By: Djafar Badjeber, Pengamat Politik
Bogor(JABAR).GP- Manusia telah menjadi makhluk yang menakutkan belakangan ini. Manusia abad ini cenderung lebih suka menaburkan kebencian, ketakutan dan saling menghancurkan. Nilai-nilai positif telah diabaikan sedemikian rupa. Nilai kemanusian tidak lagi terpatri kuat dalam sanubarinya. Ambisinya yang masih di awang-awang lebih dikedepankan. Bahkan belas kasihanpun tidak tersisa lagi, demikianpun nilai agama tidak digunakan untuk menakar rasa kemanusiaan.
Kemajuan umat manusia modern lebih suka kepada kebencian, kebengisan, saling menghancurkan dan saling membunuh!!
Albert Einstein: Semua usaha meniadakan perang telah gagal karena manusia kesukaan-nya saling membenci dan saling menghancurkan!
Sekalipun kemajuan dalam ilmu pengtahuan, sains, teknologi dan peradaban telah mewabah seluruh belahan dunia tidak bisa mengerem ambisinya dalam kehidupan ini. Nafsu kekuasaan telah terpatri kuat dalam dirinya sekalipun melanggar kaidah dan fatsoen.
Mereka itu adalah kelompok insurjen (kelompok tertentu yang bertindak bukan atas nama negara dengan aktor-aktor tertentu pula). Kelompok ini telah menunjukan eksistensinya sejak awal 1990-an diseluruh dunia, tentu tidak terlepas di Indonesia. Aroma gerakan insurjen ini juga mulai terasa khususnya pasca reformasi.
Momentum reformasi telah membuka peluang bagi kelompok ini untuk menunjukan eksistensi-nya sekalipun masih tertutup atau bahkan ada yang sudah terbuka. Tentunya hanya pemerintah yang mampu mengidentifikasi kelompok insurjen ini. Itupun kalau pemerintah tanggap dan peka mencium-nya!!
Kelompok ini memiliki tujuan dan cita-cita sendiri. Kelompok ini hobby-nya merongrong pemerintah yang sah. Mereka bercita-cita mendirikan pemerintahan sendiri atau membelokkan negara berdasarkan keinginannya. Kelompok ini bisa terdiri dari kelompok kecil sampai dengan besar, serta melibatkan banyak aktor. Untuk awalnya mereka tidak bersenjata, tapi pada saat yang tepat mereka bisa angkat senjata. (ingat beberapa latihan dihutan seperti para militer).
Mereka bisa membentuk organisasi atau gerakan tanpa organisasi melakukan berbagai tindakan kriminal, premanisme, primordialisme, pelanggaran hukum serta suka mengabaikan kepentingan umum.
Bila dibiarkan mereka bisa leluasa dan bisa menjadi kelompok para militer. Ini yang disebut perang hibrida (hybrid warfare).
Perang hibrida bisa menciptakan perang horizontal ditangah masyarakat. Perang itu bisa diciptakan, bisa alasan agama, etnis, terorisme dan bahkan narkoba. Artinya perang hibrida nyata ada dan kemungkinan sudah didepan mata. Kegemarannya menciptakan stigma miring, hoax dan kekacauan dalam berbagai bentuk!
Negara dan pemerintah bisa dibuat kelabakan, bisa kalah pengaruh dengan mereka ini bila tidak mampu diantisipasi sejak dini. BIN, TNI, Polri dan institusi lain harus jeli, jangan kecolongan!!
Mereka ini telah mempelajari dan mengadopsi tentang kelompok insurjen diberbagai negara lain.
Bila mereka sudah merasa diatas angin dan merasa aman serta merasa ada pihak yang memback up gerakannya, maka mereka dalam waktu tertentu mereka sudah menjadi para militer seperti di Suria, Irak, Libanon, Yaman, Afrika, serta beberapa di Amerika Selatan.
Perang hibrida bisa berbentuk perang konvensional atau non konvensional dan atau penggabungan dari keduanya. Jack Mc Cuen, pensiunan Kol AD di USA, mendefinisikan perang hibrida sebagai aktifitas perang asimetris.
Sedangkan menurut David Kilcullen bahwa, perang hibrida adalah konflik modern yang menggabungkan berbagai taktik.
Bahkan seorang wartawan USA bernama Frank G. Hoffman mendefisinikan perang hibrida dilakukan secara berkepanjangan, aksi teror dan kriminal yang bersifat mendalam yang merupakan gabungan antara sistem konvensional dan non konvensional dalam suatu medan peperangan untuk mencapai kepentingan politis!
Saat ini dimensi peperangan merambah dunia maya (cyberwar) melalui perang informasi, berita hoax, petang opini atau penggiringan opini membuat rakyat tidak percaya kepada suatu pemerintahan.
Dengan cyberwar, makin memudahkan konsolidasi kelompok ini dalam bergerak. Semua metode, cara, teknik bercampur aduk. Perang seperti inilah yang disebut perang hibrida!!
Mengingat metode perang hibrida menjadi ancaman tersendiri bagi keutuhan NKRI, penting bagi pemerintah untuk mengidentifikasi implikasi perang hibrida terhadap ketahanan nasional Indonesia tercinta!
#GP- Djafar Badjeber.
#Editor- Ce
Tidak ada komentar:
Posting Komentar