TAMPAK: Menlu Retno Marsudi menjawab pertanyaan wartawan, di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Jumat (7/9) siang. (Foto: Jay/Humas)
JAKARTA.GP- Rencana kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Korea Selatan (Korsel) pada 10-11 September, yang dilanjutkan dengan kunjungan ke Vietnam 11-12 September dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia-Korsel dan Indonesia-Vietnam.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, kunjungan Presiden ke Korsel selain dimaksudkan sebagai kunjungan balasan atas kunjungan Presiden Korea Selatan ke Indonesia pada bulan November tahun lalu, juga sekaligus untuk memperingati 45 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Dalam kunjungan ke Korea Selatan, menurut Menlu, beberapa hal utama yang akan dilakukan atau disampaikan kepada Presiden tentunya adalah memperkokoh hubungan pada tingkat Leaders.
“Karena Presiden Jokowi dengan Presiden Moon Jae-in memiliki hubungan yang sangat baik, tentunya ini merupakan satu aset yang harus dikapitulasi untuk peningkatan hubungan yang saling menguntungkan,” kata Menlu kepada wartawan di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Jumat (7/9) siang.
Indonesia, lanjut Menlu, juga melihat Korea Selatan merupakan salah satu mitra penting Indonesia di kawasan Asia.
Di tengah situasi dunia yang banyak sekali diwarnai ketidakpastian, maka pemerintah melihat pergerakan hubungan Indonesia dengan Korea Selatan, terutama di bidang ekonomi, dalam hal ini perdagangan dan investasi menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
“Misalnya di bidang perdagangan, pada tahun 2017 terjadi pergerakan peningkatan hampir 12 persen. Dan investasi Korea Selatan di Indonesia juga merupakan 1 di antara 10 besar,” ungkap Menlu seraya menambahkan, oleh karena itu pemerintah ingin terus menjaga momentum baik ini, momentum hubungan yang terus meningkat yang saling menguntungkan untuk diperkuat di masa yang akan datang.
Kalau pada tingkat leaders hubungan baik, masyarakat juga baik, menurut Menlu, ada satu perhatian yang juga akan diberikan oleh Presiden dalam kunjungan ke Korea Selatan, yaitu hubungan antara generasi muda.
“Jadi the millennials, karena millennials inilah yang akan memegang Next Generation itu, yang akan menjadi engine bagi ekonomi, bagi hubungan dua negara. Oleh karena itu, Presiden juga ingin meningkatkan kerja sama hubungan yang baik antara generasi muda kedua negara,” terang Menlu.
Yang terakhir, Menlu Retno Marsudi menyampaikan tujuan kunjungan Presiden Jokowi ke Korsel adalah memberikan dukungan yang konsisten, terus-menerus kepada proses perdamaian di Semenanjung Korea.
Ditambahkan Menlu, jika Presiden Jokowi akan melakukan pertemuan pada Senin (10/9), maka pada 18 September akan ada KTT Inter Korea yang akan dilakukan di Pyongyang.
“Untuk itulah, Presiden menggunakan kesempatan kunjungan ini untuk mempertebal dukungan Indonesia terhadap proses perdamaian di Semenanjung Korea,” ujar Menlu.
Peningkatan Kerjasama Ekonomi
Setelah dari Korea Selatan, Menlu Retno Marsudi menyampaikan, Presiden Jokowi akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Hanoi, Vietnam. Menurut Menlu, ini juga merupakan undangan yang sudah cukup lama yang disampaikan oleh pemerintah Vietnam, dan sudah beberapa kali pejabat tinggi Vietnam melakukan kunjungan ke Indonesia.
Menlu menjelaskan, untuk Hanoi, sebenarnya ada dua agenda Presiden Jokowi, selain kunjungan kenegaraan. Presiden Jokowi akan hadir di dalam World Economic Forum (WEF) on ASEAN. “Jadi akan ada WEF on ASEAN, dimana di situ akan dihadiri oleh pemimpin-pemimpin ASEAN,” ujarnya.
Dengan penduduk lebih dari 95 juta jiwa, menurut Menlu, golongan menengah Vietnam komposisinya cukup banyak, anak mudanya cukup banyak. Ini merupakan potensi yang sangat besar, lanjut Menlu, untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dengan Vietnam.
Dijelaskan Menlu, fokus penguatan kerja sama ekonomi masih merupakan fokus untuk kunjungan Presiden ke Vietnam, termasuk penguatan investasi-investasi Indonesia yang sudah berada di Vietnam.
“Teman-teman tahu beberapa investor Indonesia sudah cukup lama beroperasi di Vietnam, dan Presiden hanya ingin memastikan bahwa investor-investor Indonesia yang ada di sana juga mendapatkan perhatian dari pemerintah Vietnam,” ujar Menlu.
Khusus untuk masalah ekspor ini, Menlu Retno Marsudi mengingatkan, bahwa pada awal tahun ini Presiden berbicara dengan Perdana Menteri Vietnam khusus membahas mengenai masalah ekspor otomotif Indonesia ke Vietnam, yang pada saat itu agak ada gangguan karena adanya peraturan baru.
“Nah, Presiden memantau sejauh mana implementasi dari peraturan baru yang sudah berubah, dan ekspor otomotif Indonesia sudah mulai jalan kembali ke Vietnam,” terang Menlu.
Oleh karena itu, lanjut Menlu, Presiden juga ingin menindaklanjuti pembicaraan dengan Perdana Menteri Vietnam mengenai masalah ekspor otomotif Indonesia ke Vietnam.
“Jadi sekali lagi, fokusnya adalah di penguatan ekspor dan juga untuk perlindungan terhadap investor-investor Indonesia yang ada di Vietnam,” ungkap Menlu seraya menambahkan, bahwa Presiden Jokowi dan rombongan akan meninggalkan Jakarta pada tanggal 9 September.
#GP- SAWAL/DNA/EN/JAY/ES
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, kunjungan Presiden ke Korsel selain dimaksudkan sebagai kunjungan balasan atas kunjungan Presiden Korea Selatan ke Indonesia pada bulan November tahun lalu, juga sekaligus untuk memperingati 45 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Dalam kunjungan ke Korea Selatan, menurut Menlu, beberapa hal utama yang akan dilakukan atau disampaikan kepada Presiden tentunya adalah memperkokoh hubungan pada tingkat Leaders.
“Karena Presiden Jokowi dengan Presiden Moon Jae-in memiliki hubungan yang sangat baik, tentunya ini merupakan satu aset yang harus dikapitulasi untuk peningkatan hubungan yang saling menguntungkan,” kata Menlu kepada wartawan di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Jumat (7/9) siang.
Indonesia, lanjut Menlu, juga melihat Korea Selatan merupakan salah satu mitra penting Indonesia di kawasan Asia.
Di tengah situasi dunia yang banyak sekali diwarnai ketidakpastian, maka pemerintah melihat pergerakan hubungan Indonesia dengan Korea Selatan, terutama di bidang ekonomi, dalam hal ini perdagangan dan investasi menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
“Misalnya di bidang perdagangan, pada tahun 2017 terjadi pergerakan peningkatan hampir 12 persen. Dan investasi Korea Selatan di Indonesia juga merupakan 1 di antara 10 besar,” ungkap Menlu seraya menambahkan, oleh karena itu pemerintah ingin terus menjaga momentum baik ini, momentum hubungan yang terus meningkat yang saling menguntungkan untuk diperkuat di masa yang akan datang.
Kalau pada tingkat leaders hubungan baik, masyarakat juga baik, menurut Menlu, ada satu perhatian yang juga akan diberikan oleh Presiden dalam kunjungan ke Korea Selatan, yaitu hubungan antara generasi muda.
“Jadi the millennials, karena millennials inilah yang akan memegang Next Generation itu, yang akan menjadi engine bagi ekonomi, bagi hubungan dua negara. Oleh karena itu, Presiden juga ingin meningkatkan kerja sama hubungan yang baik antara generasi muda kedua negara,” terang Menlu.
Yang terakhir, Menlu Retno Marsudi menyampaikan tujuan kunjungan Presiden Jokowi ke Korsel adalah memberikan dukungan yang konsisten, terus-menerus kepada proses perdamaian di Semenanjung Korea.
Ditambahkan Menlu, jika Presiden Jokowi akan melakukan pertemuan pada Senin (10/9), maka pada 18 September akan ada KTT Inter Korea yang akan dilakukan di Pyongyang.
“Untuk itulah, Presiden menggunakan kesempatan kunjungan ini untuk mempertebal dukungan Indonesia terhadap proses perdamaian di Semenanjung Korea,” ujar Menlu.
Peningkatan Kerjasama Ekonomi
Setelah dari Korea Selatan, Menlu Retno Marsudi menyampaikan, Presiden Jokowi akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Hanoi, Vietnam. Menurut Menlu, ini juga merupakan undangan yang sudah cukup lama yang disampaikan oleh pemerintah Vietnam, dan sudah beberapa kali pejabat tinggi Vietnam melakukan kunjungan ke Indonesia.
Menlu menjelaskan, untuk Hanoi, sebenarnya ada dua agenda Presiden Jokowi, selain kunjungan kenegaraan. Presiden Jokowi akan hadir di dalam World Economic Forum (WEF) on ASEAN. “Jadi akan ada WEF on ASEAN, dimana di situ akan dihadiri oleh pemimpin-pemimpin ASEAN,” ujarnya.
Dengan penduduk lebih dari 95 juta jiwa, menurut Menlu, golongan menengah Vietnam komposisinya cukup banyak, anak mudanya cukup banyak. Ini merupakan potensi yang sangat besar, lanjut Menlu, untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dengan Vietnam.
Dijelaskan Menlu, fokus penguatan kerja sama ekonomi masih merupakan fokus untuk kunjungan Presiden ke Vietnam, termasuk penguatan investasi-investasi Indonesia yang sudah berada di Vietnam.
“Teman-teman tahu beberapa investor Indonesia sudah cukup lama beroperasi di Vietnam, dan Presiden hanya ingin memastikan bahwa investor-investor Indonesia yang ada di sana juga mendapatkan perhatian dari pemerintah Vietnam,” ujar Menlu.
Khusus untuk masalah ekspor ini, Menlu Retno Marsudi mengingatkan, bahwa pada awal tahun ini Presiden berbicara dengan Perdana Menteri Vietnam khusus membahas mengenai masalah ekspor otomotif Indonesia ke Vietnam, yang pada saat itu agak ada gangguan karena adanya peraturan baru.
“Nah, Presiden memantau sejauh mana implementasi dari peraturan baru yang sudah berubah, dan ekspor otomotif Indonesia sudah mulai jalan kembali ke Vietnam,” terang Menlu.
Oleh karena itu, lanjut Menlu, Presiden juga ingin menindaklanjuti pembicaraan dengan Perdana Menteri Vietnam mengenai masalah ekspor otomotif Indonesia ke Vietnam.
“Jadi sekali lagi, fokusnya adalah di penguatan ekspor dan juga untuk perlindungan terhadap investor-investor Indonesia yang ada di Vietnam,” ungkap Menlu seraya menambahkan, bahwa Presiden Jokowi dan rombongan akan meninggalkan Jakarta pada tanggal 9 September.
#GP- SAWAL/DNA/EN/JAY/ES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar