Kisah Klasik Tentang Abraham-Edwin dan Jokowi-Amin - Go Parlement | Portal Berita

Breaking

HUT PPWI KE 17

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Mengucapkan Selamat HUT ke 17 PPWI Puji Basuki, SP.MMA Nama lengkapnya Kadis Pendidikan Sijunjung

Kisah Klasik Tentang Abraham-Edwin dan Jokowi-Amin

Jumat, Agustus 10, 2018


An eye for eye only ends up making the whole world blind. -- Mahatma Gandhi Revenge is often like biting a dog because the dog bit you. -- Austin O'Malley God has a Big Eraser. -- Billy Zeoli Forgiveness is the final form of love.-- Reinhold Niebuhr

GOPARLEMENT.COM- Sebagai pengacara muda, Abraham Lincoln (1809-1865) sering berkonsultasi dengan para pengacara lain tentang kasus yang sedang dipegangnya.

Suatu hari, Abraham Lincoln sedang duduk di ruang tunggu pengadilan untuk menemui seorang pengacara senior. Dinanti dan dinanti, akhirnya orang yang ia hendak temui datang juga. Namun, baru melihat sebentar saja dirinya, tiba-tiba  sang pengacara senior ini berteriak, "Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!"

Mendengar hal itu, sang pengacara muda ini berlaku seperti orang yang tidak mendengarkan. Walau malu, ia tetap memperlihatkan wajah yang tenang. Ia pun langsung segera masuk ke ruang persidangan dimana sang pengacara senior ini akan melakukan tugasnya.

Singkat kisah, pengacara senior yang menghina Abraham Lincoln ternyata bisa membela kliennya dengan sangat brilian. Cara ia menangani kasus sungguh membuat Lincoln terpukau.

"Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi," ucap Lincoln dalam hati.

Waktu berlalu…

Lincoln akhirnya terpilih menjadi presiden Amerika Serikat pada Maret 1861. Di antara kritikus-kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara senior yang pernah menghina dan melukai hatinya sangat dalam.

Akan tetapi, Lincoln bukannya membalaskan dendam kepada Edwin M Stanton melainkan justru mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Abe – demikian panggilan masa kecil Abraham Lincoln - tidak pernah lupa bahwa Edwin M Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang sangat dibutuhkan negaranya.

Ketika Abraham Lincoln meninggal, Stanton berkata, "Dia merupakan mutiara milik peradaban."

Hanya seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan! Maka, jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memaafkan. Jadikan "sampah" sebagai "pupuk" atau "bahan bakar" untuk maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita.

Kini Kisah Klasik Tentang Abraham Lincoln-Edwin M Stanton Sudah Lebih Satu Setengah Abad Lalu

Kini kisah kalsik tentang Abraham Lincoln ini sepertinya terlihat dalam sosok seorang Joko Widodo yang merangkul KH. Ma'ruf Amin menjadi calon wakil presidennya. Banyak teman saya yang tak bisa tidak mengaitkan nama beliau sebagai sosok yang turut andil menjebloskan Ahok ke penjara.

Padahal kita tahu betapa Jokowi dan Ahok memperlihatkan kualitas persahabatan yang luar biasa akrab, kompak, dan satu hati semasa memimpin Jakarta. Persekusi terhadap Ahok dan proses peradilan yang penuh nuansa "trial by the crowd" sudah barang tentu membuat Jokowi turut terluka, sedih, mungkin juga marah. Dengan kata lain, KH. Ma'ruf Amin, bagi sebagian orang (dan mungkin bagi Jokowi sendiri juga!) adalah sosok yang berseberangan dengan Sang Presiden. Terlepas dari rumor tekanan partai atas Jokowi, kini kita melihat terulangnya pembelajaran sejarah Abraham Lincoln-Edwin M Stanton yang sudah lebih satu setengah abad lalu, dengan melalui kearifan yang luar biasa dilakukan oleh Joko Widodo: _"Do I not destroy my enemies when I make them my friends?"_

Filosofi Jawa memang mengajarkan bahwa cara untuk "mematikan" musuh adalah dengan "memangku"-nya. Cuma Joko Widodo sendiri yang tahu alasan persis keputusan yang tidak populer ini. Tapi kita berharap semua dengan memandang sosok KH. Ma'ruf Amin sebagaimana Abraham Lincoln memandang Edwin M. Stanton : dengan hospitalitas dan pandangan jauh ke depan demi kepentingan Nuna Dan Bangsa.


#GP-CE/NET

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKLAN ADVERTNATIVE

Pages

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS