- Go Parlement | Portal Berita

Breaking

Jumat, Maret 22, 2019

Kutacane(ACEH).GP- Percayalah, masih banyak orang lembut hati di muka bumi ini, seperti halnya TNI, mereka dididik untuk bertempur, namun qalbunya bak sutra, karena jiwanya penolong sesama.

Hatinya yang lembut itu, dicurahkan oleh seluruh personel TNI pada saat bertugas di kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-104 di Kabupaten Aceh Tenggara.

Berawal dari rasa prihatin terhadap nasib warga negara yang jauh dari pembangunan. Hingga pada akhirnya mereka menjadikan dirinya sebagai tukang, guru, supir, hingga tenaga penyuluh pertanian dan perkebunan bahkan juga jadi petugas kesehatan.

Itu semua dilakukan dalam aksi sosial tersebut, mulai dari membangun tempat ibadah, tempat Mandi Cuci Kakus (MCK), jalan hingga sarana olahraga.

Disana juga mereka menjadi dokter untuk masyarakat yang menderita sejumlah penyakit. Dari penyakit badan hingga penyakit masyarakat lainya.

Itu semua dilakukan mereka demi rakyat, karena rakyat merupakan ibu kandung mereka (TNI). Sehingga persoalan demi persoalan yang ada disana terselesaikan, baik itu dalam kegiatan (Jangka Pendek) maupun setelah TMMD.

Secara geografis, letak wilayah pelaksanaan kegiatan tersebut sangat jauh dari pusat Kota Provinsi Aceh. Yaitu di desa Pesimbe, Kecamatan Deleng Pokhkisen, Kabupaten Aceh Tenggara.

Untuk menuju kesana, jika kita bertolak dari ibu Kota Madya, Banda Aceh, bakal menghabiskan waktu selama 12 jam dengan menggunakan kenderaan roda empat.

Jika kesana benar-benar memerlukan perjuangan dan pengorbanan tenaga, makanya  di desa yang memiliki ketinggian 1.000 meter tersebut, jauh tertinggal dari Kabupaten lainnya. Menurut data Badan Pusat statitik (BPS), pada tahun 2018 Kabupaten ini menduduki peringkat satu penduduk termiskin di tanah rencong.

Perjalanan ke Pesimbe betul-betul membutuhkan perjuangan keras. Ruas jalan menanjak, lalu menukik dan berbelok tajam serta jalanan berlubang seakan takkan ada habisnya.

Beragam keluhan tentang kondisi yang masyarakat alami bertahun-tahun, terdengar jelas di telinga para prajurit saban hari di sana.

Persoalan di sana, dikarenakan banyak pembangunan belum tersentuh masyarakat pedalaman. Di sana, selain minimnya infrastrukur, jaringan telekomunikasi pun sulit. Untuk memperolehnya, warga meski naik ke perbukitan yang lebih tinggi guna mendapat sinyal.

Lokasi perbukitan itu kerap disebut warga dengan Bukit Cinta. Kenapa Bukit Cinta, karena disana banyak warga setempat memanfaatkannya untuk bertukar informasi dengan pasangannya.

Salah satu tugas TNI dalam hal ini, selain menjaga kedaulatan bangsa, TNI juga hadir bersinergi dengan rakyat. Maka dari itu prajurit yang sebelumnya di tempatkan disetiap satuan masing-masing. Lalu dalam kegiatan itu dikerahkan kesana selama tiga puluh hari.

Di tempat yang sangat pedalaman itulah, mereka dijadikan sebagai pembangun desa, untuk menjadi sebuah desa yang tertinggal menjadi kokoh dan berwarna.

Hal itu dilakukan sebagai mana yang telah teramanahkan oleh Panglima besar Sudirman "Bahwa TNI itu harus timbul tenggelam bersama rakyat. Tanpa rakyat, TNI bukan apa-apa," Begitu ujar Jenderal Sudirman.

Nah, kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-104 di Kabupaten Aceh Tenggara menjadi fakta bagaimana pembangunan daerah bisa selaras apabila dikerjakan dengan bersama-sama alias gotong royong. Selain itu, TMMD juga merupakan solusi mengurangi angka kemiskinan.

Pembukaan jalan baru sepanjang 2 Kilometer di Desa Pesimbe telah mengembalikan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Peran serta masyarakat setempat untuk membantu personel TNI yang tergabung dalam Satgas TMMD dari Kodim 0108/Agara, menunjukkan kemanunggalan TNI-Rakyat tetap terpelihara dengan baik. Disamping itu, keikutsertaan personel Polri dalam Satgas TMMD di sana juga mencerminkan soliditas TNI dan Polri dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.

Dalam kurun waktu 30 hari pengerjaan, hasil jerih payah yang digalang bersama-sama kini bisa dirasakan manfaatnya oleh rakyat secara langsung. Kini, warga yang mayoritas sebagai petani itu tak perlu menghabiskan waktu berjam-jam lamanya guna melangsungkan aktivitasnya.

Pelaksana harian (Plh) Pasiter lapangan TMMD, Kapten Arh Hamdanisyah, mengungkapkan pembangunan fisik jalan tersebut dibangun untuk kepentingan masyarakat banyak, khususnya para petani Desa Peseluk Pesimbe.

"Saat ini, masyarakat bisa menurunkan hasil buminya lebih cepat. Waktu yang biasa ditempuh sekitar 3 jam lamanya, kini bisa menjadi sejam," ungkap Kapten Arh Hamdanisyah.

Kemudian, dengan adanya akses ini, bisa menunjang pariwisata di desa setempat. Pasalnya di Pesimbe memiliki destinasi wisata air terjun yang belum terjamah oleh masyarakat.

Perlu diketahui, sejarah telah mengajarkan bahwa semangat kebersamaan, kegotongroyongan serta persatuan dan kesatuan merupakan senjata ampuh bangsa Indonesia dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan.

Program TMMD dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, meningkatnya kesehatan lingkungan dan memantapkan kerukunan antar umat beragama.

#Cahaya Lembut itu Menyinari Harapan

Pada siang tanggal 26 Maret 2019, keadaan desa Pesimbe benar-benar berubah, ketika seluruh Satgas TMMD merampungkan semua perkerjaanya.

Di bawah terik matahari yang menyengat, linangan air matapun terlihat membasahi sejumlah pipi anak-anak hingga orang dewasa. Ketika Kopda Sabran mememohon pamit untuk kembali.

Tepatnya di rumah warga yang ditinggali oleh Satgas TMMD tersebut. Terlihat Ibu Isya Ngatini (37) bersama puluhan perempuan lainnya, baru saja mempersiapkan menu masakan buat makan siang. Baik untuk anggota TNI yang bertugas maupun untuk sejumlah warga disana.

Seperti biasanya selama bertugas disana, sejumlah anggota sering merasakan menu masakan sederhana olahan keluarga barunya itu. Hubungan TNI antara masyarakat sudah terbiasa dalam canda dan juga berbagi kisah disana.

Tapi tiba-tiba, sontak membuat suasana menjadi hening. Disaat , Kopda Sabran meminta pamit untuk kembali, karena dua hari lagi masa tugasnya akan habis.

Seakan masyarakat itu, tidak bisa menerima perpisahan, terlebih lagi hubungan mereka sudah mencair bak gula dan kopi. Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Walaupun sulit tetap harus dihadapi, semua akan berpisah.

Begitulah kondisi yang dirasakan TNI selama berada disana, yang mana dulu, mereka mengagap TNI itu sosok yang ditakuti, terlebih lagi daerah itu merupakan kawasan bekas konflik. Banyak masyarakat kucingan, bila melihat sesosok yang berbaju loreng itu. Dengan adanya kegiatan TMMD ketakutan masyarakat berubah menjadi cinta.

Karena selama di sana, TNI mampu mengubah pola pikir masyarakat, dari sebelumnya takut untuk berbicara dihadapan umum, kini menjadi berani, sebelumnya tak mengerti pola tanam kini terjalankan. Anak-anakpun demikian yang sebelum tak memilki cita-cita.  Kini berubah, memiliki mimpi.

Hal tersebut diungkap oleh Satria Anugra, makanya itu, ia mengharapkan TNI selalu membimbingnya agar ia tambah paham tentang kehidupan luar. Karena katanya selama ini mereka tak begitu mengerti tentang kehidupan luar.

"Sebelumnya saya tak memilki cita-cita, karena saya pikir dengan berkebun kehidupannya sangat enak,  bisa dapat uang dan menjalankan kehidupan dengan indah, tapi setelah Kopda Sabran tunjukan foto-foto di kampungnya ada gedung bertingkat, ada jalan tol, ada restoran dan sebagainya. Saya ingin juga merasakan kehidupan di sana, makanya sekarang saya ingin menjadi seorang pengusaha kaya raya," kata Satria Anugra yang masih duduk di bangku SMA tersebut.

Katanya sebelumya tidak terpikir untuk menjadi pengusaha, tapi berkat motivasi yang diberikan Kopda Sabran yang telah ia anggap sebagai abang angkatnya itu. Sekarang ia menjadi semangat untuk belajar di sekolahnya.

"Kata Kopda Sabran kalau ingin jadi pengusaha harus belajar rajin, makanya saya sekarang ingin belajar dan akan ketemu Kopda Sabran saat saya jadi pengusaha sukses nantinya," ungkapnya.

Itulah salah satu potret tentang pembangunan yang dirasakan manfaat secara langsung oleh masyarakat, selama TNI berada disana, selain membangun bangunan fisik, juga membangun impian anak-anak desa yang kurang berutung itu.

Seperti diketahui, Alokasi TMMD Reguler ke-104 tahun 2019 kali ini dilakukan di Desa Peseluk Pesimbe, Kecamatan Deleng Pokhkisen, Aceh Tenggara, dengan target pengerjaan selama 34 hari.  Diharapkan pelaksanaan TMMD berjalan secara maksimal.

Dalam pelaksanaan sehari-hari, TNI bersama masyarakat setempat bersinergi gotong-royong bersama-sama demi mendukung suksesnya TMMD Reguler ke-104 kali ini.

Selaku pimpinan di Kabupaten itu, Wakil Bupati Kabupaten Aceh Tenggara Bukhari, menyatakan telah meninjau objek-objek yang telah dibangun oleh TNI dan masyarakat selama TMMD berlangsung disana.

Ketika dikunjungi, warga yang rumahnya telah diperbaiki pada TMMD kali ini mengaku sangat bahagia dengan kondisi rumahnya saat ini.

"Saya sangat mengucapkan terima kasih kepada TNI, pemerintah juga masyarakat di sini atas bantuannya kepada saya,” ujarnya.

Selain rumah, juga telah dilakukan pengaspalan jalan yang telah dilakukan oleh TNI bersama masyarakat. Menurutnya hal ini akan mempercepat mobilitas warga yang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di desa.

"Ini adalah bentuk kontribusi positif TNI kepada masyarakat, saya mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi kepada pihak TNI. Dengan kegiatan ini hubungan emosional TNI dengan rakyat menjadi lebih dekat dan akrab, TNI begitu menyatu dengan masyarakat" katanya.


#GP | FD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKLAN ADVERTNATIVE

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS