TAMPAK: Civitas Akademika UKI menyambut kedatangan Presiden Jokowi, saat hadir di Kampus UKI, Cawang, Jakarta, Senin (15/10) pagi. (Foto: JAY/Humas)
JAKARTA.GP- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan penjelasan mengenai makna pidatonya tentang serial Game of Thrones,
yang disampaikannya pada pembukaan IMF World Bank Annual Meetings, di
Bali, Jumat (12/10) lalu, saat menghadiri Sidang Terbuka Senat
Universitas Kristen Indonesia (UKI) dalam rangka Lustrum XIII, di Kampus
Cawang, Jakarta, Senin (15/10) pagi.
“Pesan moral utama yang ingin saya sampaikan saat itu adalah bahwa
konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan, bukan hanya
bagi yang kalah namun juga bagi yang menang,” kata Presiden Jokowi.
Presiden menjelaskan, perhelatan ekonomi dan politik dunia saat ini
diwarnai oleh pertarungan antar kekuatan-kekuatan besar, antar
negara-negara besar dan negara-negara elit. Perebutan kekuasaan antar
kekuatan besar itu, menurut Presiden, bagaikan sebuah roda besar yang
berputar seperti siklus kehidupan.
“Satu negara elit tengah berjaya, sementara negara lain mengalami kemunduran dan kehancuran,” ujar Presiden.
Tatkala para kekuatan-kekuatan besar ini sibuk bertarung satu sama
lain, lanjut Presiden, mereka tidak sadar adanya ancaman yang lebih
besar, misalnya perubahan iklim, terorisme global, dan menurunnya
ekonomi global.
Karena itu, ketika kemenangan sudah dirayakan dan kekalahan sudah
diratapi, barulah kedua-duanya sadar, tapi sudah terlambat. “Kalau
sadarnya baru belakangan, bahwa kemenangan maupun kekalahan dalam perang
selalu hasilnya sama yaitu dunia yang porak-poranda,” ucap Presiden.
Kepala Negara menegaskan, tidak boleh melakukan pengrusakan hanya
untuk menghasilkan sebuah kemenangan. Ia mengingatkan, tidak ada artinya
kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran.
Pesan moral yang disampaikannya pada pidato di Bali tersebut, menurut
Presiden Jokowi, tidak hanya relevan disampaikan kepada para pemimpin
dunia saat ini, tetapi juga tepat kita sampaikan kepada masyarakat,
kepada pemimpin-pemimpin kita di dalam negeri, terutama kepada elit-elit
yang sedang memperjuangkan kepentingannya.
Saat ini, lanjut Presiden, kita memasuki tahun politik, semuanya
sudah tahu. Dan masyarakat kita akan ikut terlibat dalam proses
demokrasi, dalam proses kontestasi politik.
Diakui Kepala Negara, kontestasi akan diikuti dengan kompetisi dan
rivalitas. Tetapi Kepala Negara mengingatkan, bahwa kompetisi dan
rivalitas tersebut harus dibangun di atas pondasi yang tidak saling
menjatuhkan.
“Kontestasi tidak boleh menimbulkan kegaduhan dan permusuhan,
kebencian, kedengkian, tidak saling mencela, tidak harus saling
memfitnah,” tegas Kepala Negara.
Kontestasi politik, lanjut Kepala Negara tidak boleh menimbulkan
kerusakan, juga tidak boleh mengorbankan pondasi kebangsaan kita.
Pondasi sosial dan politik kita, sebut Presiden, berupa stabilitas dan
keamanan, toleransi dan persatuan. Sementara pondasi ekonomi kita berupa
kepercayaan internasional serta kenyamanan dalam berusaha dan bekerja.
Menurut Presiden, rakyat kita harus merayakan kontestasi ini dengan kegembiraan.
“Ini sering saya sampaikan, yang diwarnai oleh narasi-narasi yang
sejuk dan untuk kemajuan, gagasan-gagasan, program-program untuk
Indonesia Maju, yang merayakan perbedaan pilihan dengan penuh
kedewasaan, dengan penuh kematangan, yang akan memperkokoh Bhinneka
Tunggal Ika. Inilah yang sebetulnya ingin kita raih dalam kontestasi
politik kita ini,” tegas Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Ristek Dikti M. Nasir, Rektor UKI dan seluruh civitas akademika UKI.
#GP- WILNASRI/Setkab/DNA/JAY/ES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar