Washington(AMERIKA).GP- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menawarkan diri untuk bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani "tanpa syarat" dan "kapan pun mereka mau".
"Saya akan menemui siapa saja. Saya percaya pada pertemuan," kata Presiden Trump kepada awak media di Gedung Putih, Senin (30/06) waktu Amerika.
Pendekatan lunak Presiden Trump ini ditempuh setelah ia dan Presiden Hassan Rouhani terlibat dalam perang kata-kata awal bulan ini. Perang kata-kata juga pernah terjadi antara Presiden Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, tetapi keduanya kemudian rujuk dan meggelar pertemuan tingkat tinggi di Singapura pada Juni lalu.
Namun Iran bersikap hati-hati menanggapi tawaran pertemuan Presiden Trump tanpa syarat-syarat. Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli, mengatakan Teheran tidak dapat berunding dengan Trump karena tidak bisa dipercaya.
Wakil Ketua Parlemen Ali Motajhari mengatakan jika saja AS tidak menarik diri dari kesepakatan nuklir, maka tidak masalah berunding dengan Washington.
Aktivitas Iran di Timur Tengah
Pangkal persoalan antara Presiden Trump dan Presiden Rouhani adalah keputusan Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir yang membatasi kegiatan nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sejumlah sanksi internasional.
Setelah mundur dari kesepakatan itu, Washington kini bersiap-siap memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran dalam beberapa hari mendatang, walaupun langkah AS itu ditentang oleh Inggris, Prancis, Cina, Rusia dan Jerman, yang juga menandatangani kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan Iran.
Iran menegaskan program nuklirnya sepenuhnya damai dan kepatuhannya memenuhi tuntutan yang tercantum dalam kesepakatan nuklir telah diverifikasi oleh Badan Tenaga Atom Internasional ((IAEA). IAEA menyatakan Iran memegang komitmennya.
Di samping masalah nuklir, AS sangat mencurigai aktivitas Iran di Timur Tengah. AS sendiri merupakan sekutu dari Israel dan Arab Saudi, dua musuh Iran.
Induk perdamaian, induk perang
Pekan lalu Presiden Trump meluapkan kemarahan kepada Presiden Rouhani yang sebelumnya memperingatkan akan adanya dampak dari konflik dengan negaranya. Kepada para diplomat Iran, Rouhani mengatakan, "Amerika seharusnya tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah induk dari segala perdamaian, dan perang dengan Iran adalah induk dari segala perang."
Trump membalas peringatan itu lewat Twitter dengan huruf besar bahwa Iran "akan mengalami akibat-akibat sebagaimana hanya dialami oleh segelintir negara sepanjang sejarah" jika Iran mengancam AS.
Hal-hal apa saja yang dipersengketakan?
"Saya akan menemui siapa saja. Saya percaya pada pertemuan," kata Presiden Trump kepada awak media di Gedung Putih, Senin (30/06) waktu Amerika.
Pendekatan lunak Presiden Trump ini ditempuh setelah ia dan Presiden Hassan Rouhani terlibat dalam perang kata-kata awal bulan ini. Perang kata-kata juga pernah terjadi antara Presiden Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, tetapi keduanya kemudian rujuk dan meggelar pertemuan tingkat tinggi di Singapura pada Juni lalu.
Namun Iran bersikap hati-hati menanggapi tawaran pertemuan Presiden Trump tanpa syarat-syarat. Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli, mengatakan Teheran tidak dapat berunding dengan Trump karena tidak bisa dipercaya.
Wakil Ketua Parlemen Ali Motajhari mengatakan jika saja AS tidak menarik diri dari kesepakatan nuklir, maka tidak masalah berunding dengan Washington.
Aktivitas Iran di Timur Tengah
Pangkal persoalan antara Presiden Trump dan Presiden Rouhani adalah keputusan Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir yang membatasi kegiatan nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sejumlah sanksi internasional.
Setelah mundur dari kesepakatan itu, Washington kini bersiap-siap memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran dalam beberapa hari mendatang, walaupun langkah AS itu ditentang oleh Inggris, Prancis, Cina, Rusia dan Jerman, yang juga menandatangani kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan Iran.
Iran menegaskan program nuklirnya sepenuhnya damai dan kepatuhannya memenuhi tuntutan yang tercantum dalam kesepakatan nuklir telah diverifikasi oleh Badan Tenaga Atom Internasional ((IAEA). IAEA menyatakan Iran memegang komitmennya.
Di samping masalah nuklir, AS sangat mencurigai aktivitas Iran di Timur Tengah. AS sendiri merupakan sekutu dari Israel dan Arab Saudi, dua musuh Iran.
Induk perdamaian, induk perang
Pekan lalu Presiden Trump meluapkan kemarahan kepada Presiden Rouhani yang sebelumnya memperingatkan akan adanya dampak dari konflik dengan negaranya. Kepada para diplomat Iran, Rouhani mengatakan, "Amerika seharusnya tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah induk dari segala perdamaian, dan perang dengan Iran adalah induk dari segala perang."
Trump membalas peringatan itu lewat Twitter dengan huruf besar bahwa Iran "akan mengalami akibat-akibat sebagaimana hanya dialami oleh segelintir negara sepanjang sejarah" jika Iran mengancam AS.
Hal-hal apa saja yang dipersengketakan?
Secara konsisten Trump menentang kesepakatan nuklir 2015 yang disetujui oleh pendahulunya
Presiden Obama. Berdasarkan kesepakatan itu Amerika Serikat mencairkan
aset-aset Iran senilai
miliaran dolar sebagai imbalan atas
pembatasan program nuklir.
Pemerintah AS di bawah Presiden Trump menganggap Iran sebagai kekuatan yang mengganggu
Timur Tengah, dengan alasan bahwa kesepakatan nuklir itu membuat Iran mampu menempuh
di kebijakan regional yang lebih tegas. Iran telah mengirim ratusan personel tentara dan
ribuan relawan milisi ke Suriah, dan memperkuat kehadiran militer di negara itu.
Negara-negara Teluk menuduh Iran memberikan dukungan kepada kelompok pemberontak
Houth di Yaman dalam bentuk uang dan senjata, tetapi Iran menepis keras tuduhan itu. Arab,
Saudi sekutu dekat AS, merupakan musuh besar Iran dan telah berkali-kali memperingatkan
tentang bahaya dari niat Iran.
Iran tercatat sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Perekonomian negara itu sudah mengalami tekanan, sementara warga yang tidak puas telah pula menggelar protes karena adanya kenaikan harga-harga kebutuhan dan turunnya nilai mata uang rial.
#GP-RED/BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar