dari titik antar hingga titik distribusi di Kecamatan, masih banyak yang belum dibayarkan oleh Dinas Sosial Pasaman.
Padahal tahun anggaran 2018 sudah tutup buku. Nah, inilah yang jadi pertanyaan selanjutnya, dimanakah uang ongkos angkut beras masyarakat miskin tersebut mengendap ?
#GP|Anto|Red
Seperti dituturkan beberapa sumber media ini di Kecamatan Mapattunggul dan Kecamatan Mapatunggul Selatan, Kabupaten Pasaman, bahwa dari bulan September sampai Desember 2018, beras bantuan pemerintah pusat untuk masyarakat miskin di daerah tersebut, belum kunjung sampai hingga sekarang.
Menurut Dinas Sosial Kabupaten Pasaman, keterlambatan pendistribusian Rastra ke Kecamatan yang berada di kaki Bukit Barisan tersebut, akibat buruknya akses transportasi.
Dari pantauan wartawan, kondisi akses jalan menuju dua daerah bertetangga tersebut, memang dalam keadaan rusak berat, sehingga sulit untuk dilewati kendaraan.
Salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) program Rastra di Nagari Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapattunggul Selatan, Ani (50), mengungkapkan bahwa selama empat bulan terakhir, sejak September hingga Desember 2018, ia belum menerima pembagian beras Rastra untuk keluarga miskin tersebut.
"Sejak September tahun lalu, hingga sekarang, belum ada penyaluran rastra buat kami di daerah ini. Padahal beras bantuan itu sangat kami butuhkan," ujar Ani.
Disebutkan, penyaluran bantuan rastra gratis tahun lalu, hanya sampai Agustus 2018. Setiap KPM dijatah 10 kilogram per bulan.
Sementara itu, Barilas (35), warga Jorong Patomuan Mapattunggu Selatan ikut menambahkan, bahwa dirinya sangat membutuhkan beras tersebut untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari keluarganya.
“Beras gratis itu sangat berharga buat keluarga kami, apalagi dengan kondisi sekarang hasil pertanian seperti karet dan gambir sangat murah harganya. Biasanya, hampir tiap bulan Rastra itu ada, tapi sampai sekarang mulai bulan September 2018 lalu, belum juga sampai Rastra itu ke kampung ini. Saya berharap pemerintah Kabupaten Pasaman serius menangani bantuan untuk masyarakat miskin ini,” harapnya.
Kekesalan yang sama juga diungkapkan Timbun Firman (55), warga Jorong II Sungai Lolo. Ia menilai, program pemerintah untuk menggratiskan Rastra, sangat bermanfaat bagi masyarakat. Namun kenyataan di lapangan, tidak sebagaimana mestinya, justru banyak kendala. .
"Bagaimana akan menikmati beras gratis dari pemerintah, kenyataannya beras tahun lalu saja belum sampai hingga kini," timpal Timbun, ketus.
Ia berharap, bantuan raskin atau rasta bagi keluarga pra sejahtera, dapat segera didistribusikan dan bisa diterima manfaatnya oleh masyarakat.
Soal keterlambatan penyaluran bantuan rastra tersebut, ternyata tidak dibantah oleh Efka Emi, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pasaman saat dikonformasi sejumlah awak media di ruang kerjanya, Jum'at (8/3) lalu.
Disebutkan Efka Emi, bahwa penyaluran rastra alokasi September sampai Desember 2018 untuk kecamatan Mapattunggu Selatan, memang sempat tertunda.
Hal itu disebabkan kondisi jalan menuju kecamatan Mapattunggul Selatan sedang rusak parah, sehingga proses pendistribusian sulit diakses kendaraan truk.
"Untuk ke daerah Mapattunggul Selatan, hanya bisa diantar dengan mobil gardan dua, dan itu pun jika kondisi jalan tidak terlalu parah," ujar Efka Emi.
Hal inilah yang menyebabkan sebanyak 40 ton lebih jatah Rastra untuk warga miskin di Kecamatan Mapattunggul Selatan, terlambat di distribusikan.
"Tapi, separohnya sudah kami antarkan kok," ujar Efka Emi, sembari minta agar wartawan tidak mengekspose masalah ini di media.
Diisampaikan pula, bahwa Rastra untuk dua kecamatan dimaksud, sudah tersedia di gudang bulog, Kemacatan Rao. Dan, dalam minggu ini pendistribusiannya akan tuntas menggunakan mobil gardan dua milik Dinas Sosial Kabupaten Pasaman.
Informasi lain yang sempat dihimpun awak media, bahwa penyaluran Rastra di Kabupaten Pasaman selama tahun 2018, masih banyak menyisakan masalah dan tanda tanya.
Hal itu bukan saja soal keterlambatan pendistribusian, namun biaya ongkos antar Rastra tahun kemaren di 2018, mulai dari titik antar hingga titik distribusi di Kecamatan, masih banyak yang belum dibayarkan oleh Dinas Sosial Pasaman.
Padahal tahun anggaran 2018 sudah tutup buku. Nah, inilah yang jadi pertanyaan selanjutnya, dimanakah uang ongkos angkut beras masyarakat miskin tersebut mengendap ?
#GP|Anto|Red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar