SITI DANILAH SALIM, JURNALIS WANITA MINANG PEMBERANI YANG TERLUPAKAN - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

SITI DANILAH SALIM, JURNALIS WANITA MINANG PEMBERANI YANG TERLUPAKAN

Sabtu, September 08, 2018


GOPARLEMENT.COM- Siti Danilah Salim, akrab dipanggil Tante Du (lahir di Tanjungpinang, Riau, 21 Desember 1897) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan hak perempuan, penulis dan wartawan pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Siti Danilah adalah putri dari pasangan Sutan Mohamad Salim (ayah), seorang kepala jaksa di Riau (Hoofddjaksa Riouw pada masa penjajahan Belanda) yang berasal dari Koto Gadang, Agam, dengan Siti Zainab (ibu). Dua orang saudara Siti Danilah juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia, yaitu H. Agus Salim dan Chalid Salim. Ia menikah dengan Samsudin Sutan Makmur, seorang pejuang yang kemudian hari menjadi menteri Indonesia setelah masa kemerdekaan.

Bang Golok, begitulah sosok ini dikenal dan terkenal dengan pemikiran radikalnya. Walau dikenal dengan sebutan Bang Golok, diambil dari nama senjata tajam rakyat, sosok ini jauh dari kesan sangar apalagi brutal dalam perilakunya. Bahkan, Bang Golok menjadi salah satu sosok yang memiliki peranan besar dalam dunia literasi dan jurnalistik Indonesia. Walaupun, namanya tidak setenar Agus Salim, kakak kandungnya atau Mohammad Yamin, Bahder Djohan, maupun Kasuma Sutan Pamuntjak. Tapi, ketajaman pena-nya yang bak golok telah membuat penjajah Belanda menempatkannya sebagai penghasut kelas satu dari Indonesia. Penghasut yang terus-menerus menanamkan bibit-bibit radikal dalam setiap tulisannya.

Di usia 20 tahun, Danilah setelah menyelesaikan sekolah dasarnya di Europesche Lagere School Riau. Dia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (setingkat SMP) di Medan. Telah bekerja sebagai juru koreksi di percetakan De Evolutie, perusahaan pribumi yang mendapat subsidi pemerintah kolonial. Seluruh naskah buku yang hendak diterbitkan De Evolutie tidak lepas dari pemeriksaannya. Di percetakan inilah, Danilah menyatakan, “Minat saya untuk mengarang mulai tumbuh,” dalam kumpulan memoar perempuan Sumbangsihku bagi Pertiwi, 1938. Dari percetakan ini pula Danilah mulai menulis berbagai karya jurnalistik dan karangan panjang yang membuat Belanda ketar-ketir dengan ketajaman penanya.

Sebagai Bang Golok, sisi feminis Danilah dalam berbagai tulisan juga mengemuka pada saat itu. Puisi dan esai dalam bahasa Belanda berlahiran. Saat itu dirinya bukanlah golok tajam yang menyayat, tapi Kemuning (nama pena-nya) yang menyeruakkan aroma harum dan sedap dipandang mata. Namun, kehidupan keluarganya tidak berjalan secara harmonis dikarenakan perceraian. Danilah yang menikah tahun 1920 dan bercerai di tahun 1938 tidak surut untuk terus menulis berbagai kondisi bangsanya saat itu.

Di Harian Rakyat, setelah Danilah mampu melupakan kepahitan perceraian dan kembali menikah dengan wartawan Cahaya Timur Syamsudin Sutan Makmur. Bersama sang suami dan Njoto, dirinya memakai nama pena Bang Golok dalam rubrik Pojok. Siti Danilah juga aktif dalam organisasi Perkoempoelan Istri. Pada sekitar tahun 1947 atau masa revolusi kemerdekaan ia menjabat sebagai Wakil Ketua Partai Wanita Rakyat yang diketuai oleh Ibu Mangunsarkoro. Saat aktif menulis di Majalah Isteri Indonesia, Danilah mengkritik keras kebiasaan Soekarno dalam persoalan perkawinan.

Siti Danilah Salim meninggal dunia pada 15 Juli 1989 di usia 91 tahun. Banyak tulisan Danilah di zamannya yang memperkaya dunia literasi dan jurnalistik. Bahkan, Lasmidjah Hardi dalam buku Perjalanan Tiga Zaman menyebut Danilah sebagai wartawan terkenal di zamannya. Sayangnya, nama Danilah tak setenar Agus Salim atau rekan seperjuangannya. Nama Danilah terlupa dalam sejarah pers dan literasi Indonesia.

#GP- RED
#Tulisan dikutip dari berbagai sumber / Photo dari Googling
#InfoSejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HASIL PEMILU

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS