ACEH TAMIANG.GP- Jarak tempuh yang jauh dengan medan jalan menantang terjal dan berkelok, tak menyurutkan semangat rakyat yang berjiwa patriotisme. Sejumlah kendaraan adventurer melesat masuk ke pelosok negeri, yakni menuju objek wisata terpendam “Kuala Paret” di Desa Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Minggu (12/8) pagi.
Orang-orang di dalam mobil gerdang dua itu adalah "Laskar" Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gadjah Puteh. Tujuan mereka datang ke wilayah terpencil ingin membangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi dengan mengibarkan 17 meter bendera Merah Putih dalam rangka menyambut HUT ke-73 Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945-17 Agustus 2018).
Sang Saka Merah Putih berukuran raksasa itu dibentangkan di antara tebing cadas yang mengapit objek wisata pemandian Kuala Paret. Perlu belasan orang untuk mengibarkan sang merah putih tersebut. Ada juga sejumlah bendera merah putih ukuran lebih kecil dikibarkan dengan tiang bambu di sisi kanannya, berdampingan dengan baleho LSM Gadjah Puteh bertuliskan “Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami.”
Direktur Eksekutif LSM Gadjah Puteh, Sayed Zahirsyah Al Mahdaly menyebutkan, kegiatan pengibaran bendera merah putih ini murni ide Gadjah Puteh dengan melibatkan Purna Praja dan komunitas pemuda Aceh Tamiang guna menyambut peringatan HUT ke-73 Kemerdekaan Indonesia. Rombongan LSM Gadjah Puteh memilih Kuala Paret sebagai tempat mengibarkan bendera Merah Putih agar seluruh masyarakat yang berada di pelosok negeri ikut merasakan semangat perjuangan.
“Jiwa raga kami terpanggil untuk ini. Kita ingin seluruh lapisan masyarakat ikut merasakan semangat juang mempertahan NKRI,” ujar Sayed.
Hari Kemerdekaan, menurut Gadjah Puteh, adalah momentum yang tepat untuk menjaga rasa patriotisme serta mengawal setiap jengkal wilayah NKRI. Meski berkorban tenaga dan biaya tidak menjadi soal bagi mereka, yang terpenting spirit yang ditunjukkan Laskar Gadjah Puteh mampu memotivasi saudara-saudara satu bangsa yang ada di seluruh pelosok dan wilayah terpencil di NKRI.
“Kita mau menujukkan bahwa kita satu, bersaudara dan kita Indonesia,” tukasnya.
Dipaparkan, pengibaran bendera 17 meter di ujung perbatasan Provinsi Aceh dengan Sumatera Utara, Desa Kaloy, Kabupaten Aceh Tamiang ini mengusung tema: “Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami.” Proses menjahit bendera 17 X 4,5 meter itu memakan waktu selama tiga hari. Selain misi mengibarkan Merah Putih, mereka juga ingin mempromosikan lokasi wisata alam Kuala Paret, di Desa Kaloy yang selama ini belum maksimal dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat.
“Panjang bendera 17 meter, maknanya adalah menyambut 17 Agustus, sedangkan pada hari Minggu kita kibarkan di Kuala Paret, untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bagi setiap para pengunjung yang berwisata kemari,” ujarnya.
Sedangkan, untuk mencapai Kuala Paret dibutuhkan persiapan yang matang. Laskar Gadjah Puteh yang berjumlah sekitar 35 orang juga membawa perbekalan makan dan minum. Sebab, meski di tempat wisata tapi tidak ada orang berjualan disana. Mereka berangkat dari ibu kota kabupaten, Karang Baru sekitar pukul 08.00 WIB menggunakan lima unit mobil dobel kabin. Jalan terjal berbatu dan menyusuri perkebunan kelapa sawit menjadi santapan perjalanan mereka. Akses menuju Kuala Paret bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Dari Kualasimpang jaraknya sekitar 65 kilometer atau memakan waktu 2 jam perjalanan darat.
“Meski dengan kendaraan khusus adventurer, tapi akses menuju Kuala Paret masih sulit diterobos,” terangnya.
Sayed Zahirsyah menyatakan, pesona Kuala Paret merupakan suatu objek wisata yang masih asri mempunyai daya tarik luar biasa. Siapa pun yang kesana ingin ‘meniduri’ kemolekan Kuala Paret (camping) yang menyajikan pemandangan hutan dan aliran sungai membelah batu cadas.
“Objek wisata ini cukup menawan dipoles oleh aliran sungai yang berbatasan langsung dengan hutan Ekosistem Leuser sebagai balutan keasriannya,” tutur Sayed yang juga adalah anggota PPWI Langsa.
Salah seorang purna praja, Eko Prasetyo menambahkan, kegiatan positif seperti ini sangat diharapkan semua pihak agar dapat ikut mempererat tali persaudaran diantara kita. Namun, dalam perjalan menuju Kuala Paret, meski sudah diberi petunjuk arah kedatangan, masih ada sebagian pengunjung yang salah jalan.
“Saat pulang, pengunjung bisa saja tersesat, karena menemui tikungan jalan yang hampir sama,” sebut Eko.
Camat Tamiang Hulu, Iman Suhery alias Bayu yang ikut dalam rombongan kepada AtjehUpdate.com menyatakan, itu merupakan kegiatan yang luar biasa. Sebab, lokasi pemasangan bendera berukuran besar itu di tempat pariwisata, sehingga pengunjung mendapatkan pamandangan baru buat berswafoto alias selfie.
“Dan tidak kalah pentingnya pesan yang tersirat yaitu menumbuhkan rasa nasionalisme sesuai dengan bulan Kemerdekan 17 Agustus,” ujar Camat Imam Suhery.
Sementara itu, Wilson Lalengke, Ketua Umum PPWI dari Jakarta menyatakan sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh rekan-rekan di LSM Gajah Puteh. Hal ini disampaikannya ketika dimintai komentar terkait acara pasang bendera raksasa di Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. "Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kawan-kawan PPWI yang tergabung di berbagai organisasi, instansi dan kalangan di Aceh yang sering mengadakan acara spektakuler dan unik dalam merayakan 17 Agustusan, saya sangat mendukung apa yang dilakukan Pak Sayed dan kawan-kawan di Aceh kali ini, dalam bentuk pengibaran bendera ukuran raksasa di tebing bukit di salah satu objek wisata di sana," ujar alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu singkat.
#GP-CE/SZM/RED
Orang-orang di dalam mobil gerdang dua itu adalah "Laskar" Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gadjah Puteh. Tujuan mereka datang ke wilayah terpencil ingin membangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi dengan mengibarkan 17 meter bendera Merah Putih dalam rangka menyambut HUT ke-73 Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945-17 Agustus 2018).
Sang Saka Merah Putih berukuran raksasa itu dibentangkan di antara tebing cadas yang mengapit objek wisata pemandian Kuala Paret. Perlu belasan orang untuk mengibarkan sang merah putih tersebut. Ada juga sejumlah bendera merah putih ukuran lebih kecil dikibarkan dengan tiang bambu di sisi kanannya, berdampingan dengan baleho LSM Gadjah Puteh bertuliskan “Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami.”
Direktur Eksekutif LSM Gadjah Puteh, Sayed Zahirsyah Al Mahdaly menyebutkan, kegiatan pengibaran bendera merah putih ini murni ide Gadjah Puteh dengan melibatkan Purna Praja dan komunitas pemuda Aceh Tamiang guna menyambut peringatan HUT ke-73 Kemerdekaan Indonesia. Rombongan LSM Gadjah Puteh memilih Kuala Paret sebagai tempat mengibarkan bendera Merah Putih agar seluruh masyarakat yang berada di pelosok negeri ikut merasakan semangat perjuangan.
“Jiwa raga kami terpanggil untuk ini. Kita ingin seluruh lapisan masyarakat ikut merasakan semangat juang mempertahan NKRI,” ujar Sayed.
Hari Kemerdekaan, menurut Gadjah Puteh, adalah momentum yang tepat untuk menjaga rasa patriotisme serta mengawal setiap jengkal wilayah NKRI. Meski berkorban tenaga dan biaya tidak menjadi soal bagi mereka, yang terpenting spirit yang ditunjukkan Laskar Gadjah Puteh mampu memotivasi saudara-saudara satu bangsa yang ada di seluruh pelosok dan wilayah terpencil di NKRI.
“Kita mau menujukkan bahwa kita satu, bersaudara dan kita Indonesia,” tukasnya.
Dipaparkan, pengibaran bendera 17 meter di ujung perbatasan Provinsi Aceh dengan Sumatera Utara, Desa Kaloy, Kabupaten Aceh Tamiang ini mengusung tema: “Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami.” Proses menjahit bendera 17 X 4,5 meter itu memakan waktu selama tiga hari. Selain misi mengibarkan Merah Putih, mereka juga ingin mempromosikan lokasi wisata alam Kuala Paret, di Desa Kaloy yang selama ini belum maksimal dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat.
“Panjang bendera 17 meter, maknanya adalah menyambut 17 Agustus, sedangkan pada hari Minggu kita kibarkan di Kuala Paret, untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bagi setiap para pengunjung yang berwisata kemari,” ujarnya.
Sedangkan, untuk mencapai Kuala Paret dibutuhkan persiapan yang matang. Laskar Gadjah Puteh yang berjumlah sekitar 35 orang juga membawa perbekalan makan dan minum. Sebab, meski di tempat wisata tapi tidak ada orang berjualan disana. Mereka berangkat dari ibu kota kabupaten, Karang Baru sekitar pukul 08.00 WIB menggunakan lima unit mobil dobel kabin. Jalan terjal berbatu dan menyusuri perkebunan kelapa sawit menjadi santapan perjalanan mereka. Akses menuju Kuala Paret bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Dari Kualasimpang jaraknya sekitar 65 kilometer atau memakan waktu 2 jam perjalanan darat.
“Meski dengan kendaraan khusus adventurer, tapi akses menuju Kuala Paret masih sulit diterobos,” terangnya.
Sayed Zahirsyah menyatakan, pesona Kuala Paret merupakan suatu objek wisata yang masih asri mempunyai daya tarik luar biasa. Siapa pun yang kesana ingin ‘meniduri’ kemolekan Kuala Paret (camping) yang menyajikan pemandangan hutan dan aliran sungai membelah batu cadas.
“Objek wisata ini cukup menawan dipoles oleh aliran sungai yang berbatasan langsung dengan hutan Ekosistem Leuser sebagai balutan keasriannya,” tutur Sayed yang juga adalah anggota PPWI Langsa.
Salah seorang purna praja, Eko Prasetyo menambahkan, kegiatan positif seperti ini sangat diharapkan semua pihak agar dapat ikut mempererat tali persaudaran diantara kita. Namun, dalam perjalan menuju Kuala Paret, meski sudah diberi petunjuk arah kedatangan, masih ada sebagian pengunjung yang salah jalan.
“Saat pulang, pengunjung bisa saja tersesat, karena menemui tikungan jalan yang hampir sama,” sebut Eko.
Camat Tamiang Hulu, Iman Suhery alias Bayu yang ikut dalam rombongan kepada AtjehUpdate.com menyatakan, itu merupakan kegiatan yang luar biasa. Sebab, lokasi pemasangan bendera berukuran besar itu di tempat pariwisata, sehingga pengunjung mendapatkan pamandangan baru buat berswafoto alias selfie.
“Dan tidak kalah pentingnya pesan yang tersirat yaitu menumbuhkan rasa nasionalisme sesuai dengan bulan Kemerdekan 17 Agustus,” ujar Camat Imam Suhery.
Sementara itu, Wilson Lalengke, Ketua Umum PPWI dari Jakarta menyatakan sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh rekan-rekan di LSM Gajah Puteh. Hal ini disampaikannya ketika dimintai komentar terkait acara pasang bendera raksasa di Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. "Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kawan-kawan PPWI yang tergabung di berbagai organisasi, instansi dan kalangan di Aceh yang sering mengadakan acara spektakuler dan unik dalam merayakan 17 Agustusan, saya sangat mendukung apa yang dilakukan Pak Sayed dan kawan-kawan di Aceh kali ini, dalam bentuk pengibaran bendera ukuran raksasa di tebing bukit di salah satu objek wisata di sana," ujar alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu singkat.
#GP-CE/SZM/RED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar